Tidak Tamat SD, Haerul Buktikan Pesawat Buatannya Layak Terbang

Tidak Tamat SD, Haerul Buktikan Pesawat Buatannya Layak Terbang
info gambar utama

Pada awal tahun 2020, seorang pemuda bernama Haerul sempat menyita perhatian publik setelah merakit dan menerbangkan pesawat ultralight. Namanya pun sontak jadi perbincangan di media sosial, apalagi pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan tersebut diketahui adalah seorang montir yang mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 3 SD.

Pesawat buatannya pun diapresiasi banyak pihak dan dinilai potensial. Namun, di sisi lain pesawat tersebut juga belum memenuhi standar. Untuk penyempurnaan pesawat yang dikenal dengan sebutan Pesawat Haerul itu kemudian dikembangkan oleh Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (FT Unhas) Makassar, Sulawesi Selatan dan proses pendampingannya telah berlangsung selama dua tahun.

"Kita lihat pesawat ini tidak standar dan sulit mendapat izin pengembangannya karena pesawat untuk terbang kan banyak harus mendapatkan sertifikasi dan lain-lain. Nah, kemudian waktu viral banyak pihak yang mau membantu, termasuk perguruan tinggi," ujar Prof Nasaruddin Salam selaku ketua tim Pendampingan Pesawat Haerul Unhas.

Setelah melewati berbagai tahap penyempurnaan dan progresnya telah mendekati sempurna, Pesawat Haerul pun siap terbang tahun ini.

Surya Satellite-1, Satelit Nano Buatan Mahasiswa Indonesia Siap Mengorbit

Pengujian Pesawat Haerul

Pesawat Haerul | Dok. Unhas
info gambar

Tim Pendampingan Pesawat Haerul FT Unhas telah melakukan uji taxi atau percobaan meluncur di darat pada 23 April lalu di pelataran Kampus FT, Kabupaten Gowa. Uji taxi ini juga disaksikan oleh Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu, Dekan FT Unhas Isran Ramli, dan perwakilan dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).

Pada uji taxi, Pesawat Haerul dikemudikan oleh Ansory Gemmy yang merupakan seorang pilot dari Pabrik Gula Camming, Kabupaten Bone. Ansory telah berpengalaman menerbangkan pesawat sejenis untuk keperluan penyemprotan tanaman tebu di area perkebunan.

Pengujian bergerak di darat berlangsung selama 40 menit di trek lurus sepanjang 50 meter. Pada dua kali pengujian, pesawat dapat bergerak mulus tanpa hambatan.

Menurut Ansory, rancangan Pesawat Haerul makin sempurna, pesawat juga dapat bergerak cukup mulus dan bisa dikendalikan dari kokpit dengan baik. Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa tenaga yang dihasilkan sudah memadai dan dirinya yakin pesawat tersebut dapat segera diterbangkan.

Ansory juga menyebut bahwa uji tes masih riskan dikarenakan landasan pacu sempit. Meski pesawat sudah bisa melaju normal, menurut dirinya pesawat tersebut masih butuh percobaan di landasan khusus pesawat. “Kalau sudah di landasan betul, aku sudah laju lebih kencang. (Maksimal) 240 km/jam. Kalau tadi ya cari aman-amannya saja,” ujarnya.

Usai melakukan uji taxi, ia juga menyampaikan bahwa Pesawat Haerul perlu dilengkapi dengan panel-panel kokpit, seperti penunjuk putaran mesin dan penunjuk kecepatan. Jika peralatan tersebut sudah terpasang, izin uji terbang pun dapat segera diajukan.

Menyoal perlengkapan, Nasaruddin menjelaskan bahwa saat ini panel-panel kokpit untuk Pesawat Haerul sedang dalam proses pemesanan dari Singapura dan ia berharap bahwa panel-panel tersebut akan segera tiba dalam waktu dekat.

Tim Pendampingan Pesawat Haerul pun selama ini berfokus pada aspek aerodinamika dari pesawat untuk memastikan keseimbangan dan kesiapan terbang.

“Secara umum, kondisi pesawat ini telah mencapai lebih 90 persen. Kami memperhatikan betul aspek aerodinamikanya, sebab aspek terpenting dari pesawat itu bukan hanya bisa terbang, tapi juga bisa mendarat kembali dengan sempurna dan aman,” jelas Nasaruddin.

Kata Nasaruddin, mudah-mudahan bulan Mei 2022 ini seluruh instrumen untuk sistem navigasinya sudah tercatat sehingga pihaknya dapat meminta kepada pihak Kemenhub dan Angkatan Udara (Lanud Hasanuddin) untuk melihat kelayakan pesawat.

Luhut dan Delegasi Indonesia Temui Elon Musk di Pabrik Tesla, Apa yang Dibahas?

Haerul dan pengembangan pesawatnya

Ada begitu banyak cerita unik di balik pengembangan Pesawat Haerul. Semuanya berawal dari Haerul kecil berusia lima tahun yang tertarik dan punya cita-cita membuat pesawat. Lewat film-film yang menampilkan pesawat terbang di televisi nasional membuat Haerul terinspirasi. Sebelumnya, ia pernah membuat pesawat yang berhasil terbang selama 1 menit 25 detik.

Bicara modal membangun pesawat, Haerul mengaku mengeluarkan uang sebesar Rp30 juta. Ia merakit pesawat dengan mesin motor Kawasaki Ninja 150cc dan mengumpulkan barang-barang bekas untuk merakit pesawat terbang seperti aluminium.

Kata Haerul, bagian tersulit dalam pembangunan pesawat ialah membuat kalkulasi yang tepat tentang kekuatan tenaga pendorong, beban pesawat, ukuran sayap, serta pembuatan kemudi dan roda pesawat. Soal cara merakit pesawat hingga menerbangkannya, semua ia lakukan berbekal informasi dari internet, termasuk menonton video di Youtube.

Dijelaskan Nasaruddin, Pesawat Haerul memiliki maksimal kecepatan terbang hingga 160/km/jam dengan jarak tempuh 482,7 kilometer. Pesawat yang memuat dua penumpang tersebut diketahui bisa menerima beban 596 kilogram dan memiliki ketinggian jelajah 1.524 meter.

Cerita Haerul dan pesawatnya memang menginspirasi. Namun, di sisi lain tindakannya juga disebut-sebut menyalahi aturan penerbangan.

Kadispen TNI-AU Fajar Adriyanto mengatakan bahwa pesawat yang dibuat Haerul belum memenuhi aturan dan keselamatan penerbangan. Ditambah lagi, Haerul juga tidak punya lisensi sebagai pilot.

Di sisi lain, Untung Medianto selaku Ketua Komite Pesawat Terbang Bermotor dan Swayasa mengungkapkan bahwa masyarakat sipil memang tidak dilarang untuk merakit pesawat, akan tetapi harus dijalankan dengan prosedur yang benar, misalnya memiliki blueprint yang dibeli dari perusahaan resmi dan perakitnya juga diawasi instruktur.

"Haerul itu membuat pesawat hanya berdasarkan panduan dari Youtube. Bukan dari blueprint. Padahal di dunia penerbangan, kalau masyarakat sipil mau membuat pesawat itu harus bertumpu pada blueprint dan harus di bawah pengawasan instruktur," jelas Untung.

Sebagai bentuk dukungan kepada Haerul, Untung pun mengatakan bahwa pihaknya akan memberikan pembinaan dan edukasi untuk Haerul. Selain itu, TNI-AU juga akan bekerja sama dengan FASI untuk memberikan pembinaan terkait perakitan pesawat sesuai aturan penerbangan.

"Haerul ini cuma montir yang mau terbang. Dia tidak pernah punya pendidikan formal pilot atau pembuatan pesawat. Tapi, dia buktikan dia bisa terbang. Dia buat pesawat pakai mesin sepeda motor. Itu yang sangat kita apresiasi," kata Fajar.

Namun, Haerul sendiri belum bisa diberikan lisensi pilot karena prosesnya panjang. Di dunia aero sport, minimal 25-30 jam baru akan dapat lisensi. Sementara untuk Haerul saat ini aka diberikan sertifikat join flight.

Demi Berantas Illegal Fishing, KKP Bangun 2 Kapal Pengawas Berteknologi Canggih

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini