Peran Soeharto Hingga Amerika dalam Ketergantungan Indonesia Akan Gandum

Peran Soeharto Hingga Amerika dalam Ketergantungan Indonesia Akan Gandum
info gambar utama

Kenaikan harga gandum akibat perubahan iklim dan perang Rusia-Ukraina membuat harga mie instan merangkak naik. Bahkan disebut akan naik tiga kali lipat yang sontak mendapat perhatian publik, karena mie instan merupakan makanan populer orang Indonesia.

Ternyata popularitas mie instan tak dapat dilepaskan dari awal mula perkenalan masyarakat Indonesia dengan gandum di masa awal Orde Baru. Saat itu, Soeharto sangat mengharapkan beras impor sebanyak-banyaknya untuk menjaga perut rakyat Indonesia.

Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto menyebut Soeharto meminta lebih banyak beras dari yang diberi Amerika Serikat. Adam Malik mewakili Indonesia berusaha menyakinkan Amerika.

Soeharto dan Empat Pengamen yang Diundang untuk Menghibur Ultah Ibu Tien

Bagi Amerika, memenuhi beras untuk Indonesia bukan masalah mudah, tetapi tidak begitu sulit untuk gandum. Pejabat Amerika berharap rakyat Indonesia mau mengkonsumsi gandum seperti India.

“Presiden Johnson yakin bangsa Indonesia akan menyukai gandum ketika mereka sudah terbiasa,” lapor Penasehat Keamanan Nasional Amerika Walter Rostow, seperti dicatat Borsuk & Chng yang dimuat CNBC Indonesia.

Seiring waktu, Soeharto mengisyaratkan bahwa gandum boleh juga kalau beras tidak bisa ditambah lagi. Akhirnya pemerintah Indonesia menerima bantuan gandum dari Amerika meski kebanyakan rakyat Indonesia belum biasa mengkonsumsi olahan gandum.

Peran Liem Sioe Liong

Pada 1967, hanya kalangan menengah atas yang telah terbiasa mengkonsumsi roti, makanan orang Eropa di zaman kolonial. Gandum bantuan Amerika digiling di Singapura karena Indonesia belum memiliki pabrik penggilingannya.

Pada 1968, PT Lima Satu Sankyu menjadi perusahaan mie instan yang hadir pertama di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi Supermi dan harus mengimpor bahan bakunya tepung terigu.

Pabrik penggilingan tepung terigu pertama di Indonesia ini didirikan oleh The Gang of Four, julukan dari Liem Sioe Liong, Djuhar Sutanto, Ibrahim Risjad, dan Sudwikatmono, saudara sepupu Soeharto.

Peran Soedjono Hoemardani, Jenderal yang Jadi "Dukun" Kesayangan Soeharto

Mereka lantas mendaftarkan PT Bogasari dengan modal awal Rp500 juta pada 1869. Soeharto kemudian menyetujui proyek ini dan mereka mengubah nama perusahaan ini menjadi Bogasari Flour Mills.

Pada 29 November 1971, Soeharto meresmikan pabrik Bogasari di kawasan Tanjung Priok, Jakarta. Dalam sambutannya, Soeharto mendorong masyarakat agar terbiasa mengkonsumsi makanan-makanan berbahan olahan gandum.

“Kalau dahulu roti dan kue-kue dari tepung terigu hanya merupakan makanan golongan yang berpunya saja, sekarang telah menjadi bahan makanan masyarakat yang lebih luas dan tampaknya juga lebih praktis. Lagi pula bahan makanan dari tepung terigu termasuk bernilai gizi yang tinggi,” kata Soeharto dalam Berita Industri yang dimuat Historia.

Candu gandum

Bogasari sebagai penghasil tepung terigu lantas menyasar pabrik-pabrik mie instan sebagai konsumennya. Kemudian, Salim membangun pabrik mie instannya sendiri dengan merek Sarimi yang kemudian merger dengan Indomie dan mengambil alih Supermi.

“Salim Group pun mendominasi pasar mie instan dengan tiga merek, terutama Indomie,” tulis Amanda Rachmadita dalam Tak Ada Beras, Gandum Pun Jadi.

Ditulis Amanda yang menukil Borsuk dan Chng, pada masa-masa awal Bogasari, Salim tidak mendapatkan pemasukan besar karena konsumsi tepung relatif kecil. Tetapi bisnis ini, jelasnya, disiapkan untuk tumbuh karena dilindungi oleh penguasa dari persaingan.

Gua Semar, Tempat Pertapaan Soeharto Cari Wangsit untuk Jadi Pemimpin

Selain itu bila terjadi gagal panen dan mengakibatkan kelangkaan beras, pemerintah Soeharto menganjurkan konsumsi makanan berbasis tepung, yaitu roti dan mie. Salim pun menjadi raksasa mie instan dan gandum menjadi bagian menu makanan orang Indonesia.

“Indonesia melompat menduduki tempat kedua konsumsi mie instan global setelah Tiongkok,” jelasnya.

Hingga kini tepung terigu menjadi bahan makanan yang penting bagi orang tanpa harus berpaling dari nasi yang jadi makanan pokok. Pada 2020, Indonesia harus bergantung dengan impor gandum sampai lebih dari 10 juta ton.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini