Rebo Wekasan dalam Film “Inang” Garapan Indonesia yang Tayang Perdana di Negeri Ginseng

Rebo Wekasan dalam Film “Inang” Garapan Indonesia yang Tayang Perdana di Negeri Ginseng
info gambar utama

Kesempatan untuk membesarkan nama Indonesia di dunia internasional lewat karya berupa film kembali datang. Kali ini kesempatan dimiliki oleh sebuah film bergenre horor karya sutradara Fajar Nugros, yang diputar perdana pada gelaran BIFAN (Bucheon International Fantastic Film Festival), di Korea Selatan.

Film berjudul Inang tersebut sebenarnya sudah diputar secara perdana di Negeri Ginseng, pada Kamis (8/7/2022), dan setelahnya kembali ditayangkan hingga pemutaran terakhir di tanggal 17 Juli mendatang.

Memiliki judul internasional The Womb, faktanya film ini merupakan salah satu dari sepuluh film terpilih dan telah bersaing dengan film-film negara lain yang berasal dari Spanyol, Jepang, Australia, Denmark, dan berbagai negara lainnya dalam gelaran International Bucheon Choice Awards.

Mendapatkan respons yang baik, pada pemutaran film kedua film yang ditayangkan di jaringan bioskop CGV itu mendapat respons positif dari masyarakat di Korea Selatan. Terbukti, karena tiket film tersebut telah habis terjual beberapa jam sebelum pemutaran.

Yayan Ruhian Akan Bintangi Film “Boy Kills World” Garapan Produser Sam Raimi

Suguhkan tradisi Rebo Wekasan

Cuplikan film Inang | YouTube IDN Pictures
info gambar

Berbeda dari horor biasa, film Indonesia kali ini hadir dengan mengangkat cerita yang kuat akan istilah dan tradisi Rebo Wekasan dan nuansa Jawa, yang sudah lama hidup bagi sekelompok masyarakat tradisional di Indonesia.

Dibintangi oleh deretan aktor dan aktris ternama dan senior seperti Naysilla Mirdad, Dimas Anggara, dan Lydia Kandou, film Inang menggabungkan berbagai detail menarik dalam ceritanya yang berkembang dengan mengambil latar peristiwa di perkotaan hingga perdesaan.

Sedikit informasi, film Inang sendiri bercerita mengenai perempuan muda bernama Wulan (Naysila Mirdad) yang hamil secara tak terduga oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Singkat cerita anak tersebut akan diadopsi oleh keluarga Eva (Lydia Kandou) yang misterius.

Tapi ternyata, anak yang dimaksud lahir tepat di hari yang oleh masyarakat Jawa dikenal sebagai hari Rebo Wekasan. Yang mana menurut kepercayaan masyarakat Jawa, bayi yang lahir di rebo wekasan harus diruwat atau menjalani ritual yang dilakukan untuk memutus nasib buruk dan sial.

Tak heran, jika di dalam film nantinya juga disuguhkan adegan peruwatan atau ritual pelepasan rebo wekasan yang dimaksud.

Setelah disaksikan, film Inang rupanya tak hanya mendapat respons yang baik dari penonton, melainkan juga dari kritikus film asal Amerika Serikat yakni Darcy Paquet.

“Bagaimana ceritanya berkembang dari perkotaan kemudian menuju ke predesaan. Ending-nya memuaskan dan tak terduga. Penerimaan audiens di sini sangat bagus,” ujar Darcy dalam keteranagn tertulis, mengutip JawaPos.

Malea Emma, Aktris Cilik Keturunan Indonesia dalam Film Science-Fiction “After Yang”

Tentang tradisi Rebo Wekasan

Sedikit memahami mengenai rebo wekasan, istilah ini adalah julukan yang diberikan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, yakni bulan kedua pada kalender Islam atau tahun Hijriah. Bagi umat Islam terdahulu di Indonesia, pada momen satu ini selalu diadakan banyak ritual adat yang bertujuan untuk menolak bala dan memohon kelimpahan hasil bumi, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat selama satu tahun ke depan.

Mengutip berbagai sumber, disebutkan bahwa ada berbagai mitos kesialan yang akan mengikuti pada sejumlah peristiwa yang terjadi atau dilakukan pada hari rebo wekasan. Mulai dari pernikahan, kelahiran, hingga kematian.

Sebagian masyarakat Jawa percaya, jika menikah di hari rebo wekasan akan berujung pada perceraian, pertengkaran, dan hal-hal sial lainnya. Karenanya tak heran, jika banyak masyarakat yang biasanya menghindari hari ini sebagai hari pernikahan.

Hal yang sama juga berlaku apabila ada kelahiran di hari tersebut. Ada kepercayaan yang menyebut jika bayi yang lahir pada rebo wekasan harus diruwat atau dibersihkan agar terhindar dari nasib sial dan malapetaka seumur hidupnya.

Sementara itu di berbagai daerah, sejumlah tradisi atau ritual yang dilakukan untuk ‘mengantisipasi’ kesialan dari mitos ini juga beragam. Bukan hanya di Jawa, berbagai masyarakat Islam di sejumlah wilayah Indonesia ternyata memiliki tradisinya sendiri dalam menghadapi rebo wekasan.

Misalnya di Aceh, rebo wekasan lebih dikenal dengan istilah Makmegang dan dihadapi dengan ritual di tepi pantai dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh seorang Teungku. Ritual tersebut juga diikuti oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, dan berbagai elemen warga Aceh.

Berbeda di Banten dan Tasikmalaya, tradisi rebo wekasan dilakukan dengan melaksanakan salat khusus bersama pada pagi hari di hari Rabu terakhir bulan Safar. Sementara Bantul, tepatnya di Wonokromo, momen ini dihadapi dengan membuat suguhan atau lemper raksasa yang dibagikan kepada warga atau orang yang menghadiri acara ini.

Terlepas dari adanya mitos dan tradisi rebo wekasan yang masih hidup di tengah masyarakat Indonesia hingga saat ini. Namun film Inang yang berhasil menembus layar BIFAN dibuat dengan tujuan menunjukkan potensi berkembangnya industri perfilman di Indonesia, dan bercerita mengenai kebhinekaan yang ada.

“Suatu kehormatan untuk film Inang dapat ditayangkan perdana di Bucheon International Fantastic Film Festival/BIFAN. Film ini khusus dibuat untuk menampilkan keragaman budaya di Indonesia, serta pentingnya keluarga sebagai perekat seluruh elemen masyarakat di Indonesia" ujar Winston Utama, selaku produser film Inang.

Setelah tayang di Korea Selatan, dipastikan jika film tersebut juga akan tayang di layar bioskop Indonesia di tahun 2022 ini.

Debut Penyutradaraan Hollywood, Joko Anwar Akan Garap Film Sci-Fi "Fritzchen"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini