Kisah Jenderal Hoegeng Sikat Bandar Judi yang Dilindungi Oknum Aparat

Kisah Jenderal Hoegeng Sikat Bandar Judi yang Dilindungi Oknum Aparat
info gambar utama

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo memerintahkan jajaran di tingkat Mabes Polri hingga Polda untuk memberantas habis pelaku aktivitas judi.

Kapolri juga memerintahkan jajarannya untuk memberantas pihak-pihak yang mem-backing praktik perjudian, tak hanya bandar dan pelakunya, namun juga jajaran kepolisian baik Kapolda maupun Kapolres.

Aksi kepolisian untuk memberantas perjudian tidak hanya terjadi pada era Kapolri Listyo Sigit Prabowo. Namun juga pada masa awal kepolisian yakni era kepemimpinan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso (1968-1971).

Hoegeng Iman Santoso, Polisi Merakyat yang Anti Korupsi

Pada tahun 1956, Hoegeng ditugaskan ke Medan, Sumatra Utara untuk menjabat Kadit Reskrim Polda Sumut. Ketika itu memang ada upaya melakukan pembersihan besar-besaran kasus penyelundupan, perjudian, dan perampokan di Sumut.

Medan bukanlah wilayah yang mudah untuk bekerja karena ujiannya yang sangat besar, terutama bagi polisi jujur dan tidak mudah disuap, seperti Hoegeng. Namun tempat ini sangat menarik bagi polisi yang mudah melanggar hukum.

Sebelum datang ke Medan, seorang kenalan Hoegeng pernah memberikan info tentang karakter situasi di Medan, khususnya dunia bisnis. Biasanya mereka akan mendekati pejabat-pejabat yang ditempatkan di Medan, terutama kejaksaan dan kepolisian.

“Menjadi pejabat di Medan amat berat. China Medan akan datang dengan hadiah menggiurkan. Dengan menyuap para pejabat, maka China itu akan bertindak leluasa melakukan bisnisnya, tentunya yang ilegal, seperti smokel (penyelundupan) dan perjudian. Sebab pejabat-pejabat sudah jatuh mentalnya, karena sudah “dibeli” pengusaha itu,” tulis Aris Santoso dkk dalam Hoegeng: Oase Menyejukan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa.

Mengembalikan bingkisan

Ketika sampai ke Medan, rupanya apa yang dahulu diinformasikan kenalannya soal keuletan pebisnis nakal dalam mendekati pejabat, benar-benar dialami Hoegeng. Bahkan sejak dirinya baru turun dari kapal di Belawan.

Seseorang yang mengaku utusan kelompok pengusaha China mengatakan kepada Hoegeng bahwa rumah dan mobil sudah tersedia. Tetapi secara halus, Hoegeng menolaknya dan mengatakan untuk menyimpan saja “hadiah” tersebut.

Bukan hanya rumah dan perabot, ketika Hoegeng akan pindah ke rumah dinasnya, di dalamnya telah ada perabot mewah seperti piano, kulkas, tape, kursi tamu, beserta perabotan lain.

Soekanto Tjokrodiatmodjo, Kapolri Pertama Peletak Dasar Struktur Kepolisian

Hoegeng kontan memerintahkan agar barang-barang tersebut dikeluarkan. Karena permintaan itu tidak juga dilaksanakan, Hoegeng pun meminta anggota polisi dan kuli mengeluarkan dan diletakkan begitu saja di tepi jalan depan rumah.

Dirinya memang sempat berpikir, sayang sebenarnya membuang perabot mewah seperti itu, yang entah kapan dapat dibeli sendiri. Terlebih bila mau mengambil hadiah yang dahulu, berupa rumah mewah dan mobil.

“Namun bagi Hoegeng, itu lebih baik ketimbang harus melanggar amanah almarhum ayah dan mengkhianati sumpah jabatan sebagai penegak hukum di republik ini,” bebernya.

Melawan judi

Dijelaskan oleh Aris, Bisnis ilegal yang menonjol di kawasan Medan adalah penyelundupan dan perjudian. Bisnis seperti itu bisa berjalan, biasanya karena ada beking dari oknum tentara dan kepolisian.

Menurut Hoegeng, bila diusut di belakang aktivitas itu ujung-ujungnya modal “China Medan” yang berperan, sedangkan oknum aparat sebenarnya tak lebih dari kacung-kacung pelaku bisnis ilegal tersebut.

“Sebuah kenyataan yang amat memalukan,” gumam Hoegeng dengan geram.

Dicatat oleh Aris, selama Hoegeng memimpin Reskrim tak terhitung banyaknya kasus penyelundupan dan perjudian di Sumut yang berhasil dibongkar. Kasus-kasus yang ditangani banyak sekali, frekuensinya tak terhitung lagi.

Kapolri Kunarto, Jejak Kesederhanaan dalam Membentuk Polri yang Berintegritas

Dalam banyak kasus, jelasnya, senantiasa tertangkap juga beberapa orang China yang terlibat dalam sindikat perjudian. Selama operasi ini juga acap kali, Hoegeng menangkap basah anggota tentara atau polisi yang menjadi backing usaha ilegal seperti itu.

Pernah juga tim Hoegeng menggerebek sebuah arena perjudian yang mengambil tempat di rumah bertingkat dua, perjudian di lantai atas. Ternyata di beking oleh oknum tentara. Dari sini, Hoegeng kemudian berkoordinasi dengan komandan satuannya.

Pada saat itu, tidak ada kesulitan dalam menangani oknum tentara yang terlibat kasus perjudian dan penyelundupan, apalagi Panglima TT Bukit Barisan Kolonel Maludin Simbolon merupakan figur yang terkenal bersih dan antikorupsi.

Seusai pendidikan, Hoegeng kemudian dipindahkan ke Komisariat Kepolisian Jakarta Raya - kini Polda Metro Jaya - dan masih menjabat sebagai Direktur Reskrim. Seperti saat ke Medan dulu, Hoegeng dan keluarga kembali ke Jakarta dengan kapal.

“Selama perjalanan, Hoegeng mengenang pengalaman-pengalaman manis saat bertugas di Medan. Kontras dengan saat menjelang ditugaskan ke Medan dulu, kini Hoegeng meninggalkan Medan dengan pikiran cerah dan hati lega,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini