Kisah Avro Anson: Ketika Ibu-ibu Minang Patungan Beli Pesawat Terbang Pertama RI 1947

Kisah Avro Anson: Ketika Ibu-ibu Minang Patungan Beli Pesawat Terbang Pertama RI 1947
info gambar utama

Avro Anson RI-003 adalah sebuah pesawat terbang multifungsi bermesin ganda keluaran Inggris. Pesawat ini merupakan pesawat terbang ketiga yang dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia yang dibeli pada awal bulan Desember 1947.

Replika pesawat ini terlihat jelas di pinggir Jalan Raya Bukittinggi-Medan, tepatnya di kawasan Gaduik, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Lokasi tempat pesawat ini dahulunya adalah lapangan terbang di Sumbar.

Replika pesawat ini jadi monumen pengingat bahwa masyarakat Minangkabau pernah berjasa bagi negara. Salah satunya adalah menyumbangkan harta bendanya untuk membeli sebuah pesawat terbang pertama untuk bangsa ini.

Deretan Pesawat Tempur yang Dimiliki Indonesia

Dari pesawat tersebut lahir dua orang pahlawan nasional, Iswahyudi dan Halim Perdanakusumah. Bahkan diungkap Budayawan Minangkabau, Hasril Chaniago menyebut di zaman pergerakan dan kemerdekaan, Sumbar punya tiga lapangan terbang.

Dirinya menyebut tiga lapangan terbang ini yakni Lapangan terbang Tabning di Padang yang dikuasai Belanda, lalu Lapangan terbang Gaduik dan Lapangan terbang Piobang di kabupaten 50 kota.

“Dari Gadut, Bung Hatta pernah terbang berangkat ke India, memenuhi undangan Nehru (Perdana Menteri India),” kata Hasril yang diwartakan Detik.

Patungan orang Minangkabau

Kisah Avro Anson mungkin banyak yang luput memperhatikan bahwa pesawat tersebut memiliki nilai penting dalam sejarah bangsa Indonesia, terutama tentang nasionalisme dan semangat bela negara.

Musababnya pesawat ini dibeli dengan menggunakan emas milik amai-amai, sebutan kaum ibu di Minangkabau. Karena itu bagi Hasril, pembelian pesawat ini adalah sebuah bentuk bela negara.

“...15 tahun sebelum Kennedy (Presiden Amerika Serikat) menyampaikan pidato tentang bela negara, jangan tanya apa yang diberikan negara kepada, tapi tanyalah apa yang kamu berikan kepada negara, masyarakat Minang sudah melakukan itu,” katanya.

Kisah Warga Aceh Patungan Beli Pesawat Pertama untuk NKRI

Hasril menceritakan bahwa Avro Anso berawal dari keinginan Wakil Presiden Mohammad Hatta agar negara memiliki sebuah pesawat terbang. Bung Hatta memang salah satu tokoh bagi masyarakat Minangkabau.

Pada sejarahnya, Bung Hatta pernah berkantor di Bukittinggi untuk mempersiapkan Sumatra sebagai wilayah alternatif pada periode Juni 1947 sampai Februari 1948. Saat itu dirinya berkantor di Istana Bung Hatta di lokasinya berada persis di depan Jam Gadang.

Penerbangan pesawat

Keinginan untuk punya pesawat, adalah mimpi besar yang sulit terwujud saat itu, karena Indonesia tidak punya cadangan devisa yang muncul di masa-masa tersebut. Maka muncullah ide untuk menggugah kaum ibu yang terbiasa mengumpulkan emas.

Karena hal itulah, harapan Bung Hatta untuk Indonesia memiliki pesawat kembali tumbuh. Upaya pembelian pesawat terbang ini dimulai dengan dibentuknya Panitia Pusat Pengumpul Emas oleh Bung Hatta.

Panitia ini dipimpin oleh Mr A Karim, Direktur Bank Negara. Emas sumbangan masyarakat Sumbar kemudian terkumpul seberat 14 kg, hal ini karena berhasilnya mereka menyentuh hati pada ibu-ibu Minangkabau.

“Maka disitulah ibu-ibu, karena ibu-ibu yang nyimpan emas. Tradisi masyarakat Minangkabau sejak dulu. Nah pada 17 September 1947, terkumpulah 14 kilo emas yang banyaknya sekitar satu kaleng roti biskuit. Emas ini kemudian dilebur jadi emas padu, maka dicarilah pesawat yang bisa dibeli,” katanya lagi.

Pesawat akhirnya berhasil diraih, yakni pesawat jenis Avro Anson milik Paul Keegan, seorang bekas pilot Inggris berkebangsaan Australia. Awal Desember 1947, pesawat ini diantar langsung oleh Keegan ke Bukittinggi.

Tetapi Keegan meminta agar pembayaran dilakukan di Singapura atau di luar negeri. Namun karena Keegan tidak bisa ke Singapura, pembayaran dilakukan di Thailand. Pesawat pun diterbangkan ke Songkhla untuk mengantar Keegan.

Tanpa Kakek Ini, Negara Indonesia Mungkin Masih Belum Merdeka

Agar bisa menerbangkan pesawat tersebut, didatangkanlah Iswahyudi sebagai pilot dan Halim Perdana Kusuma sebagai navigator. Namun dalam perjalanan kembali, tiba-tiba di daerah Perak Malaysia, pesawat ini terjebak cuaca buruk dan jatuh.

Iswahyudi dan Halim Perdana Kusuma diketahui meninggal akibat insiden tersebut, Jenazah Halim Perdana Kusuma ditemukan nelayan setempat, sedangkan Iswahyudi tak ditemukan sama sekali.

Hingga kini diketahui pesawat pertama Indonesia adalah Seulawah dari Banda Aceh. Padahal kata Hasril lagi, sesungguhnya Avro Anson lah yang lebih awal, karena sudah ada di tahun 1947,

Walau Avro Anson berkode RI-003, bagi Hasril ini hanyalah soal penomoran saja, apalagi menurutnya AURI telah mengoreksinya. Namun baginya secara fakta Avro Anson tetap bukti kecintaan dan wujud bela negara sesungguhnya.

“Apapun itu, Avro Anson adalah sebagai bentuk kecintaan dan wujud bela negara sesungguhnya dari masyarakat.”

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
AH
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini