Intip Suara Sastra dari Kampung Halaman Melalui Komunitas Kidung Pena

Intip Suara Sastra dari Kampung Halaman Melalui Komunitas Kidung Pena
info gambar utama

Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan kegemaran atau kecintaan terhadap suatu hal, termasuk dengan menjadikannya sebuah hobi atau mengikuti komunitas tertentu.

Secara umum, komunitas merupakan sekumpulan orang yang saling terikat dan memiliki tujuan yang sama. Sebuah komunitas terbentuk atas dasar kesamaan minat, kesamaan lokasi, dan kesamaan keinginan atau kepentingan.

Kidung Pena merupakan komunitas sastra di Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah. Kipen, sebutan akrab untuk Kidung Pena, sudah berdiri sejak para pendirinya berada di bangku sekolah menengah atas (SMA) tepatnya pada 2015.

Berawal dari Kecintaan

Mimbar Bebas Baca Puisi | Dokumentasi Pribadi
info gambar

Kipen terbentuk atas dasar kecintaan para anggotanya terhadap sastra. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Lugas Ikhtiar selaku co-founder Komunitas Sastra Kidung Pena.

“Kipen dibentuk atas dasar suka sama suka, karena teman-teman suka sastra. Dasarnya ya itu tadi karena menyukai sastra. Bisa berupa karya sastra, perkembangan ilmu sastra, transmedia karya sastra seperti musikalisasi puisi, dan sebagainya,” ujar Lugas.

Dari kecintaan tersebut, timbul perasaan ingin berkegiatan atau bersastra di kampung halaman sendiri, yaitu Pemalang.

Kipen sudah berdiri sejak tahun 2015 saat Lugas dan beberapa pendiri yang lain masih di bangku SMA. Bukan sebagai ekstrakurikuler yang diakui sekolah dan terikat, tetapi sebuah komunitas yang ada atas dasar suka.

Sehingga, tidak ada kewajiban tertentu bagi anggota Kipen. Jika ingin bergabung ya disilakan, tetapi kalau ada kepentingan yang membuat anggota tersebut hengkang tentu tidak menjadi masalah.

Meski sempat mengalami vakum pada tahun 2018 karena beberapa anggota sibuk dengan urusan masing-masing, Kipen berhasil bangkit pada tahun 2020. Kelahiran kembali Kipen ini diawali dengan kegiatan Mimbar Bebas Baca Puisi di Taman Patih Sampun Pemalang pada 18 Januari 2020.

Dengan yang semula hanya sekitar 5 orang, hingga kini Kipen sudah memiliki 40-an anggota. Kipen sangat terbuka bagi masyarakat Pemalang yang ingin belajar, menekuni, dan mencintai sastra.

Mengadakan Berbagai Kegiatan

Pementasan Teater Kidung Pena | Dokumentasi Pribadi
info gambar

Sebagai komunitas sastra di Pemalang, Kipen sudah mengadakan berbagai kegiatan. Mulai dari screening dan diskusi film, mimbar bebas baca puisi, diskusi mengenai isu tertentu, lapak baca gratis, lomba cipta puisi, pentas monolog, peringatan bulan bahasa dan berbagai aktivitas lainnya.

Khusus untuk lapak baca gratis biasanya diadakan setiap hari Minggu pukul 07.00 WIB di Alun-Alun Pemalang. Kipen menyediakan buku bacaan gratis bagi siapa saja yang ingin membaca.

Tak hanya buku sastra, Kipen juga menyediakan buku anak, seperti buku dongeng, buku belajar menghitung, dan buku-buku lainnya.

Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat berkontribusi untuk memantik budaya membaca, khususnya bagi masyarakat di Pemalang. Buku-buku yang ada berasal dari buku pribadi para anggota Kipen dan juga sumbangan dari donatur.

Kendala Ada Sebagai Tantangan

Pembacaan Puisi di Expo Pemalang | Dokumentasi Pribadi
info gambar

Ketika berkecimpung di sebuah komunitas, pasti akan bertemu dengan berbagai macam kendala. Hal serupa juga disampaikan oleh Lugas. Dirinya juga mengalami kendala saat mengelola Kipen.

“Kendala di Kipen sebenarnya banyak karena hampir semua anggota Kipen kuliah di luar kota. Mereka memiliki kesibukan yang beragam seperti berproses di kampus masing-masing, mengikuti organisasi kampus, bahkan ada yang bekerja. Sehingga, fokus untuk bergerak bareng di Kipen berkurang,” kata Lugas.

Meski demikian, kendala tersebut tidak mematahkan semangat untuk meramaikan suasana sastra di kampung halamannya, Pemalang. 

Kipen Masih Miliki Jalan Panjang

Pementasan Monolog Kidung Pena | Dokumentasi Pribadi
info gambar

Menurut Lugas, dirinya dan teman-teman Kipen memiliki banyak rencana untuk komunitas ini kedepannya.

“Aku dan teman-teman ingin Kipen berkegiatan sastra secara berkesinambungan, mungkin menjadi kelompok teater, pelaku seni pada umumnya, dan menjadi komunitas yang mampu merespon isu tertentu, misalnya isu kebudayaan,” tuturnya.

Dia juga menambahkan bahwa kunci agar komunitas Kidung Pena dapat berjalan adalah adanya sikap konsisten dari setiap anggotanya: konsisten saling memiliki, saling membutuhkan, dan konsisten untuk semangat berkarya.

Sehingga, meski banyak kendala dan kesibukan masing-masing, saat ada acara atau kegiatan di Kipen mereka bisa meluangkan waktu untuk terlibat atau berkontribusi.

 

Referensi:Sampoerna University | Instagram @kidungpena | Wawancara Narasumber: Lugas Ikhtiar (Co-Founder Kidung Pena)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini