Soeharto dan Empat Pengamen yang Diundang untuk Menghibur Ultah Ibu Tien

Soeharto dan Empat Pengamen yang Diundang untuk Menghibur Ultah Ibu Tien
info gambar utama

Istana Merdeka pada upacara HUT Kemerdekaan ke 77 tahun bergoyang karena kehadiran Farel Prayoga, pengamen cilik asal Banyuwangi. Lagu Ojo Dibandingke sukses membuat menteri kabinet Presiden Jokowi hingga Ibu Negara Iriana Jokowi berjoget.

Kisah pengamen cilik yang menghibur para tamu istana ini pun mengundang perhatian masyarakat Indonesia. Dalam sejarah, penguasa juga pernah mengundang pengamen untuk menghibur mereka, tepatnya di zaman Soeharto.

Presiden Kedua Indonesia Soeharto dalam catatan sejarahnya pernah mengundang empat orang pengamen untuk bernyanyi dalam perayaan ulang tahun istrinya, Tien Soeharto. Mereka datang dengan setelan batik dan alat musik sederhana.

Empat orang pengamen tersebut bernama Arie Langoe alias Munari Ari, Matiyas, Obos Gembok alias Suherman, dan Yanto Bule. Empat pengamen ini biasanya mangkal di depan Rumah Sakit Cipto, Salemba, Jakarta Pusat.

Peran Soedjono Hoemardani, Jenderal yang Jadi "Dukun" Kesayangan Soeharto

Para pengamen ini seringkali terganggu aktivitasnya ketika rombongan Presiden Soeharto. Kejadian itu terus dialami setiap hari Rabu dan Jumat, ketika Soeharto dengan dikawal pasukan pengaman presiden lewat menuju lapangan golf Rawamangun.

“Beberapa saat jelang presiden lewat. Jalanan tempat kami mencari nafkah disterilkan. Saya sering diusir dan hampir ditempeleng,” kenang Munari dalam buku Pak Harto The Untold Stories yang dimuat Merdeka.

Melihat kondisi itu, tiba-tiba terlintas ide di kepala Munari bersama rekan-rekannya untuk memberikan hormat sambil menenteng gitar ketika rombongan Soeharto lewat. Hal ini mereka lakukan selama sebulan.

Diundang Pak Harto

Soeharto menyapa para pengamen yang diundang/Dok Tutut Soeharto
info gambar

Ternyata apa yang dilakukan Munari dan kawan-kawannya berdampak positif, tiap kali lewat depan RSCM iring-iringan mobil presiden berjalan lebih perlahan. Lalu tepat sebulan kemudian, mobil yang membawa Soeharto mendekati mereka.

“Kaca hitam jendela belakang mobil turun perlahan dan munculah senyuman khas Pak Harto. Seketika saya dan Obos memberi hormat dan berseru, Selamat siang, Pak”.

Rupaya itu menjadi titik balik dalam kehidupan mereka. Pada Juli di tahun yang sama seorang utusan Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut Soeharto meminta kepada Munari bersama teman-temanya menghibur para tamu dalam acara ulang tahun Tien Soeharto.

Gua Semar, Tempat Pertapaan Soeharto Cari Wangsit untuk Jadi Pemimpin

Akhirnya mereka diundang ke rumah Soeharto, di Jalan Cendana, Jakarta Pusat, Mereka mengenakan seragam kemeja batik dan celana putih. Tangan mereka menggenggam alat musik yang akan dimainkan.

“Mereka seperti merasa malu, merasa rendah diri dengan pekerjaan mereka itu, tercermin dari lagu-lagu yang mereka nyanyikan,” kenang Soeharto dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diwartakan Merdeka.

Soeharto pun menyemangati mereka. Menurutnya seorang pengamen yang mencari rezeki dengan halal masih lebih mulia dari koruptor atau pencuri. Soeharto kemudian memberikan hadiah gitar dan berfoto bersama.

Punya karier bagus

Soeharto memberikan wejangan kepada para pengamen/Dok Tutut Soeharto
info gambar

Setelah tampil, Munari sempat berdialog dengan Soeharto dan yang mengejutkannya ketika orang nomor satu Indonesia ini memintanya menghubungi Tutut, anak pertamanya untuk membicarakan pekerjaan.

“Saya buat lamaran ke PT Citra Lamtorogung, tak lama menunggu saya langsung diterima. Pekerjaan saya memperlancar berbagai program Banpres dari Pak Harto,” katanya yang mengaku mendapat upah Rp135.000 per bulan.

Pada 1993, Munari yang sudah dipindah ke bagian administrasi dan surat menyurat, kembali menyanyi di ulang tahun pernikahan Pak Harto. Seperti sebelumnya, dirinya kembali diajak berdialog oleh Soeharto.

Soeharto ketika itu bertanya kondisinya setelah bekerja. Munari pun mengaku kehidupannya sudah lebih baik, bahkan telah memiliki istri, anak, dan rumah. Soeharto pun hanya berpesan agar tetap menekuni profesinya.

Cerita Soeharto Memimpin Malam Gema Takbir di Lapangan Monas

“Tolong ditekuni ya.”

Tutut pernah bertanya kepada ayahnya mengapa begitu perhatian pada pengamen tersebut. Soeharto mengaku terkesan dengan sikap mereka yang hidupnya jauh dari kemewahan tetapi menyempatkan waktunya untuk memberi hormat padanya.

Dan mereka memberikan penghormatan itu setiap Soeharto berangkat maupun pulang main golf, berarti jelasnya, para pengamen itu tahu kapan dirinya akan main golf. Hal ini bagi Soeharto adalah bentuk kedisiplinan.

“Mereka tanamkan disiplin betul dalam kehidupannya dan disiplin itu salah satu kunci dari keberhasilan. Dengan disiplin semua yang kita lakukan akan lebih terarah, terencana, baik, cermat, sukses dan dapat dipertanggungjawabkan.” pungkas Soeharto yang dimuat dalam blog pribadi Tutut Soeharto.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini