Apa Itu Starlink, Satelit Milik Elon Musk yang Resmi Masuk Indonesia

Apa Itu Starlink, Satelit Milik Elon Musk yang Resmi Masuk Indonesia
info gambar utama

Satelit Starlink milik bos SpaceX Elon Musk telah mendapatkan izin beroperasi di Indonesia. Hak Labuh Satelit Khusus Non-Geostationer (NGSO) Space Exploration Technologies Corp (Starlink) telah diberikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

Bagi yang masih asing dengan namanya, Starlink merupakan layanan internet berbasis satelit luar angkasa yang dikembangkan oleh perusahaan penerbangan luar angkasa swasta SpaceX. Proyek ambisius SpaceX ini dikembangkan untuk membangun jaringan internet yang saling terhubung dengan ribuan satelit dan dapat menyediakan internet berkecepatan tinggi kepada masyarakat di seluruh penjuru dunia.

Sebelumnya, layanan internet Starlink telah tersedia di beberapa negara seperti Inggris, Prancis, Spanyol, Denmark, Portugal, Meksiko, dan kini hadir di Indonesia.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menjelaskan bahwa pihaknya memberikan hak labuh kepada Telkomsat sebagai pengguna korporat backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup satelit Starlink, bukan untuk layanan ritel pelanggan akses internet secara langsung oleh Starlink.

Seperti apa Starlink akan digunakan di Indonesia dan bagaimana cara satelit ini bekerja? Berikut penjelasannya:

Mengenal PLTS Terapung, Ada 3 Proyek yang Sedang Dibangun di Indonesia

Starlink di Indonesia

Meski telah mendapatkan izin beroperasi di Indonesia dan ekslusif untuk Telkomsat, Juru Bicara Kemkominfo Dedy Permadi mengatakan bahwa Hak Labuh Satelit hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup Telkomsat.

“Hak Labuh Satelit itu bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh Starlink,” tegasnya.

Dedy pun menjelaskan bahwa backhaul merupakan teknologi yang digunakan untuk memfasilitasi perpindahan data dari satu infrastruktur telekomunikasi ke telekomunikasi lain. Teknologi itu dapat digunakan untuk mendukung penyediaan layanan broadband internet terutama selular 4G di daerah rural yang belum tersambung secara langsung dengan kabel serat optik.

Selain itu, layanan satelit Starlink juga baru bisa beroperasi jika gateway station telah dibangun oleh Telkomsat. Gateway station tersebut juga sepenuhnya merupakan investasi dan milik Telkomsat. Tanpa gateway station, dipastikan satelit Starlink tidak bisa berfungsi untuk melayani backhaul.

“Layanan satelit Starlink hanya dapat beroperasi jika pembangunan Gateway Station - Teresterial Component untuk menerima layanan kapasitas Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah dirampungkan oleh Telkomsat,” jelas Dedy.

Untuk hak labuh ini pun memungkinkan pihak Starlink menjual kapasitas satelit Starlink kepada Telkomsat untuk memenuhi kebutuhan pita backhaul Telkomsat. Maka pihak Telkomsat membangun Gateway Station - Terestrial Component untuk menerima layanan kapasitas satelit dari Starlink.

Menteri Johnny menambahkan bahwa layanan ini menyambung layanan fiber optik di tempat- tempat yang memang sulit dibangun fiber optik. Kemudian, layanan tersebut pun dapat dilakukan lewat jaringan microwave link atau kapasitas satelit seperti Starlink.

Ke depannya, operasional pemanfaatan layanan Starlink oleh Telkomsat wajib tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh. Izin hak labuh sendiri akan terus dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi dan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.

Menurut Dedy, kerja sama dalam penggunaan satelit ini dapat diwujudkan berkat perkembangan pesat dalam hubungan perdagangan bilateral di sektor telekomunikasi dan digital antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Selain satelit Starlink, kerja sama kedua negara juga termasuk rencana Indonesia untuk memiliki tiga satelit generasi baru, yaitu 50 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) yang diberi nama SATRIA (Ka- Band), 80 Gb Very High Throuhput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite (Ka-band), dan 32 Gb High Throughput Satellite (HTS) milik Telkomsat (C & Ku- band).

“Ketiga satelit ini di rencanakan akan menggunakan roket peluncur SpaceX - Falcon 9 dan merupakan jenis satelit yang mengorbit di Geo Stationer Orbit,” ucap Dedy.

Mengintip Prototipe Kendaraan Berbahan Bakar Hidrogen Garapan BRIN

Apa itu Starlink?

Starlink merupakan nama dari jaringan satelit orbital yang pengembangannya dimulai pada 2015. Tahun 2018 prototipe pertamanya diluncurkan ke orbit kemudian ribuan satelit telah diletakkan di orbit rendah bumi sejak saat itu.

Berbeda dengan layanan internet satelit tradisional, Starlink menyediakan akses internet dengan kecepatan tinggi dan bukan hanya di wilayah perkotaan saja, tetapi sampai ke daerah-daerah terpencil di seluruh penjuru dunia. Layanan ini dapat menjadi sebuah solusi bagi daerah-daerah yang selama ini sulit mendapatkan akses internet.

"Starlink sangat cocok untuk area di dunia di mana konektivitas biasanya menjadi tantangan," tulis situs web Starlink. "Tidak dibatasi oleh infrastruktur darat tradisional, Starlink dapat memberikan internet broadband berkecepatan tinggi ke lokasi di mana akses tidak dapat diandalkan atau sama sekali tidak tersedia."

Untuk menggunakan Starlink, yang dibutuhkan adalah menyiapkan parabola kecil untuk menerima sinyal dan meneruskan bandwidth ke router Anda. Perusahaan satelit tersebut juga memiliki sejumlah opsi pemasangan untuk atap, pekarangan, dan bagian luar rumah Anda. Bahkan, mereka memiliki aplikasi di Android dan iOS yang menggunakan augmented reality untuk membantu pelanggan memilih lokasi dan posisi terbaik.

Merujuk pada situs pelacak kecepatan internet Ookla, kecepatan unduh dari satelit Starlink selama kuartal keempat 2021 mencapai 100 megabit per detik (Mbps) di 15 negara berbeda. Di Amerika Serikat, layanan tersebut menawarkan kecepatan unduh rata-rata sekitar 105 Mbps dan kecepatan unggah rata-rata sekitar 12 Mbps. Bahkan, kecepatannya mencapai lima hingga enam kali lebih baik dari pesaingnya, yaitu Viasat dan HughesNet.

Menurut penjelasan di situs Starlink, pengguna dapat mengharapkan kecepatan data bervariasi dari 50 hingga 150 Mbps dan latensi dari 20 hingga 40 milidetik di sebagian besar lokasi selama beberapa bulan ke depan. Saat ini, pihak Starlink pun tengah meluncurkan lebih banyak satelit, meningkatkan perangkat lunak jaringan, kecepatan data, latensi, dan waktu aktif akan meningkat secara dramatis.

Mengenal Ragam Teknologi Menarik yang Ada dalam Gelaran Formula E

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini