Kratom atau daun purik (Mitragyna speciosa) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di wilayah Asia Tenggara, salah satunya Indonesia. Daun kratom terkenal sebagai salah satu obat herbal yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit.
Kratom merupakan tanaman tropis dari famili Rubiaceae yang berasal dari Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina), dan Papua Nugini. Di Indonesia, tanaman ini banyak tumbuh di Sumatra, Kalimantan Barat (Kalbar), sampai ke Papua.
Di sisi lain di Indonesia, tanaman ini masih belum banyak dimanfaatkan lantaran masih adanya benturan terkait regulasi. Bahkan sejumlah kalangan mengindikasikannya masuk dalam golongan narkotika, namun kratom masih legal untuk ditanam diperjualbelikan.
Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyebut Indonesia kini berada pada posisi salah satu produsen terbesar kratom di dunia. Negara seperti Amerika Serikat dan Eropa jadi peluang besar untuk tujuan ekspor kratom.
Bedanya Bunga Bangkai dan Raflesia
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menginginkan pelaku UMKM melirik potensi ekspor tanaman kratom ke Amerika Serikat. Mengingat, katanya, tanaman ini bisa dimanfaatkan untuk sektor kesehatan.
Kemenkop UKM punya rencana untuk mengembangkan kratom. Dan saat ini Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) sudah bekerja sama dengan petani kratom di Kalbar untuk mengembangkanya dengan perhutan sosial.
“Saat ini Koprabuh sudah bekerja sama dengan para petani dengan Kalimantan Barat. Pengembangan budidaya kratom bisa kita diperluas dengan memanfaatkan program perhutanan sosial.” ungkap Teten melalui keterangan resminya.
Perlu regulasi
Namun, jelas Teten, setelah melihat potensi ekspor dan permintaannya yang sangat besar, maka perlu didorong dengan regulasi yang kuat demi keberlangsungan produk kratom di pasar global.
“Dalam regulasi, saat ini kratom bukan produk yang dilarang, jadi bisa dibudidaya dan diperdagangkan. Dan juga tidak dilarang untuk ekspor baik dalam bentuk kratom powder atau kratom ekstrak,” kata pria yang juga aktivis anti korupsi.
Karena itu dirinya juga akan mengambil inisiatif untuk berbicara dengan Kementerian Kesehatan, BNN, Kementerian Perdagangan, maupun BPOM. Dirinya sangat optimis Indonesia bisa memproduksi kratom dan mengekspornya ke pasar global.
Dirinya pun mengajak koperasi serta asosiasi kratom di Indonesia bersama-sama memperluas pemanfaatan kratom, diiringi dengan perlunya meningkatkan kualitas standar ekspor dari produk kratom.
“Mungkin KADIN AS juga perlu untuk menyakinkan manfaat kratom,” katanya.
Filosofi Kopi Leworook, Kopi Nikmat Khas Flores Timur
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM, Reri Indriani menyatakan pihaknya terbuka mengawal inovasi perkembangan kratom dengan penelitian terhadap komoditas tersebut sebagai obat.
Menurutnya hal ini merupakan prinsip dasar evidence based medicine yakni proses yang digunakan secara sistematik untuk melakukan evaluasi, menemukan, menelaah, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Lebih lanjut, kata Reri, BPOM disebut siap mengawal penelitian yang bakal dilakukan dalam pengembangan kratom. Namun, katanya, mereka tetap akan merujuk kepada keputusan dari Kementerian Kesehatan dan BNN.
“...Dalam hal ini bahwa kratom masih di bawah proses di dalam penetapan penggolongannya. Apakah akan digolongkan ke dalam golongan narkotika (atau golongan lain), kami pada prinsipnya mengikuti keputusan dari Kemenkes dan BNN,” ucap Reri.
Permintaan Amerika
Dalam kesempatan tersebut juga mengemuka diskusi terkait banyaknya penemuan dan hasil penelitian dari lembaga atau ilmuwan Indonesia maupun Amerika terkait pemanfaatan kratom sebagai tanaman obat yang berkhasiat.
Tanaman kratom, dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengatasi diare, lelah, nyeri otot, batuk, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi, menambah energi, mengatasi depresi, anti diabetes dan anti malaria.
Banyak manfaat yang diberikan bukan hanya bagi petani, tetapi juga bagi ilmu kesehatan. Misalnya hasil riset dari Jack Henningfield, peneliti dari John Hopkins University yang mengatakan kratom diperlukan untuk membantu masalah kesehatan di AS.
Senior Kebijakan Publik American Kratom Association (Senior fellow of public policy of AKA), Mac Haddow mengatakan banyak penduduk Amerika yang membutuhkan pengobatan melalui kratom.
'Nafas Buatan' untuk UMKM di Tengah Pandemi Covid-19
Karena itu, menurut Haddow, ekspor tanaman kratom dari Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh Amerika Serikat. Pihaknya sangat menyambut baik dan terbuka untuk menjadi mitra Indonesia mendapatkan sertifikasi FDA AS, untuk mencabut peringatan larangan impor bahan kratom.
“Sehingga perluasan pasar kratom bukan hanya bermanfaat bagi 200 ribu petani di Indonesia tetapi juga penduduk Amerika,” katanya.
Haddow menyebut potensi perdagangan kratom sebelum pandemi sangat tinggi, namun saat ini terjadi evaluasi dampak ekonomi produk kratom di Amerika Serikat dan diperkirakan angkanya turun hanya mencapai 1,3 miliar dolar AS atau setara Rp19,32 triliun.
Padahal jelasnya, potensi perdagangan kratom jauh lebih tinggi dari angka tersebut hal ini mengingat ada sekitar 15 juta populasi penduduk Amerika. Bahkan katanya, tidak menutup kemungkinan masyarakat dunia juga mengharap bantuan dari pengobatan ini.
“Untuk menyelamatkan hidup mereka dan itulah yang terjadi di Amerika Serikat,” jelasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News