Mengenal Level Kendaraan Otonom dan Peluang Beroperasi Massal di Indonesia

Mengenal Level Kendaraan Otonom dan Peluang Beroperasi Massal di Indonesia
info gambar utama

Di saat dunia sedang sama-sama gencar menggaungkan kendaraan listrik sebagai upaya untuk mempercepat realisasi praktik energi bersih, terdapat teknologi bawaan dari industri otomotif yang mengikuti di dalamnya, yakni teknologi kendaraan otonom atau autonomous vehicle.

Bukan hal yang terlalu baru, namun saat ini pengembangan jenis kendaraan otonom sendiri memang masih dilakukan secara terbatas oleh segelintir pihak.

Sedikit kembali memberi gambaran, kendaraan otonom yang biasanya hadir dalam bentuk mobil, adalah sebuah kendaraan tanpa awak yang dapat berjalan menjelajahi lingkungan sekitar dan bergerak tanpa dioperasikan atau dikendarai oleh manusia.

Kendaraan otonom biasanya dibekali dengan sejumlah teknologi untuk mendeteksi kondisi sekitar seperti radar, sinar laser, GPS, odometri, dan penglihatan komputer.

Moorissa Tjokro, Wanita Indonesia di Balik Fitur Tertinggi Autopilot Mobil Tesla

Level kendaraan otonom

Level kendaraan otonom
info gambar

Tidak hanya terdiri dari satu jenis, sebenarnya kendaraan otonom memiliki level klasifikasinya sendiri. Semakin tinggi levelnya maka semakin tinggi dan ‘mandiri’ pula kemampuan kendaraan tersebut untuk dapat berakselerasi tanpa bantuan manusia.

Ketentuan mengenai level kendaraan otonom sendiri telah ditetapkan oleh Society of Automotive Engineers (SAE), himpunan insinyur yang kerap mengeluarkan standar dalam bidang teknik mobil atau kendaraan bermotor yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Adapun enam tingkatan level kendaraan otonom yang sudah ditetapkan oleh SAE, dan telah diadopsi oleh Departemen Transporasi di AS adalah sebagai berikut:

Level 0, adalah kendaraan tanpa otomatisasi. Level ini nyatanya adalah mobil konvensional yang banyak digunakan oleh masyarakat dunia saat ini. Semua sistem berkendara mulai dari menyetir, mengerem, mengakselerasi, atau menurunkan laju kendaraan masih sepenuhnya dilakukan manusia sebagai pengemudi.

Level 1, pada tahap ini hampir semua fungsi berkendara juga masih ada di bawah kendali pengemudi. Namun, ada beberapa fungsi yang bisa dijalankan secara otomatis, contohnya fitur adaptive cruise control yang mendeteksi kendaraan atau objek lain di sekitar kendaraan, dan memberi peringatan jika terdapat potensi tabrakan.

Level 2, di level ini kendaraan mulai memiliki kemampuan otomatisasi mengemudi sebagian. Pengemudi dapat melepaskan tengan dari setir dan pedal gas, tapi tetap harus siap sedia dalam bangku kemudi dan siap sedia mengambil alih ketika keadaan dirasa mulai genting.

Level 3, selevel lebih tinggi, kendaraan otonom di level ini punya kemampuan lebih tinggi dalam mendeteksi lingkungan sekitar, sekaligus mengambil langkah yang dianggap sesuai dari kondisi yang dimaksud, seperti menyalip kendaraan yang berada di depannya.

Level 4, otomatisasi kendaraan semakin tinggi. Pada level ini kendaraan mampu melakukan semua tindakan mengemudi secara mandiri dalam kendaraan tertentu. Tindakan mengemudi yang dimaksud termasuk mengerem, mempercepat, memantau kondisi sekitar dan mengambil tindakan, menentukan kapan pindah jalur, berbelok, sampai menggunakan lampu sein.

Pada level 3 dan 4, keberadaan pedal gas, rem, dan setir masih ada di dalam kendaraan, hanya saja penggunaannya hanya dilakukan sewaktu-waktu saat pengambil-alihan kemudi oleh manusia dirasa diperlukan.

Level 5, tingkatan paling tinggi dengan otomatisasi penuh. Pada level ini bisa dibilang sudah tidak ada istilah ‘mengemudi’, karena kendaraan dengan level otonom ini sudah tidak memiliki setir, pedal gas, dan rem. Bahkan semua tindakan mengemudi sudah bisa dilakukan secara penuh oleh kendaraan itu sendiri.

Karena itu, lazimnya pada level 5 penyebutannya tidak lagi secara spesifik disebut sebagai ‘mobil’ melainkan kendaraan otonom, karena bentuknya sendiri lebih bersifat umum sebagai kendaraan darat yang beroperasi tanpa pengemudi. Bentuknya bisa dalam bentuk minibus, bus, dan lain sebagainya.

Bus Otonom Pertama di Indonesia, Gunakan Teknologi 5G

Mobil otonom di tanah air

Kendaraan otonom yang beroperasi di kawasan BSD Tangerang
info gambar

Di Indonesia, kendaraan otonom sebenarnya sudah beberapa kali terlihat di sejumlah kesempatan. Salah satunya saat gelaran Asian Games 2018 lalu, yang menggunakan kendaraan otonom Navya Arma asal Jepang.

Memang, beberapa produk kendaraan otonom untuk saat ini baru dikembangkan oleh beberapa perusahaan otomotif saja. Ditambah dari semua level kendaraan otonom di atas, belum ada pabrikan yang membuat mobil otonom level 4 atau 5 untuk tujuan komersil atau dipakai sebagai kendaraan pribadi.

Sebelumnya Indonesia sendiri beberapa waktu lalu juga diketahui sedang mengembangkan kendaraan otonom yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sudah melalui beberapa tahap uji coba, kendaraan tersebut diproyeksikan akan dipakai sebagai kendaraan pengumpan (feeder) di kawasan khusus seperti kebun raya, objek wisata, kawasan perumahan, industri, komplek perkantoran, bahkan kendaraan di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Sementara itu belum lama ini, Kementerian Perhubungan baru saja meresmikan pengoperasian kendaraan otonom yang digunakan oleh pihak swasta di kawasan perkantoran BSD Tangerang. Sama-sama menggunakan kendaraan otonom Navy Arma, kendaraan tersebut diketahui memiliki kapasitas untuk menampung sebanyak 15 penumpang, dengan formasi 11 orang duduk dan 4 berdiri.

Memiliki penggerak listrik dan battery pack berkapasitas 33 kWh, kendaraan berdimensi 4,7 meter x 2,1 meter tersebut diketahui dapat bertahan selama 9 jam.

Di lain sisi, kendaraan otonom sendiri memang diproyeksikan akan menjadi kendaraan masa depan yang memenuhi target kehidupan dengan konsep hijau dan berkelanjutan. Meski masih jauh jika bicara mengenai penggunaannya secara massal, namun praktik awalnya sendiri disebut akan mulai digunakan di beberapa kawasan khusus.

Mengintip Mobil Listrik Otonom Garapan BRIN

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini