Bersiap Menjadi Saksi Beralihnya Kekuatan Global dari Barat ke Asia

Bersiap Menjadi Saksi Beralihnya Kekuatan Global dari Barat ke Asia
info gambar utama

Pada tahun 1960an, empat ekonomi terbesar di dunia kala itu adalah AS (PDB: 543 miliar dolar AS), Jerman Barat (176 miliar dolar AS), Inggris (73 miliar dolar AS), dan Prancis (62 miliar dolar AS). Di saat yang sama, ekonomi (PDB) China 'hanya' 59 miliar dolar AS, sedangkan Jepang 'hanya' 44 miliar, tidak masuk dalam lima besar. Kalau kita lihat, lima besar negara-negara dengan PDB terbesar adalah negara-negara barat (satu AS, empat lainnya dari Eropa).

Mari kita fast forward ke 2027, atau lima tahun dari sekarang. Saat itulah, PDB India diperkirakan akan melampaui PDB Jerman (yang saat ini sebesar 4,1 triliun dolar AS) dan menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia. Dengan demikian, urutan kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2027 diprediksi akan seperti ini 1) AS; 2) Cina; 3) Jepang; 4) India. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari 300 tahun, tidak ada satu pun negara Eropa yang akan masuk dalam empat besar. Dan untuk pertama kalinya juga, tiga dari empat ekonomi terbesar dunia adalah negara-negara Asia. Jerman baru akan ada di peringkat ke-5 dalam urutan tersebut.

Sumber : IMF
info gambar

Hal ini berarti, keseimbangan kekuatan global akan bergeser dari Atlantik Utara ke Pasifik dan Samudra Hindia, setidaknya dalam bidang ekonomi. Perlu diingat, sebelum tahun 1700an, hanya ada sedikit negara yang 'eksis' di dunia kala itu. AS belum menjadi sebuah negara. Kala itu, Amerika Utara (AS dan Kanada) adalah kumpulan-kumpulan koloni Imperium Inggris yang tanpa nama. Kerajaan Inggris sendiri baru ada pada tahun 1707 ketika Acts of Union menggabungkan kerajaan Inggris dan Skotlandia untuk membentuk Kerajaan Inggris. Kala itu, tetangga Inggris, yakni Jerman juga belum ada. Kala itu, negara yang kelak menjadi Jerman adalah kumpulan kerajaan-kerajaan kecil di Prusia. Mereka baru akan dipersatukan sebagai Jerman hanya pada tahun 1871.

Pada tahun 1700, rata-rata pendapatan per kapita orang Eropa adalah sekitar $700 (disesuaikan dengan inflasi saat ini). Di belahan dunia lain, di saat yang sama, rata-rata pendapatan per kapita di India, Cina dan Jepang adalah sekitar $600. Tidak terpaut jauh.

Namun kemudian muncul perbedaan besar yang membuat negara-negara Eropa jauh lebih makmur. Dalam 200 tahun ke depan, kesenjangan pendapatan per kapita antara Eropa dan Asia telah melebar secara eksponensial. Negara-negara Eropa sukses memanfaatkan dan mengkapitalisasi ilmu pengetahuan, Revolusi Industri, penjarahan kolonial dan perdagangan budak transatlantik dari Afrika ke Amerika untuk membangun infrastruktur maju dan masyarakat yang makmur. Dan, negara-negara Asia pun tertinggal jauh. Bahkan di saat yang sama, negara-negara Eropa menjadi kekuatan kolonial dan menelan habis kekayaan dan aset bangsa-bangsa Asia.

Runtuhnya sebuah kerajaan: pasukan Dinasti Qing bertahan melawan pasukan Inggris di pertempuran Chinkiang selama Perang Candu Pertama (1839-1942)
info gambar

Pada tahun 1900, AS, Inggris, dan Jerman adalah tiga kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Sumber daya mereka memungkinkan mereka untuk memimpin dunia dalam sains dan teknologi, infrastruktur sipil, pendidikan, media, dan juga layanan kesehatan.

Pada tahun 1960, Barat mencapai puncaknya. Sisa-sisa kolonialisme dan kekayaan yang dihasilkan dari perbudakan hilang, akan tetapi jaringan Anglo-Saxon yang invasif di Australia, Kanada, dan Selandia Baru memungkinkan Anglosphere untuk mengendalikan narasi global. Lembaga-lembaga hasil dari kesepakatan Bretton Woods (Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional /IMF ) menjadi 'alat' bangsa-bangsa barat (Eropa dan Amerika) untuk memastikan bahwa cengkeraman Barat yang ketat pada sistem keuangan global juga tidak akan pudar.

Tetapi seperti semua hal yang yang diniati dan dimulai dengan keserakahan, dominasi Barat juga akan memiliki tanggal kedaluwarsa. Pada tahun 1960, pemikiran tentang memudarnya kekuatan barat, akan dipandang sebagai pemikiran yang aneh. Bagaimana tidak? Saat itu, negara-negara besar non barat, seperti India dan Cina masih terperosok dalam jurang kemiskinan. Jepang secara efektif hanya dipandang sebagai 'kaki tangan' Amerika. Uni Soviet, yang telah menjadi kekuatan penentu dalam memenangkan Perang Dunia II melawan Nazi, hanya dianggap sebagai ancaman pecahnya Perang Dingin, tetapi bukan kekuatan ekonomi utama.

Hanya sedikit dari para pemikir di Barat yang membayangkan ancaman hegemoni Euro-Amerika akan datang dari Cina, Jepang, apalagi India. Baru enam dekade kemudian, mereka menyadari betapa salahnya mereka. Pada awal 2030-an nanti, China akan menyalip AS dan menjadi ekonomi terbesar dunia. Empat ekonomi teratas akan, dalam urutan menurun: Cina, AS, Jepang, dan India.

China memimpin dalam bidang robotik | sumber gambar CGTN
info gambar

Dengan keseimbangan baru ini, konsekuensi geopolitik global masih akan membutuhkan waktu untuk berubah ataupun beralih ke Asia sepenuhnya. Namun kekhawatiran sudah mulai menjalar di Washington dan London.

Pada tanggal 6 Juli 2022 lalu, kepala FBI Amerika (Christopher Wray) dan MI5 Inggris (Ken McCallum), untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka, menyampaikan pidato publik bersama tentang “ancaman China”. McCallum dari MI5 mengatakan: “Hari ini, kita menjalankan investigasi tujuh kali lebih banyak [tentang China] dibandingkan pada tahun 2018. Aktivitas permusuhan sedang terjadi di tanah Inggris sekarang.”Rekannya, Wray dari FBI menambahkan: "Tindakan-tindakan China begitu kompleks, bertahan lama, dan mengandung bahaya yang besar. Program peretasan pemerintah China lebih besar daripada gabungan semua negara besar.”

Entah seberapa akurat tuduhan-tuduhan itu. Masih menurut mereka, kekhawatiran Barat sangat berasalan. Mereka menuduh bahwa China hari ini bersiap untuk melakukan persis seperti yang dilakukan FBI, CIA, MI5, dan MI6 selama satu abad: mengacaukan negara-negara berdaulat, menumbangkan pemerintahan-pemerintahan yang tak setuju dengan, dan mengobarkan perang di mana-mana.

Gelombang digitalisasi ekonomi di India | the Economic Times
info gambar

Meskipun demikian, saat abad ini terbentang, masa depan dunia jelas akan ditentukan di Asia. Berbeda dengan Barat, negara-negara Asia bangkit dan menjadi raksasa tanpa harus mengeksploitasi, menjarah, menjajah, mengeruk kekayaan bangsa-bangsa lain lewat kolonialisme, imperialisme, maupun kekuatan militer. Asia menjadi kuat karena inovasi, perdagangan, pun penguasaan di bidang teknologi. Angkatan muda yang besar juga menjadi penentu penting dalam kebangkitan negara-negara Asia.

Kekuatan keras (militer dan ekonomi) dan kekuatan lunak (media dan budaya) telah lama berada di Anglosphere, bangsa-bangsa barat. Mulai The Beatles dan Harry Potter hingga CNN dan Hollywood. Butuh waktu bagi Asia untuk menggantikan kekuatan keras dan lunak yang telah mengatur narasi global selama satu abad.

Tetapi prosesnya telah dimulai dan kecepatannya semakin cepat. Indonesia harus menjadi bagian dari proses beralihnya kekuatan global ke Asia ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini