Wajah Seniman yang Berperan Menghidupkan Kembali Jalan Braga

Wajah Seniman yang Berperan Menghidupkan Kembali Jalan Braga
info gambar utama

Jalan Braga menjadi sebuah destinasi wisata yang populer di Kota Bandung. Pada masa silam, jalan ini bernama De meest Eupoeesche van indie yang berarti kompleks pertokoan Eropa yang paling terkemuka di Hindia Belanda.

Hal ini bisa kita saksikan dari gaya bangunan Jalan Braga yang secara arsitektur memiliki model Belanda. Jalan ini pun selalu ramai setiap harinya oleh para wisatawan, baik lokal maupun internasional.

Jalan Braga yang memiliki panjang sekitar 700 meter ini dihiasi dengan bangunan-bangunan Belanda. Selain itu sepanjang Jalan Braga akan mudah ditemukan aneka kuliner dan banyak lukisan yang dipamerkan pada trotoar jalan.

Braga Bandung, Pusat Perbelanjaan Sejak Masa Kolonial Belanda

Beragam jenis lukisan dipamerkan, lukisan pemandangan, makhluk hidup, bangunan, hingga kaligrafi. Karena itu, banyak wisatawan yang datang ke Jalan Braga tidak hanya untuk kuliner atau wisata sejarah, namun juga melihat lukisan.

Pada masa sekarang, Braga telah menjadi salah satu tujuan wajib para senima bila datang ke Kota Bandung. Bukan tanpa sebab, pada masa lampau para seniman inilah yang kembali menghidupkan Jalan Braga.

Selain itu, hadirnya para seniman ini pun berdampak pada munculnya bentuk ekonomi kreatif lainnya, seperti fotografi dan kuliner. Braga pun dianggap sebagai salah satu tempat pembelajaran seni.

Seniman bagi Braga

Tentunya tidak ada yang menyangka, pada tahun 1980 an hingga 1990 an, Braga sangat sepi. Apalagi melihat begitu ramainya masyarakat yang ingin mendatangi jalan ini baik dari wisatawan lokal hingga mancanegara.

Ternyata salah satu pemeran penting dalam perkembangan ini adalah pelaku seni di Kota Bandung. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Kesenian Kota Bandung, Rahmat Jabaril sesuai acara Diskusi Pameran Pulau Emas pada Minggu yang diwartakan Suara (14/8/2022).

Rahmat mengisahkan kondisi Braga mulai berubah sejak tokoh seniman Kota Bandung Abah Ropih menginisiasi trotoar sebagai display karya lukisan para seniman pada tahun 2000 an awal.

Tahura Djuanda, Paru-Paru Kota Bandung yang Jadi Wisata Hutan

“Akhirnya dari sana Braga jadi punya daya tarik tersendiri. Malah banyak orang yang ikut berkarya dan berjualan di sana, sehingga terbangun suasana lain tentang Jalan Braga,” ujar Rahmat.

Selain itu, para seniman lukisan ini juga berdampak besar bagi lahirnya ekonomi kreatif di Braga, seperti fotografi dan kuliner. Abah Ropih, juga jelasnya, menjadikan Braga sebagai tempat pembelajaran seni.

Rahmat menjelaskan keinginan dari Abah Ropih adalah menjadikan Jalan Braga bisa menjadi perguruan seni secara tidak langsung layaknya universitas terbuka. Jadi semua orang bisa belajar di sana dengan siapapun.

Sosok Abah Ropih

Abah Ropih, dikenal oleh Rahmat, sebagai tokoh seniman yang multitalent. Abah, jelasnya, tidak hanya fokus pada seni rupa, tetapi juga mengeksplorasi seni lainnya, seperti musik modern hingga tradisional, sehingga bisa merangkul semua.

Abah Ropih juga dikenal sebagai penggagas ruang kreatif di Jalan Braga. Dahulu, katanya tidak begitu banyak cafe di Braga, namun kini mulai banyak di daerah Braga Selatan sejak mulai ramainya pelukis yang berjualan di sekitarnya.

Rahmat mengakui bahwa orang luar Bandung mengenal Braga sebagai kawasan seni, terutama seni lukis. Sehingga jika ada yang ingin membeli karya lukis, mereka langsung tahu tempat yang paling tepat adalah Braga.

Dipati Ukur, Perjalanan Hidup Pemberontak yang Ditumpas oleh Mataram

“Braga ini dijadikan sebagai jalan seni, menjadi aset wisata Kota Bandung. Tinggal bagaimana Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bisa memperluas kolaborasi dengan dan memfasilitasi para seniman untuk bisa menghidupkan usaha di kawasan Braga,” jelasnya.

Rahmat menambahkan bahwa pendapatan Kota Bandung, sebagian besar merupakan dari hasil kreativitas masyarakat yang bernilai seni. Sehingga Kota Bandung dikenal masyarakat luas sebagai pusatnya para seniman.

“Kita juga berharap, setiap tahun Pemkot bisa mengadakan festival seni. Misalnya setiap Desember ada festival seni di Braga, mulai dari seni tradisional sampai ke seni kontemporer,” tutur Rahmat.

“Bisa menciptakan branding, kalau begitu itu semacam barometer kesenian di Kota Bandung,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini