Museum Bahari Jakarta yang merupakan museum di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta meluncurkan pameran temporer yang mengangkat tema Manusia dan Bencana: Mitologi, Mitigasi, dan Masa Depan.
Pameran ini diresmikan pada hari Kamis, (25/8/2022) oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana yang didampingi Kepala Unit Pengelolaan Museum Kebaharian Jakarta Mis’ari dan beberapa instansi terkait.
Pameran yang akan berlangsung dari tanggal 26 Agustus - 28 Oktober 2022 ini menghadirkan instalasi berupa panil-panil yang berisikan informasi berupa timeline bencana maritim yang pernah terjadi di Indonesia.
Museum Tosan Aji dan Upaya Merawat Keris Berusia Ratusan Tahun
Ada juga litografi lukisan Raden Saleh, kisah legenda Ratu Kidul penguasa Laut Jawa, nama-nama tradisi sesajen/sedekah laut di pesisir Nusantara, puisi-puisi tsunami, dan beberapa instalasi yang menghadirkan koleksi keramik dan mitigasi bencana.
Henry mengatakan pameran tentang kebencanaan ini diharapkan sebagai pengingat sekaligus momentum introspeksi diri akan bencana di Indonesia. Agar terus waspada untuk bencana ke depan dan selalu ingat atas bencana yang telah lalu.
“Kita memiliki berbagai pengalaman dan kejadian secara sejarah, Jakarta mengalami berbagai macam bencana, salah satunya adalah wabah, bagaimana kita sebagai insan mengelola bencana itu, terutama bagaimana menjaga ketahanan budaya,” ucap Iwan yang ditemui dalam acara peresmian pameran Manusia dan Bencana di Museum Bahari Jakarta.
Perkenalkan budaya leluhur

Pameran ini dijelaskan oleh Iwan akan sangat terbuka untuk kolaborasi. Hal ini sesuai dengan semangat pemerintah DKI Jakarta untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. Juga turut serta menyemarakkan kemerdekaan Indonesia ke-77.
Iwan juga berharap dari penyelenggaraan pameran ini agar memperkenalkan budaya leluhur dalam mengingatkan manusia untuk menjaga lingkungan dan peringatan akan datangnya bencana.
“Juga menyebarluaskan informasi dan memperkaya pengetahuan pengunjung melalui koneksi tangible dan intangible yang berkaitan dengan budaya leluhur dalam mencegah dan menghadapi bencana,” ujarnya.
Belajar Sejarah Jawa dan Pembacaan Weton di Museum Radya Pustaka
Sementara itu Kepala Unit Pengelolaan Museum Kebaharian Jakarta, Mis’ari mengatakan pameran ini akan berbeda dengan pameran yang pernah ditampilkan sebelumnya, karena kali ini berupaya menyuguhkan seni dari seorang penyintas.
Karya-karya yang ditampilkan ini memang hasil dari seorang seniman lintas media, produser, aktivis, dan pegiat literasi kebencanaan dari Kota Palu yakni Rahmadiyah Tria Gayathri yang akrab dipanggil Ama.
“Lewat karyanya, beliau mencoba merespon materi pameran yang disajikan bagi masyarakat sehingga dapat membantu menambah perspektif lainnya dalam memaknai pesan yang disampaikan,” ungkapnya.
Menarik anak-anak muda

Indonesia memang terkenal sebagai daerah ring of fire, sehingga sangat rawan akan kondisi bencana. Namun upaya adaptif terhadap bencana telah lama menjadi hal yang diturunkan dari zaman dahulu kepada generasi penerusnya.
Upaya mitigasi ini disajikan dalam bentuk folklor atau cerita rakyat, puisi, syair, lagu hingga dongeng pengantar tidur. Kini dengan perkembangan teknologi, membuat masyarakat perlu mawas diri dalam menghadapi bencana.
Salah satunya, jelas Mis’Ari dengan mengingat warisan leluhur yang hingga kini masih terjaga. Karena itu dirinya berharap anak-anak muda mau datang ke pameran ini agar pesan-pesan ini tersampaikan.
Museum Kayu Tuah Himba, Alternatif Wisata Edukasi di Kutai Kartanegara
Mis’Ari sangat yakin anak-anak muda atau milenial akan tertarik untuk datang ke pameran ini karena konsepnya yang Instagramable. Selain itu banyak cerita-cerita yang bisa didapat setelah mengunjungi pameran ini.
“Pengunjung bisa mengambil pelajaran dari informasi dan cerita-cerita masa lalu, termasuk juga teknologi-teknologi yang digunakan untuk mitigasi bencana maupun cerita-cerita dari para penyintas bencana yang disajikan dalam pameran ini dan bisa dimaknai oleh para pengunjung untuk pembelajaran masa depan,” tuturnya.
Pameran ini akan diselenggarakan di Museum Bahari yang terletak di Jl Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Pameran ini ditempatkan di Ruang Pameran Temporer yang terletak di lantai 1 Gedung A Museum Bahari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News