Uniknya Rusa Bawean, Hewan Endemik Mungil dan Pemalu dari Gresik

Uniknya Rusa Bawean, Hewan Endemik Mungil dan Pemalu dari Gresik
info gambar utama

Siapa yang tak tahu rusa? Hewan yang sering disebut sambar atau menjangan ini memiliki 34 spesies di seluruh dunia dan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu rusa dunia lama dan rusa dunia baru. Di Indonesia juga ada spesies rusa endemik yaitu rusa Muntjak (Muntiacus muntjak), rusa Bawean (Axis kuhlii), rusa Sambar (Cervus unicolor), dan rusa Timor (Cervus timorensis).

Rusa Bawean memiliki ciri khas yang unik yaitu tubuhnya yang cenderung lebih kecil dibandingkan jenis rusa lain. Rusa ini merupakan endemik dari Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Hewan ini juga dikenal dengan sebutan Bawean hog deer, Kuhl's hog deer, Ciervo de Kuhl, dan Cerf de Bawean.

Meski tubuhnya mungil dan tampilannya menggemaskan, tentunya rusa Bawean tidak diperkenankan untuk dipelihara karena termasuk hewan liar. Ia butuh habitat tertentu untuk bertahan hidup dan jika dipaksa keluar dari habitat alami, kondisi tersebut akan membahayakan rusa. Namun, ada juga rusa yang diambil dari habitatnya untuk penangkaran dengan tujuan meningkatkan populasi karena spesies ini juga mengalami ancaman kepunahan.

Terkenal Licik dan Egois, Seperti Apa Kehidupan Burung Wiwik Kelabu?

Fakta menarik rusa Bawean

Rusa Bawean | Wikimedia Commons
info gambar

Soal klasifikasi ilmiah rusa ini sempat menjadi perdebatan karena perbedaan pendapat para ahli. Pada awalnya, rusa Bawean akan dimasukkan ke dalam genus Axis karena tidak memiliki gigi taring, tapi ada juga ahli yang berpendapat bahwa rusa ini tergolong ke dalam genus Cervus jika dilihat dari tengkoraknya.

Pada akhirnya disepakati bahwa rusa Bawean diberi nama latin Axis kuhlii berdasarkan kondisi tidak memilki gigi taring, hanya memiliki gigi tengah dengan incisor membesar, struktur tanduk mirip dengan Axis porcinus, bentuk tengkorak yang pendek dan tulang hidung yang lurus, mempunyai bulu pendek dan halus, dan kelenjar metatarsal dan pedal yang cenderung mirip dengan rusa dari genus Axis.

Ada beberapa karakteristik unik yang dimiliki rusa Bawean dan tidak ada pada jenis rusa lain di Indonesia. Salah satunya adalah ukuran tubuh yang relatif kecil. Tinggi rusa Bawean antara 60-70 cm dan panjang tubuhnya antara 105-115 cm. Rata-rata bobot tubuhnya 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan. Selain itu, rusa ini punya ekor sepanjang 20 cm yang berwarna cokelat-keputihan.

Ciri fisik lain dari rusa Bawean adalah perbedaan warna saat muda dan dewasa. Rusa muda cenderung memiliki bulu dengan corak totol-totol dan seiring ia bertambah usia, totol-totol tersebut memudar dan hilang dengan sendirinya. Selain itu, postur tubuh rusa ini juga akan bungkuk sehingga tampak mirip hewan kijang.

Rusa Bawean juga memiliki tanduk yang khas dan rata-rata tumbuh 1-2 inci setiap minggu selama musim panas. Setelah berusia 20-30 bulan, tanduk akan tumbuh dengan tiga cabang dan memasuki usia 7 tahun tanduknya akan patah untuk kemudian digantikan dengan pertumbuhan tanduk baru yang lebih kuat dan tidak patah sepanjang hidupnya. Bagi rusa, tanduk adalah simbol kemuliaan dan dapat berevolusi sebagai senjata saat bertarung, juga untuk menarik perhatian rusa betina saat musim kawin.

Spesies ini juga dikenal dengan daya jelajahnya yang luar biasa. Ia punya kemampuan berjalan sangat lama. Bahkan, anak rusa mampu berjalan tujuh jam tanpa henti dan tidak kelelahan.

Kura-Kura Duri, Reptil Endemik Indonesia yang Makin Langka di Alam

Kebiasaan rusa di alam

Caption
info gambar

Tampak jelas dari namanya, rusa ini merupakan hewan endemik yang hidup terbatas di Pulau Bawean. Di sana, rusa hidup di lingkungan yan beragam, dari hutan, semak-semak, dan sabana. Umumnya rusa beraktivitas di daerah dengan ketinggian kurang dari 500 mdpl untuk beristirahat, kawin, dan menghindar dari predator.

Rusa Bawean merupakan hewan nokturnal, ia aktif sepanjang malam untuk mencari makan dan sulit terlihat pada siang hari. Untuk makanan, rusa makan makanan nabati seperti rumput, dedaunan, tumbuhan, dan ranting.

Mereka juga hewan yang pemalu dan menghindari kontak dengan manusia. Namun, rusa Bawean tidak agresif ketika merasa terancam. Mereka lebih sering bersembunyi dan bergerak lambat agar tidak ketahuan oleh bahaya yang dihadapi.

Hal unik dari hewan ini adalah cara mereka berkomunikasi dengan vokal dan bau. Mereka akan menandai wilayah mereka dan mengusir pemangsa. Jika ada rusa yang tersesat, rusa yang lain akan membuat suara seperti gonggongan untuk memanggil yang hilang. Rusa jantan juga menggonggong dan menghentakkan kaki di tanah ketika menantang rusa lain.

Rentang usia rusa ini tidak diketahui secara pasti, tetapi ada rusa yang hidup 18 tahun di penangkaran. Untuk musim kawin terjadi pada bulan September dan Oktober. Sementara itu, masa kehamilan betina sekitar 225-230 hari.

Meski sedemikian unik, spesies asli Indonesia ini terus mengalami penurunan populasi. Adapun ancaman kehidupan rusa Bawean berasal dari semakin berkurangnya habitat alami karena alih fungsi hutan, semak-semak dalam hutan berkurang, sumber makanan yang juga ikut berkurang.

Pada tahun 2008, peneliti LIPI menyatakan jumlah rusa Bawean sekitar 400-600 ekor. Kemudian berdasarkan data Balai Besar Konservasi Sumber Alam Provinsi Jawa Timur, populasinya mengalami penurunan dari 325 ekor pada tahun 2015 menjadi 303 ekor pada tahun 2016.

Pihak International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan bahwa hewan endemik ini diperkirakan berjumlah 250-300 ekor di habitat aslinya. Karena itu, rusa ini telah masuk kategori Red List sebagai hewan yang kritis atau CR (Critiscally Endangered). Sedangkan oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dikategorikan sebagai Appendix I atau dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional.

Mengenal Febri, Mengapa Ia Begitu Dilindungi?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini