Pahami Fenomena Strawberry Generation, Kiat Jadi Generasi Muda Pantang Menyerah!

Pahami Fenomena Strawberry Generation, Kiat Jadi Generasi Muda Pantang Menyerah!
info gambar utama

Pada awal 2022 lalu, jagad maya sempat digegerkan oleh salah satu cuitan pengguna Twitter yang menuliskan keluhan seputar pengalaman masa transisinya dari dunia sekolah ke dunia perkuliahan. Ia menyinggung terkait banyaknya tugas yang didapatkan selama berkuliah dan banyaknya waktu yang tersita karena mengerjakan tugas tersebut  sehingga ia merasa waktu luangnya berkurang sangat jauh daripada masa sekolahnya dulu.

Akibat cuitan viral tersebut, masyarakat umum mulai banyak bertanya, berdiskusi, berpendapat, bahkan sampai berselancar di berbagai jenis platform untuk mencari tahu lebih dalam mengenai istilah apa yang dapat dikaitkan dengan fenomena pengguna Twitter tersebut. Lambat laun, ada satu istilah yang populer dari salah satu buku karya Prof. Rhenald Kasali yang sekaligus dijadikan label dalam menamai fenomena ini, yaitu Strawberry Generation atau Generasi Stroberi.

Strawberry Generation adalah istilah yang mulanya berawal dari Taiwan dan ditujukan bagi mereka yang lahir di tahun 2000-an. Analogi yang dikaitkan dari pemilihan nama buah strawberry dalam istilah ini yaitu buah strawberry jika dilihat dari luar memiliki bentuk yang menarik, cantik, dan sempurna tetapi memiliki tekstur yang mudah hancur jika tidak sengaja ditekan atau terkena benda asing disekitarnya. Begitu pun dengan generasi stroberi, mereka memiliki gagasan yang kreatif, inovatif, dan unik tetapi cenderung cepat rapuh, mudah sakit hati, dan menyerah dengan keadaan.

Dalam bukunya, Prof. Rhenald Kasali mengulas lebih lanjut mengenai faktor apa saja yang menyebabkan generasi saat ini cenderung memiliki sifat ke arah generasi stroberi, yaitu sebagai berikut.

1. Terlalu Banyak Diagnosis Diri Sendiri Tanpa Dibersamai oleh Pakar atau Ahli

Dalam ulasan bukunya, Prof. Rhenald Kasali mengatakan bahwa generasi saat ini sangat pintar sehingga banyak informasi yang mudah diketahui dan didapatkan. Selain itu, beliau juga menganalogikannya dengan spons, di mana dapat cepat menyerap air disekitarnya, dan itu pula yang dikaitkan dengan Gen Z, yaitu mereka mudah menyerap berbagai informasi di media sosial lalu mulai mencocok-cocokan hal-hal yang sedang ia alami dan rasakan dengan informasi yang ada. Dari pengalamannya tersebut ia mulai merasa cukup untuk mendiagnosis dirinya sendiri tanpa membersamai ahli atau pakar di bidangnya. 

2. Besar dalam Lingkungan Keluarga Sejahtera Dibandingkan Generasi Sebelumnya

Prof. Rhenald menjelaskan bahwa generasi saat ini dilahirkan lebih sejahtera dibandingkan generasi beberapa dekade sebelumnya, di mana mereka lebih dimanjakan dengan keadaan dan faktor lain seperti kurangnya perhatian orang tua serta ekspektasi yang berlebih kepada diri anak mereka sendiri dari pandangan orang tua. Dari perlakuan tersebut, banyak dari generasi saat ini yang merasa aman dengan kehidupannya di rumah tanpa tahu bahwa beratnya kompetisi dan kompetensi di luar sana yang akan menanti mereka di masa yang akan datang. 

3. Narasi atau Pandangan Orang Tua yang Kurang Berwawasan

Hal ini dikaitkan dengan istilah-istilah "kekinian" dalam dunia psikologi yang sering didengar oleh kalangan orang tua sehingga pemberian label pada istilah tertentu terasa kurang tepat dan mudah dipakai berulang oleh anak-anak mereka kepada teman-temannya, misalnya moody yang sering digunakan orang tua saat ini kepada anak mereka yang mulai memasuki masa dewasa muda sehingga dalam pergaulannya anak tersebut memakai kata moody dalam menjelaskan perasaannya yang mudah berubah kepada teman-temannya (dalam kasus ini, anaknya percaya dengan label yang pernah disematkan orang tuanya). 

3. Mudah Lari dari Kesulitan yang Menerpa

Dalam ulasan terakhirnya, Prof. Rhenald menuliskan bahwa generasi saat ini banyak yang terlalu overthinking dengan masalah-masalah yang sedang mereka rasakan, bahkan cenderung overthinking dengan hal-hal yang belum terjadi di masa depan. Generasi saat ini dikatakan sulit dalam menyelesaikan tantangan yang sedang mereka alami karena terlalu banyak faktor yang mereka lihat dan dengar, seperti trauma pribadi, pengalaman orang lain, bahkan lingkungan sosial yang terkadang terlalu riuh dengan urusan pribadi orang lain sehingga ketakutan tersebut menjadi besar bagi dirinya untuk melewati masa sulit tersebut. 

Kemudian, Prof. Rhenald Kasali mengulas lebih lanjut mengenai solusi atau kiat-kiat apa saja yang perlu generasi saat ini kantongi dalam memperbaiki diri atau membekali diri dalam melewati masa sulit yang akan dihadapi kedepannya dalam meniti karier. Lantas apa saja, ya, GoodMates? Yuk, kita simak bersama!

1. Perlu Meningkatkan Literasi Setiap Harinya

Foto: Literacy | Pixabay/Jill Wellington
info gambar

Prof. Rhenald menuliskan bahwa perlunya generasi saat ini dalam meningkatkan literasi setiap harinya karena dengan berlatih menjadi seseorang yang literat dapat mengasah pola pikir serta rasa kritis dalam diri. Implikasinya adalah pada penentuan keputusan dan tanggung jawab dalam diri. 

2. Percaya Terhadap Kemampuan Diri, Optimis, dan Perbanyak Sabar

Foto: Self-love | Pixabay/Marcela
info gambar

Kemudian, ia juga menuliskan bahwa generasi saat ini perlu memulai untuk percaya terhadap kemampuan diri sendiri, mengasah critical thinking, dan perbanyak sikap bersabar di lingkungan pertemanan ataupun profesional sehingga nantinya dapat diterima baik oleh semua kalangan, baik teman sejawat ataupun dengan orang yang lebih tua daripada usia mereka. 

Itulah penjelasan singkat mengenai Strawberry Generation dan kiat-kiat menjadi generasi muda pantang menyerah ala Prof. Rhenald Kasali. Menurut GoodMates, apakah fenomena ini pernah terjadi kepadamu? Dan bagaimana kalian menanggapi fenomena ini jika terjadi dalam kehidupan kalian?

 

Referensi: Kumparan | Buku Strawberry Generation, 2018 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini