Memahami Zoonosis dan Bahaya Penyebaran Penyakit dari Hewan ke Manusia

Memahami Zoonosis dan Bahaya Penyebaran Penyakit dari Hewan ke Manusia
info gambar utama

Belum terlalu banyak yang tahu, jika setiap tanggal 6 Juli merupakan peringatan untuk Hari Zoonosis Sedunia (World Zoonoses Day). Peringatan ini dicetuskan saat ahli Biologi asal Prancis yakni Louis Pasteur, pertama kali menyuntikan vaksin pengobatan kepada sejumlah penderita penyakit zoonosis seperti rabies dan ebola di tahun 1885.

Hari Zoonosis dibuat untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat dunia, akan pentingnya memahami bahaya zoonosis. Lebih dari itu, momentum yang sama juga diharapkan dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan berbagai jenis hewan yang hidup berdampingan di alam.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan zoonosis dan mengapa penting untuk dipahami oleh manusia?

Menyebar ke Eropa dan Amerika Serikat, Apa Itu Penyakit Cacar Monyet?

Mengenal zoonosis

Penjelasan penyakit zoonosis | Ichiko Sugiyama via blogs.egu.eu
info gambar

Zoonosis adalah penyakit yang asalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Bentuknya pun beragam tidak hanya terbatas pada virus, melainkan bakteri, jamur, hingga parasit. Zoonosis tidak bisa dianggap remeh karena faktanya, dari sebanyak 30 patogen atau penyakit yang menjangkiti manusia selama tiga dekade terakhir, 75 persen di antaranya berasal dari hewan.

Lebih dari itu, dalam lima dekade terakhir tercatat jika terdapat lima wabah penyakit bersifat zoonosis yang telah merenggut ratusan ribu bahkan jutaan nyawa manusia di dunia. Penyakit yang dimaksud terdiri dari H1N1 atau flu babi yang pada tahun 2009 menewaskan 284.500 orang, Ebola yang menewaskan setidaknya lebih dari 13.000 orang, kemudian ada juga SARS dan MERS.

Terbaru dan yang tak kalah menciptakan kegaduhan, adalah wabah Covid-19 yang hingga saat ini kuat diduga ditularkan oleh virus yang berasal dari kelelawar, sebelum menular dengan luas antar manusia ke berbagai belahan dunia.

Pada kasus zoonosis, ragam hewan penular penyakit yang dimaksud bisa berperan baik sebagai carrier maupun reservoir. Sebagai carrier, artinya hewan berperan sebagai pembawa atau tempat persinggahan mikroorganisme entah bakteri atau virus penyakit yang kemudian berpindah ke manusia.

Sedangkan sebagai reservoir, hewan jutsru menjadi tempat tumbuh dan berkembang organisme atau patogen dari penyakit tertentu. Ada empat cara penyakit zoonosis ditularkan dari hewan ke manusia, empat cara yang dimaksud terdiri dari pertama kontak langsung. Yakni penyakit yang ditularkan hewan melalui gigitan, cakaran, bersentuhan dengan air liur, urin, feses, atau cairan tubuh lainnya dari hewan yang membawa penyakit.

Kedua adalah kontak tidak langsung, ditularkan melalui partikel penyakit yang sudah mengontaminasi lingkungan tempat hewan berada. Misal tempat sampah, taman, fasilitas umum, peternakan, dan lain sebagainya.

Ketiga melalui vektor, yang dimaksud vektor adalah organisme atau hewan perantara yang membawa penyakit dari sumber hewan asli, misalnya kutu, serangga, dan sejenisnya. Terakhir adalah metode foodborne, yakni penularan dengan menelan makanan yang terkontaminasi penyakit dari sumber hewan, misal susu, daging, dan sejenisnya.

Berpotensi Menjadi Pandemi, Apa Itu Virus Hendra dan Bagaimana Penularannya?

Penyakit zoonosis di Indonesia

Jika bicara mengenai jenisnya, ada banyak penyakit zoonosis yang sebenarnya sudah lama muncul di Indonesia. Sebagian besar penyakit yang dimaksud datang dari infeksi manusia yang terjangkit di negara lain. Selain Covid-19, beberapa penyakit zoonosis yang dimaksud terdiri dari:

Demam berdarah (DBD)

Sudah bukan lagi hal baru, umum diketahui bahwa penyakit satu ini disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Di mana biasanya, nyamuk jenis tersebut banyak berkembang biak saat musim penghujan. Meski dapat sembuh, tak sedikit angka kematian yang ditimbulkan dari penyakit DBD.

Terbaru di tahun 2022 ini disebutkan bahwa Kemenkes telah mencatat sebanyak 52.313 kasus DBD, dengan 488 kematian di 451 kabupaten/kota di 34 provinsi.

Rabies

Penyakit satu ini yang paling jelas disebabkan oleh air liur melalui kejadian gigitan. Selama ini sebagian besar masyarakat hanya menganggap jika rabies umumnya disebabkan oleh anjing. Padahal, masih banyak sejumlah hewan yang dapat menularkan rabies di antaranya kelelawar, rubah, sigung, dan rakun.

Terbilang berbahaya, gejala yangditimbulkan rabies dapat meliputi demam, sakit kepala, kelebihan air liur, kejang otot, kelumpuhan, dan kebingungan mental. Disebutkan bahwa rata-rata ditemukan 142 kasus rabies per tahun yang tersebar di Indonesia.

Antraks

Penyakit satu ini terbilang cukup penting diwaspadai, karena penularannya bisa diterima tanpa disadari, melalui konsumsi daging sapi yang terjangkit. Sumber penyakitnya adalah bakteri Bacillus anthracis.

Wabah antraks diketahui pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1832 di Kecamatan Tirawuta dan Mowewe Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kemudian pada 1969, ada 36 orang meninggal setelah memakan daging ternak terjangkit antraks di wilayah sama.

Meski tingkat kasusnya jarang terjadi, namun penyakit ini berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Gejala teringannya, manusia yang mengonsumsi daging terinfeksi antraks dapat mengalami demam, sulit menelan, dan sakit tenggorokan.

Namun gejala ekstrem yang dapat menyebabkan kematian, biasanya ditandai dengan kondisi BAB berdarah, nyeri otot, hingga radang selaput otak (meningitis).

Wabah Pes dan Kegetiran Jemaah Haji Lakukan Karantina di Pulau Onrust

Upaya pencegahan zoonosis

Sama halnya seperti karakteristik penyakit lain, ada beberapa kalangan yang disebutkan rentan terjangkit oleh penyakit bersifat zoonosis. Mengutip CDC, kalangan yang dimaksud terdiri dari anak kecil berusia kurang dari 5 tahun, orang lanjut usia di atas 65 tahun, orang dengan sistem imun yang lemah, dan perempuan hamil.

Pada dasarnya, kontak langsung dengan hewan tertentu yang dapat membawa penyakit bisa dibilang cukup susah-susah-gampang untuk dilakukan. Karena selama ini, manusia sendiri hidup berdampingan dengan berbagai jenis hewan dan memiliki interaksi yang tak dapat dihindari.

Beberapa hal dasar untuk mencegah penularan penyakit yang bersifat zoonosis dapat dilakukan dengan cara:

  • Menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, terutama setelah kontak langsung dengan hewan,
  • Menghindari kontak langsung dengan hewan liar,
  • Mengindari sebisa mungkin kontak dan potensi terjangkit nyamuk, kutu, atau jamur dari hewan yang kurang bersih, dan
  • Mewaspadai sebisa mungkin luka yang disebabkan oleh hewan seperti cakaran, gigitan, dan lain sebagainya.
Bagaimana Kondisi Kesehatan Nasional Indonesia Saat Ini?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini