Eksplorasi Wisata Kaimana, Sepotong Surga di Papua Barat

Eksplorasi Wisata Kaimana, Sepotong Surga di Papua Barat
info gambar utama

Pernah dengar nama Kaimana? Wilayah di Papua Barat ini merupakan kabupaten baru hasil pemekaran yang dulunya berstatus distrik di bawah Kabupaten Fak-fak. Lokasi Kaimanan berbatasan dengan Nabire, Mimika, Laut Arafura, dan Teluk Bintuni.

Kaimana memiliki tujuh distrik yaitu Buruway, Teluk Arguni, Kaimana, Teluk Etna, Kambrawu, Yerusi, dan Yamor. Posisi Kaimana terbilang strategis karena berhadapan langsung dengan Laut Arafuru yang memiliki potensi kelautan cukup dan sumber daya alam cukup tinggi.

Kekayaan laut di perairan Kaimana meliputi tuna, cakalang, tenggiri, teripang, udang windu, kerang mutiara, hingga penyu dan hiu. Selain itu di Kaimana terdapat hamparan hutan bakau, kelapa sawit, kelapa, kakao, pala hutan, kayu gaharu, dan binuang.

Tentunya Kaimana juga memiliki potensi pariwisata yang besar mulai dari pantai pasir putih, danau, situs peninggalan sejarah, kampung-kampung tradisional, hingga panorama bawah laut yang eksotis. Jika berkunjung ke Kaimana, berikut beberapa objek wisata yang wajib dikunjungi:

Melancong ke Pulau Siberut untuk Melihat Satwa Endemik dan Kehidupan Suku Mentawai

Kampung Marsi

Kampung Marsi merupakan salah satu tempat yang sayang dilewatkan jika Anda mengunjungi Kaimana. Berada di Distrik Kaimana, Kampung Marsi merupakan kediaman komunitas masyarakat hukum adat Mairasi. Di kampung ini, daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain spot diving, mengamati burung, wisata budaya, menyusuri hutan bakau, hingga wisata kolam sisir yang berwarna hijau toska dan biasa jadi lokasi pelatihan selam.

Objek wisata di Kampung Marsi terbilang beragam, di sana pengunjung bisa melihat bagaimana tutupan karang masih apik dan sehat. Bahkan, ada beberapa spot untuk melihat satwa laut seperti paus, wabegong, ikan, mandarin, nudibranch, dan berbagai jenis biota yang biasa jadi target fotografi.

Menilik Potensi Wisata Alam, Budaya, Rohani, Hingga Kuliner di Floratama

Benteng Fort Du Bus

Di Kaimana terdapat Benteng Fort Du Bus yang telah dibangun tahun 1828 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Lokasinya berada di Teluk Triton. Nama benteng sendiri diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang berkuasa saat itu yaitu L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies.

Pada saat itu, benteng dibangun untuk menghambat gangguan dari pasukan kolonial Inggris dari Australia. Benteng ini juga menandai kehadiran kekuasan kolonial Belanda di Papua, meskipun daerah tersebut telah dijajah sejak 1823 dan dianggap pemerintah Belanda sebagai bagian dari tanah jajahan mereka di Nusantara.

Benteng ini diketahui masih terus digunakan hingga tahun 1835 sampai akhirnya ditinggalkan karena banyak penduduk di sekitar yang terkenal banyak penyakit, terutama malaria, juga banyaknya penyerangan dari suku-suku yang berasal dari Seram dan Goram.

Pulau Venu

Terletak di ujung barat Kabupaten Kaimana, ada Pulau Venu yang diselimuti pepohonan kasuari. Pulau Venu juga merupakan rumah para penyu, jika beruntung Anda bisa menyaksikan ratusan hingga ribuan penyu sedang singgah dan bertelur di pulau ini. Bahkan menurut Conservation International, Pulau Venu merupakan kawasan terbaik untuk penyu bertelur di Asia Tenggara.

Pulau ini sebenarnya terbentuk dari tumpukan pasir putih berkerikil dengan panjang kurang lebih lebar 300 meter dan panjang 700 meter. Bentuk pulaunya seperti gelang dan di tengahnya terdapat kolam air asin yang pasang-surut mengikuti air aut.

Di pulau ini, pengunjung bisa melihat penyu hijau, penyu sisi, penyu lekang, dan hewan-hewan lain seperti teripang, berbagai jenis kima, keong kepala kambing, keong lambis-lambis, juga aneka burung seperti elang laut, dara laut, dan camar dara.

Kampung Namatota

Kampung Namatota | jadesta.kemenparekraf.go.id
info gambar

Kampung Namatota juga tak kalah unik dari destinasi wisata lain di Kaimana. Kampung ini dihuni oleh masyarakat Suku Koiway yang masih menjalankan sistem pemerintahan adat dan dipimpin oleh seorang Raja dari keturunan Ombaier. Pada abad ke-16, lokasi kampung ini berfungsi sebagai pusat Kerajaan Namatota.

Penduduk Kampung Namatota dikenal sebagai nelayan yang unggul dan masih memegang teguh adat istiadat dan kearigan lokal. Masyarakat masih terus menjalankan tradisi peninggalan nenek moyang seperti sasi nggama dalam memanfaatkan sumber daya alam. Ritual ini dilakukan untuk mengucapkan terima kasih kepada Sang Pencipta atas berkah hasil laut.

Di perairan kampung ini, wisawatan bisa melihat hiu berjalan, hiu paus, paus bryde's, pari manta, penyu sisi, dan penyu hijau. Ada banyak pilihan spot menyelam untuk lebih dalam lagi mengeksplor bawah laut. Kegiatan lain yang bisa dilakukan antara lain menikmati senja di Namatoa, keliling kampung bermain kayak, menyusuri hutan bakau, mengamati burung, atau mengunjungi laguna tersembunyi.

Pesona Desa Hilisimaetano Nias, Dari Rumah Adat, Tarian Perang, Hingga Batu Megalitik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini