Peran Phoa Beng Gan Membangun Kali Molenvliet yang Selamatkan Batavia

Peran Phoa Beng Gan Membangun Kali Molenvliet yang Selamatkan Batavia
info gambar utama

Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC pertama (1619-1629) membangun Kota Batavia di tempat yang berawa-rawa, penuh lumpur, dan berbagai bibit penyakit. Oleh karena itu banyak penduduk Batavia yang meninggal.

Musim kemarau juga bikin pusing gubernur dan pejabat VOC di Batavia. Suplai obat-obatan dari negeri Belanda terputus akibat perang Belanda-Inggris. Untuk menyediakan obat, VOC harus membangun pabrik sendiri.

“Itu perlu suplai air yang cukup. selama musim kemarau, air mengalir sangat kecil sehingga pabrik obat tak dapat berjalan,” tulis Hendaru Tri Hanggoro dalam Phoa Beng Gan, Jago Pengairan Tionghoa di Batavia yang diwartakan Historia.

Menghadapi situasi seperti itu Phoa Beng Gan seorang konglomerat China yang juga seorang ahli perairan menawarkan diri pada pemerintah VOC. Dirinya mendapatkan cara jitu untuk membuat suplai air kembali normal dan menghadapi musim kemarau.

Wabah Kolera: Ketika Buruknya Kualitas Air Ciliwung Bawa Bencana di Batavia

Pimpinan VOC setuju dengan rencana itu, mereka mengizinkan Phoa melaksanakan rencananya. Sama juga dengan masyarakat Tionghoa. Orang-orang Tionghoa telah menggelari Phoa sebagai ahli pengairan yang dapat dipercaya.

Phoa meminta masyarakat Tionghoa ikut menyumbang. Sebab mereka pula yang akan menikmati hasilnya kelak. Dirinya merencanakan kanal itu berfungsi pula sebagai lalu-lintas sampan.

"Biayanya dipikul oleh masyarakat sendiri karena pemerintah waktu itu hanya berani membiayai dengan jumlah yang tidak berarti," ungkap Tim Reporter dalam buku Sedjarahnya Souw Beng Kong, Phoa Beng Gan, Oey Tambah Sia.

Sumbangan dari orang Tionghoa mengucur. Tak hanya berbentuk dana, tetapi juga tenaga kasar. Mereka jadi penyumbang dana sekaligus buruhnya. VOC ikut membantu pengongkosannya yang mengaku cukup puas dengan hasil kerja keras Phoa.

Proses pembangunan

Pada tahapan pembangunan kanal ini, Phoa diketahui turun langsung. Dirinya terjun ke lapangan mencari aliran Kali Ciliwung. Dirinya membabat hutan lebat di luar tembok kota dan sempat bertemu beberapa binatang buas.

Dia juga tidak lupa membuat peta hasil penelusurannya sehingga memudahkan pekerjaan pembuatan kanal baru. Phoa menyelesaikan semua pekerjaan kanal ini dalam waktu relatif singkat. Namun hasilnya ternyata sangat memuaskan.

"Air-air yang menggenangi rawa-rawa, sekarang ini sudah mulai turun...Lalu lintas air itu menambah jalannya perekonomian semakin sehat," lanjut reporter.

Ratu Juliana dan Kisah Kunjungan Pertama Penguasa Belanda ke Indonesia

Orang Tionghoa kemudian menyebut kanal tersebut "Binghamvart", merujuk pada nama Phoa Bingham atau Beng Gan. Namun kemudian pada tahun 1661, orang VOC mengubah nama kanal ini menjadi Molenvliet hingga menjadi saluran yang paling diminati.

Terkesan dengan hasil kerja Phoa, VOC menghadiahinya sebidang tanah di luar tembok kota (sekarang terletak di wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat). Phoa kemudian menanam tebu di atas tanah itu.

Penanaman tebu merangsang pertumbuhan daerah sekitarnya. Rumah-rumah buruh tebu pun bermunculan. Mereka membangun rumahnya dengan batu-batu dan kapur. VOC kemudian juga meramaikan wilayah itu dengan membangun pabrik penggilingan obat.

"Dari situlah Phoa mengusulkan lagi penambahan kanal untuk menghubungkan wilayahnya di selatan ke pusat kota di utara. Sekali lagi, dirinya berhasil melakukanya," ucapnya.

Jejak yang bermanfaat

Dengan adanya Kali Molenvliet, Beng Gam mendapatkan keuntungan besar sebab kini dia dapat mengangkut kayu-kayu hasil hutan dari wilayah Harmoni dan Jaga Monyet melalui kali itu untuk dibawa ke Batavia.

Namun pada suatu musim kemarau yang panjang, air kanal mengering sehingga perahu tidak bisa melintas. Beng Gam memutar otak bagaimana supaya kanal tetap berair. Dia pun mengadakan survei ke arah sebelah timur, dekat pejambon dan mendapati bahwa air di Kali Ciliwung masih tetap melimpah.

"Maka ia minta izin kepada pemerintah untuk membuat kanal dari daerah Pejambon persisnya di sebelah selatan Masjid Istiqlal sekarang," papar Abdul Chaer dalam Tenabang Tempo Doeloe.

Festival Batavia Kota Tua: Menikmati Perjalanan 400 Tahun Kota Jakarta

Dari wilayah tersebut dia menggali kanal ke arah barat, lalu menyambung dengan Kali Molenvliet. Kanal yang baru dibuat tersebut kini berada di antara Jalan Juanda dan Jalan Veteran. Guna menjamin ketersediaan air di Kali Molenvliet dan kanal tersebut, maka dibuatlah sebuah pintu air.

Sampai era 1950-an Kali Ciliwung yang menjadi Kali Molenvliet maupun yang mengalir di Gunung Sahari masih dimanfaatkan penduduk untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Bahkan ada beberapa usaha binatu yang mencuci pakaiannya di Kali Gunung Sahari.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini