Mengenal Dampak Toxic Positivity Terhadap Kesehatan Mental

Mengenal Dampak Toxic Positivity Terhadap Kesehatan Mental
info gambar utama

#FutureSkillsGNFI

Mungkin salah satu dari kalian semua hari ini ada yang sedang tidak baik-baik saja. Ada yang tengah mengalami kegagalan atau sedang menghadapi sebuah cobaan. Lalu, bagaimana sih cara kalian untuk menghadapi perasaan tersebut?

Selain menerima dengan lapang dada, mungkin terdapat satu cara lain yang kerap kali dilakukan yaitu dengan berpikir positif. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan bersikap seperti itu. Namun, perlu kita ketahui jika hal tersebut dilakukan secara berlebihan malah akan menambah masalah yang baru, padahal masalah yang lalu belum teratasi.

Berpikir positif terhadap segala sesuatu yang tengah dialami diri kita pada dasarnya merupakan suatu kewajiban. Berpikir positif juga sering dilakukan sebagai bentuk penerimaan atas segala kejadian yang telah dialami. Di dalam hidup, tentu kita semua tidak hanya mengalami hal baik saja, terkadang sesuatu yang buruk (tidak diinginkan) terjadi diluar kendali kita.

Diantara kalian mungkin tidak asing lagi dengan istilah toxic positivity. Istilah yang belakangan ini tengah ramai menjadi perbincangan di kalangan anak muda bersamaan dengan isu kesehatan mental. Tapi, apakah kalian tahu apa sebenarnya toxic positivity itu dan apa sih hubungannya dengan kesehatan mental?

Toxic positivity pada dasarnya bukanlah bagian dari suatu diagnosis atas gangguan mental, melainkan suatu istilah populer di kalangan masyarakat untuk menggambarkan fenomena ketika terdapat seseorang yang memberikan hiburan atau semangat terhadap orang yang tengah ditimpa masalah, namun dengan cara yang tidak benar seperti terlalu berlebihan atau bahkan tidak sesuai tempatnya. Hal inilah yang kerap kali memberikan efek buruk pada para penerimanya.

Toxic positivity juga bisa diartikan sebagai keyakinan yang tidak wajar bahwa kita dituntut untuk selalu berpikir positif dalam situasi apapun. Sehingga pikiran positif yang telah dibangun tersebut malah memberikan efek yang negatif dan cenderung merugikan. Berpikir positif yang kalian gunakan sebagai tameng untuk menghadapi masalah juga ada batasannya, karena jika hal tersebut sampai kebablasan hal tersebut seketika berubah menjadi racun bagi kita.

Sebenarnya tidak ada karakteristik khusus pada orang-orang yang melakukan toxic positivity. Namun, ada beberapa hal yang mungkin menjadi faktor pendukung seseorang melakukan toxic positivity. Misalnya, kurang mampu mengenali perasaannya sendiri dan kurang memiliki keterampilan berempati terhadap orang lain. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah pengaruh dari pola asuh atau budaya.

Bagaimana cara kita agar tidak terjebak dalam lingkaran toxic positivity kepada orang lain?

Terdapat berbagai cara untuk menghindari toxic positivity, diantaranya:

  1. Dengarkan dengan baik curahan hati orang yang sedang berbicara dengan kita
  2. Pastikan orang tersebut merasa nyaman ketika berbicara dengan kita
  3. Jangan pernah menyela apapun yang orang lain sampaikan kepada kita
  4. Tunjukkan rasa peduli dan keingintahuan kita terhadap masalah yang sedang dibicarakan
  5. Kita pahami dahulu apa tujuan orang lain berbicara dengan kita, tidak semua orang ingin menerima komentar maupun nasehat, adapula yang sekedar ingin didengar keluh kesahnya.

Bagaimana cara kita tidak mendapatkan perlakuan toxic positivity?

Hal yang terpenting agar kita tidak menjadi korban toxic positivity adalah selektif dengan siapa kita akan berbicara. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang memiliki karakter dan sifat yang berbeda, tentunya akan berpengaruh terhadap respon yang diberikan. Kondisi dan suasana saat kita bercerita pun perlu dipahami dengan baik, tidak semua orang memiliki waktu yang baik untuk kita ajak bicara

Apa dampak negatif dari toxic positivity?

Terdapat beberapa efek negatif yang akan diterima oleh orang yang melakukannya yaitu:

  1. Hilangnya rasa empati dan kepedulian terhadap orang terdekat karena pelaku toxic positivity enggan untuk berbagi rasa dan memahami persoalan orang lain
  2. Rendahnya kemampuan problem solving terhadap masalah yang dialami, hal ini tercermin dengan sikap yang ditunjukkan dengan minimnya kemauan untuk mendengar serta mencari solusi bersama atas permasalahan orang lain.

Adapun efek negatif pada kesehatan mental para penerima toxic positivity yaitu:

  1. Merasa terbaikan dan kurang dihargai
  2. Merasa diri terpenjara dengan masalah yang tengah dialami
  3. Merasa tidak punya sosok yang dapat memahami karena tidak adanya komunikasi yang dilakukan secara intens
  4. Timbul suatu pertanyaan tentang eksistensi dirinya, sehingga orang tersebut cenderung menjadi mudah insecure.

Toxic positivity bisa menjadi berbahaya bagi kesehatan mental kita bila mendapatkannya secara berulang-ulang. Hal ini dapat memicu gangguan mental yang lebih serius. Oleh karena itu, sebaiknya kita menghindari perilaku Toxic Positivity dengan cara mengontrol dengan bijak apa yang kita rasakan, pikirkan, dan ucapkan saat orang lain berbagi cerita tentangmasalahnya, sehingga orang tersebut akan merasa lebih didengar dan dihargai.

 

Sumber : Hindari Toxic Positivity Agar Kesehatan Mental Tetap Terjaga, www.emc.id

                Oleh : dr. Anna Elissa, Sp.KJ,

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini