Mengenal Airlangga Lewat Prasasti Pucangan: Seorang Raja Pembaharu Jawa

Mengenal Airlangga Lewat Prasasti Pucangan: Seorang Raja Pembaharu Jawa
info gambar utama

Raja Airlangga atau Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa adalah penguasa yang memerintah Jawa pada abad ke 11 Masehi yaitu di Kerajaan Kahuripan.

Raja yang dianggap sebagai pembaharu Jawa ini sudah menerbitkan setidaknya 33 bukti sejarah, yang terdiri dari prasasti batu dan perunggu. Dari 33 bukti sejarah ini, Prasasti Pucangan adalah yang terpenting untuk mengenal sosok Raja Airlangga.

“Prasasti Pucangan adalah yang paling penting, karena prasasti yang berangka tahun 1037 Masehi itu berisi tentang riwayat hidup Maharaja Airlangga yang paling lengkap,” tutur Fikria Iwa Logika, mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlangga yang dimuat Surya.

Nini Susanti dalam buku berjudul Airlangga Biografi Raja Pembaharu Jawa Abad XI menambahkan dalam Prasasti Pucangan dijelaskan bahwa Raja Airlangga adalah keturunan dari Mpu Sindok.

Ratusan Tahun Teronggok, Indonesia Akan Membawa Pulang Prasasti Pucangan dari India

Mpu Sindok sendiri adalah pendiri Dinasti Isyana yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke 10 Masehi. Menurut Nina, walau bukan keturunan langsung, Raja Airlangga merupakan generasi ketiga dari penguasa Mataram Kuno ini.

Pada usia 16 tahun, Raja Airlangga lantas dikirim ke Jawa untuk dinikahkan dengan putri Raja Dharmawangsa Teguh, bernama Galuh Sekar. Pada prasasti itu disebutkan setelah pernikahan ada penyerangan terhadap ibu kota.

“Peristiwa itu dinamai Mahapralaya. Semua keturunan kerajaan habis pada malam itu, kecuali Airlangga dan pengikutnya, Narottama yang berhasil menyelamatkan diri,” ujarnya.

Menyelamatkan diri

Semenjak penyerangan itu, hari-hari Airlangga dihabiskan di hutan, berpakaian kulit kayu, makan apapun yang dimakan oleh para orang suci dan penghuni hutan. Teman bicaranya adalah para pertapa.

Selama masa persembunyian itu, Airlangga menyamar sebagai seniman dan membuat kerajinan tangan. Karena itu tak heran, budaya dan legenda masyarakat setempat menyatakan bahwa rombongan ini merupakan kelompok pengamen.

“Tandak Ngamen tersebut kemudian baru diketahui ternyata Sang Raja yang menyamar dengan sebutan Mbah Joyo, yang kini tradisi peninggalannya berupa kungkum sinden masih sangat kental dilakukan di lokasi,” yang termuat dalam laman Jombang City Guide.

Dalam masa pelarian juga dikatakan bahwa Airlangga didatangi oleh para pertapa yang berasal dari tiga aliran yaitu Siwa, Budha dan Mahabrahmana. Ketiga pendeta lintas aliran itu meminta Airlangga kembali membangun kerajaan dan menjadi pemimpin.

Misteri Prasasti Empu Sindok di Situs Gemekan, Benarkah Berisi Kutukan?

Airlangga kemudian membangun kota Wwatan Mas dekat Gunung Penanggungan sebagai pusat pemerintahan. Saat pertama naik tahta kerajaannya hanya meliputi Sidoarjo dan Pasuruan, sebab setelah Dharmawangsa terbunuh, banyak wilayah melepaskan diri.

Tetapi setelah Kerajaan Sriwijaya yang menjadi musuh besarnya runtuh, karena invasi dari Rajendra Coladewa dari Colamandala antara 1025-1030. Raja Airlangga bersiap kembali menyatukan semua wilayah di Jawa.

Raja yang disegani

Airlangga lantas menyusun rencana untuk menegakkan kembali kekuasaan Dinasti Isyana di Pulau Jawa sejak 1025, pasca melemahnya Sriwijaya. Masa-masa awal kepemimpinannya pun dipenuhi dengan peperangan dan penaklukkan.

Dalam Prasasti Pucangan disebutkan Airlangga berhasil menaklukkan Raja Wisnuprabhwa dari Wuratan (1030 M), kemudian di tahun yang sama juga disebutkan Airlangga mengalahkan Raja Panuda dari Lewa dan Raja Wijayawarma dari Wengker.

Raja Hasin juga dikalahkan, yang kala itu wilayah kerajaan yang tersisa tinggal kawasan Sidoarjo dan Pasuruan saja. Airlangga kemudian berhasil membalaskan dendam pada Raja Wura-Wari yang telah memporak-porandakan kerajaannya.

Dikatakan pula pula, Airlangga berhasil mengalahkan ratu yang sangat kuat dari Tulungagung, yang digambarkan sebagai raksasi. Bagian penaklukan ini disebutkan dalam Prasasti Pucangan yang berbahasa Sansekerta.

Prasasti Mulawarman; Prasasti Tertua di Indonesia

Setelah berhasil mengalahkan semua lawannya, Airlangga kemudian menghadiahkan status tanah perdikan kepada para penduduk yang memberikan perlindungan saat masa pelariannya.

Sementara itu, karena kerajaan yang didirikannya baru bangkit dari mati suri. Kerajaan yang didirikan oleh Airlangga juga kerap disebut Kahuripan, sesuai dengan nama ibukota tempat dirinya pernah juga bertakhta.

Setelah Airlangga sudah diujung masa kehidupan, dirinya kemudian membagi Kerajaan Kahuripan menjadi dua yaitu Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Jenggala. Airlangga lantas memilih menjadi pertapa.

Selama masa pemerintahannya, mulai tahun 1009 M hingga 1042 M, Airlangga sukses melakukan pembaharuan dan pembangunan. Bahkan beberapa buku di zaman modern menulis sosok Airlangga sebagai Raja Pembaharu Jawa.

“Pembangunan juga dilakukan Sang Prabu kala melihat Sungai Brantas yang alirannya begitu deras, dengan membangun bendungan maupun saluran irigasi sehingga dijuluki Airlangga: Raja Pembangun Bendungan dalam sebuah buku,” jelasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini