Jangan Lengah, Kenali 10 Gejala Depresi Ringan Sejak Dini

Jangan Lengah, Kenali 10 Gejala Depresi Ringan Sejak Dini
info gambar utama

Gejala depresi ringan bervariasi dan terkadang bersifat umum. Tidak heran, banyak dari kita yang belum menyadari hal tersebut dan cenderung mengabaikannya. GoodMates, hal ini tidak baik untuk dibiarkan karena gejala depresi ringan bisa berakibat fatal jika diabaikan.

Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan kesedihan terus-menerus dan kurangnya minat atau kesenangan terhadap kegiatan yang dulunya disenangi. Depresi termasuk salah satu gangguan mental yang banyak dialami oleh manusia. WHO memperkirakan, 3,8 persen dari total populasi manusia di dunia mengalami depresi.

Baca Juga: Self Diagnosis, Fenomena Klaim Mengidap Penyakit yang Sedang Bertebar di Media Sosial

Pentingnya Mengenali Gejala Depresi

GoodMates perlu tahu bahwa depresi dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu ringan (mild depression), sedang (moderate depression), berat (severe or major depression). Namun, terlepas dari jenisnya itu, depresi bisa terjadi kepada siapa saja, termasuk remaja dan lansia. 

Untuk menyembuhkannya, WHO mengatakan bahwa langkah pertama yang dapat dilakukan ialah dengan mengenali gejala depresi tersebut. Hal ini dikenal pula sebagai intervensi dini. Sebagaimana ditulis oleh Medical News Today, intervensi dini dapat membantu mencegah timbulnya komplikasi yang lebih serius.

Selain itu, Abraham Maslow—salah satu psikolog paling berpengaruh di Amerika—mengatakan bahwa menyadari diri apa yang terjadi dengan diri sendiri sangatlah penting. Hal ini kian memperkuat alasan pentingnya untuk mengenali gejala depresi sejak dini.

What is necessary to change a person is to change his awareness of himself.” — Abraham Maslow

Baca Juga: Kenali Perbedaan Burnout dan Capek Biasa

Gejala Depresi Ringan

Depresi ringan bukan hanya sekadar perasaan sedih sementara. Lebih dari itu, gejala depresi ringan dapat berlangsung selama berhari-hari. Dalam kondisi yang paling merugikan, gejala depresi ringan berpotensi untuk mengganggu aktivitas sehari-hari.

Melansir dari  American Psychiatric Association, gejala depresi ringan sama dengan gejala depresi berat. Namun, gejala depresi ringan memiliki intensitas yang lebih sedikit dibandingkan depresi berat. Sementara itu, Kuboki dan Hashizume dalam jurnal Japan Medical Association (JMAJ) mengelompokkan gejala depresi ringan berdasarkan gejala fisik dan gejala mental.

Dihimpun dari dua sumber tersebut, berikut rincian sepuluh gejala depresi ringan yang perlu GoodMates sadari sejak dini.

  1. Merasa sedih atau memiliki suasana hati yang tertekan.
  2. Kehilangan minat atau kesenangan untuk melakukan hal yang dulu disenangi.
  3. Perubahan selera makan: kekurangan berat badan atau penambahan berat badan yang berlebihan.
  4. Gangguan tidur: sering tidak bisa tidur atau tidur terlalu lama.
  5. Kehilangan energi atau mudah merasa lelah.
  6. Peningkatan aktivitas fisik tanpa tujuan (tidak bisa diam atau ingin terus beraktivitas) atau bahkan melambat.
  7. Merasa tidak berharga dan menyalahkan diri sendiri.
  8. Berkurangnya daya konsentrasi (kesulitan untuk berpikir dan membuat keputusan).
  9. Perubahan suasana hati harian.
  10. Gejala otonom lainnya, seperti sakit kepala, jantung berdebar, pusing, mulut kering, gangguan pencernaan, dan lain-lain.
Baca Juga: Ingin Jalani Pola Hidup Sehat? Terapkan 5 Tips Ini

Gejala-gejala di atas dapat terlihat dengan mudah, agaknya GoodMates juga sering merasakan beberapa di antaranya. Tanpa sadar kita menganggap gejala di atas hanya persoalan biasa. Hal inilah yang membuat depresi ringan sulit untuk didiagnosis apabila penderitanya tidak memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater. 

Depresi ringan termasuk mudah untuk diobati, lo, GoodMates. American Psychiatric Association mengatakan, 80 hingga 90 persen dari orang-orang dengan depresi bisa merespon pengobatan dengan baik. Oleh karenanya, jika GoodMates mengalami beberapa gejala diatas dan merasa sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan segan untuk meminta pertolongan ke pihak profesional.

Referensi: who.int (1) | who.int (2) | Kuboki dan Hashizume (2011) | psychiatry.org | Forbes | healthline.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini