Pemanfaatan Kecerdasan Buatan Demi Mempercepat Inklusi Keuangan di Indonesia

Pemanfaatan Kecerdasan Buatan Demi Mempercepat Inklusi Keuangan di Indonesia
info gambar utama

Setelah krisis ekonomi global yang terjadi tahun 2008, istilah inklusi keuangan kemudian menjadi tren. Hal ini didasari dampak krisis kepada kelompok berpendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, buruh yang tidak memiliki dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran yang umumnya tidak mempunyai rekening bank.

Disampaikan Deputi Gubernur Bank Sentral Doni P. Joewono bahwa di Indonesia, sebanyak 91,3 juta orang dari 180 juta penduduk dewasa atau sekitar 50 persen penduduk tidak memiliki rekening bank.

Fakta tersebut menjadi perhatian khusus Presiden Joko Widodo mengingat sebelumnya telah menetapkan target keuangan inklusif untuk mencapai 90 persen pada tahun 2024 mendatang.

Salah satu upaya untuk mencapai target inklusi keuangan di Indonesia adalah memanfaatkan penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan analitik data di seluruh bank dan lembaga layanan keuangan.

Ekonomi Dunia Tembus 100 Triliun Dolar AS Tahun ini, Di Mana Posisi Indonesia?

Memahami inklusi keuangan

Ilustrasi buku tabungan bank | @Doni Ismanto Shutterstock
info gambar

Menurut Consultative Group to Assist the Poor, inklusi keuangan adalah akses oleh rumah tangga dan bisnis terhadap penggunaan produk dan layanan jasa keuangan secara efektif. Adapun produk dan layanan jasa keuangan tersebut harus tersedia secara berkelanjutan dan teregulasi dengan baik.

Sementara itu, World Bank (2016) menjelaskan bahwa inklusi keuangan adalah akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan yang bermanfaat dan terjangkau dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun usahanya. Dalam hal ini transaksi, pembayaran, tabungan, kredit, dan asuransi yang digunakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Unsur yang berperan dalam inklusi keuangan adalah akses, ketersediaan produk dan layanan jasa keuangan, penggunaan, dan kualitas. Dengan inklusi keuangan diharapkan dapat mengurangi jumlah masyarakat yang unbanked atau belum memiliki rekening bank karena tidak memiliki akses layanan perbankan dasar seperti tabungan.

Padahal, rekening bank merupakan hak dasar bagi seluruh masyarakat dan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan. Kepemilikan rekening di bank kemudian dapat berkembang ke produk dan layanan keuangan lain, misalnya asuransi, pembiayaan, program pensiun, dan investasi.

Inklusi keuangan juga memiliki berbagai manfaat bagi masyarakat, regulator, pemerintah dan pihak swasta. Beberapa di antaranya adalah meningkatkan efisiensi ekonomi, mendukung stabilitas sistem keuangan, mengurangi shadow banking, mendukung pendalaman pasar keuangan, dan memberikan potensi pasar baru bagi perbankan.

Tak hanya itu, inklusi keuangan juga dapat mendukung peningkatan Human Development Index (HDI) Indonesia, berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang berkelanjutan, dan mengurangi kesenjangan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Adapun selama ini tantangan yang dialami perbankan di Indonesia adalah menilai kelayakan kredit individu yang tidak memiliki rekening bank, UMKM, dan usaha mikro yang mencakup 99 persen dari semua bisnis di Indonesia.

Metode tradisional seperti menunjukkan slip gaji, laporan pendapatan usaha atau dengan meninjau sejarah masa lalu pengelolaan kredit dan utang sangat sulit dilakukan, mengingat kurangnya sejarah kredit dan fakta bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia tidak memiliki pekerjaan formal.

Amerika Serikat Terancam Resesi, Apa Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia?

Pemanfaatan kecerdasan buatan

Kemajuan AI dan OCR (Optical Character Recognition) dinilai dapat memperdalam inklusi keuangan, terutama di kota-kota level dua dan tiga di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi ini, nasabah hanya butuh ponsel pintar dan koneksi internet untuk membuka rekening bank dalam waktu singkat.

Selain menggunakan AI dan big data, bank dan lembaga jasa keuangan juga dapat menilai serta menanggung risiko dengan lebih akurat dan leluasa dalam menyalurkan kredit atau pinjaman modal kerja.

Ada beberapa bank, lembaga keuangan, dan perusahaan e-dagang di Indonesia yang sudah mulai meningkatkan langkah keamanan dengan dukungan teknologi AI, yaitu Standard Chartered Bank, GoJek, Tokopedia, Shopee, Bank Jago, Bank Mega, Bank BTPN, dan MNC Bank.

"Pemberian skor kredit alternatif, serta penggunaan AI dan sains data dapat menanggung dan mengelola risiko berpotensi menjadi solusi untuk membuka potensi ekonomi segmen unbanked, underbanked, dan UMKM di Indonesia,” ujar Ronald F. Molenaar, Indonesia Country Manager Advance.Ai, perusahaan teknologi AI yang sudah beroperasi di Indonesia sejak 2016 .

Metode penilaian kredit alternatif ini dapat melihat data transaksi daring, jenis telepon yang digunakan, hingga tagihan telepon seluler atau tagihan listrik dapat membantu dalam membentuk penilaian akurat mengenai profil kredit calon peminjam.

Kemudian orientasi nasabah bank akan lebih mudah dilakukan dengan proses Know Your Customer (eKYC) elektronik. Terutama jika dibandingkan dengan cara lama yaitu mengunjungi bank dan mengirimkan dokument identitas.

Teknologi OCR juga memiliki tingkat akurasi 99 persen dan terhubung dengan fitur liveness detection untuk memastikan bahwa profil individu yang akan bertransaksi itu sesuai dengan identitas yang terdaftar. Perbandingan wajah akan dilakukan menggunakan teknologi penilaian pencocokan wajah, di mana profil pelanggan yang terdaftar dicocokkan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) selama tahap onboarding pelanggan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini