Dukung Perikanan Berkelanjutan, KKP dan ASEAN Kembangkan Fisheries Refugia

Dukung Perikanan Berkelanjutan, KKP dan ASEAN Kembangkan Fisheries Refugia
info gambar utama

Di Indonesia, salah satu aspek yang diterapkan dalam tata kelola perikanan adalah pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan dengan prinsip berkelanjutan. Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dilakukan dengan menjaga keseimbangan dari seluruh aspek utama perikanan, yaitu aspek biologi, aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial.

Aspek biologi yang dimaksud adalah bagaimana menjaga sumber daya untuk berkelanjutan produktivitasnya. Dari aspek lingkungan, bagaimana meminimalkan dampak penangkapan ikan terhadap lingkungan termasuk spesies non-target atau spesies dilindungi.

Kemudian, di sisi ekonomi, bagaimana pengelolaan ikan dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang optimal untuk pelaku usaha dan masyarakat. Sementara aspek sosial adalah memaksimalkan peluang mata pencaharian bagi nelayan dan masyarakat, memberdayakan perempuan, dan menjaga harmoni antar stakeholder.

Prinsip pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan juga tentang memenuhi kebutuhan saat ini dengan tidak mengorbankan kebutuhan penduduk di masa yang akan datang. Pemenuhan kebutuhan juga seharusnya tidak melampaui daya dukung lingkungan atau ekosistem dan menyelaraskan kebutuhan manusia dengan kemampuan pengelolaan dengan ketersediaan sumber daya.

Baru-baru ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama negara-negara ASEAN mengembangkan konsep fisheries refugia (refugia perikanan). Konsep yang akan mendorong tata kelola perikanan berkelanjutan ini diharapkan dapat mendukung implementasi penangkapan ikan terukur di Indonesia, khususnya pada zona pemijahan (spawning ground) dan zona asuhan (nursery ground).

Dampak Perubahan Iklim di Sektor Perikanan, Andre Sumual: Kita yang Harus Menyesuaikan

Implementasi refugia perikanan

Ilustrasi | @CHOKCHAI POOMICHAIYA Shutterstock
info gambar

Pada 4-6 Juli 2022 lalu, perkembangan mengenai implementasi refugia perikanan di Indonesia disampaikan pada Forum The 6th Regional Scientific and Technical Committee (RSTC) Meeting for the Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC)/United Nations Environment Program (UNEP)/Global Environment Facility (GEF) Project on Establishment and Operation of a Regional System of Fisheries Refugia in the South China Sea and Gulf of Thailand (Fisheries Refugia) di Samut Prakan, Thailand.

Pertemuan regional RTSC ini merupakan forum untuk menyampaikan perkembangan implementasi capaian kegiatan refugia perikanan. Adapun proyek refugia perikanan ini diinisiasi oleh SEAFDEC, organisasi regional bidang perikanan yang beranggotakan semua negara ASEAN dan Jepang. Fokus utama proyek ini adalah peningkatan kapasitas dan pengembangan sumber daya manusia di bidang perikanan, dengan dukungan pembiayaan dari UNEP dan GEF.

Indonesia sendiri telah menjadi negara terpilih untuk menjadi pilot project refugia perikanan sejak tahun 2019 bersamaan dengan negara ASEAN lain seperti Kamboja, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Dalam pertemuan tersebut juga terdapat diskusi terkait tantangan, best practice alat dan metode penangkapan, rencana pemetaan refugia dalam Google Maps, hingga aspek kesetaraan gender dalam kegiatan yang berhubungan dengan refugia perikanan.

Usai membahasa capaian proyek setiap negara, pertemuan ini juga diisi dengan diskusi mengenai percepatan penyelesaian proyek, presentasi progress kegiatan, pembahasan pembiayaan, dan mekanisme penyelesaian proyek.

Pengembangan refugia perikanan di Indonesia juga sejalan dengan kebijakan penangkapan ikan terukur yang telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. Indonesia memiliki komitmen kuat dalam memulihkan kesehatan laut serta mempercepat ekonomi laut yang berkelanjutan.

Mengutip laman SEAFDEC, refugia perikanan didefinisikan secara spasial dan geografis, wilayah laut atau pesisir di mana langkah-langkah pengelolaan khusus diterapkan untuk mempertahankan spesies penting sumber daya perikanan selama fase kritis dari siklus hidup mereka untuk penggunaan yang berkelanjutan.

Adapun penerapan konsep ini bukan sekadar no take zone, memiliki tujuan pemanfaatan yang berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang, dan menyediakan beberapa area di dalam refugia untuk ditutup karena sangat penting untuk siklus hidup spesies atau kelompok spesies.

Refugia perikanan juga harus berfokus pada area yang sangat penting dalam siklus hidup spesies yang ditangkap, termasuk tempat pemijahan dan pembibitan, atau area habitat yang diperlukan untuk pemeliharaan stok induk.

Astri Suryandari dari Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan mengatakan bahwa konsep refugia perikanan ini didasarkan pada pendekatan berbasis wilayah untuk pengelolaan perikanan. Tujuannya untuk mempertahankan habitat sumber daya ikan sekaligus meminimalkan efek penangkapan terhadap stok ikan di area dan pada fase penting siklus hidupnya, yaitu fase pemijahan dan asuhan yang akan menentukan keberlanjutan stok ikan tersebut.

"Fisheries refugia bukan merupakan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan atau no take zone, tetapi merupakan wilayah yang dapat dikelola secara berkelanjutan dan pada saat tertentu harus ditutup atau closed season demi kepentingan rekruitmen dan kelangsungan hidup spesies sumberdaya ikan tertentu", jelas Astri.

Menurut keterangan Yayan Hikmayani, Kepala Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, sejalan dengan zonasi di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP), refugia perikanan identik dengan pengelolaan habitat yang digunakan ikan selama berada di fase pemijahan dan asuhan, yang kemudian diyakini dapat diterapkan untuk diimplementasikan pada seluruh WPP di Indonesia.

Sebelumnya, Indonesia juga telah menetapkan dua lokasi refugia perikanan, yaitu di Kalimantan Barat untuk spesies udang penaeid dan Bangka Belitung untuk cumi-cumi. Yayan juga menjelaskan bahwa Indonesia telah berkomitmen untuk menyelesaikan seluruh output dari proyek ini dan terus melakukan pengawalan rekomendasi hasil kajian dari refugia perikanan menjadi rencana pengelolaan perikanan yang kemudian dapat diduplikasi untuk WPP lain dalam rangka mendukung kebijakan Perikanan Terukur.

Tim Mahasiswa Unair Buat Pupuk Pertanian dan Perikanan dari Limbah Udang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini