Life Cycle Analysis untuk Lingkungan Lebih Baik

Life Cycle Analysis untuk Lingkungan Lebih Baik
info gambar utama

Isu lingkungan merupakan permasalahan global yang cukup sering diperbincangkan. Life Cycle Analysis atau Life Cycle Assessment (LCA) hadir sebagai konsep yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan atau industri, seperti pengambilan bahan baku, proses produksi, dan pengelolaan limbah. Keberadaan LCA menjadi angin segar bagi lingkungan.

Sebuah pendekatan yang digunakan untuk mengukur efek keberadaan suatu perusahaan atau pabrik terhadap lingkungan sekitarnya ini dinamakan Life Cycle Analysis atau Life Cycle Assessment. LCA bertujuan untuk memonitor atau mengamati dampak daur hidup suatu produk terhadap lingkungan.

Seperti yang GoodMates tahu, bahwa penyebab dari pencemaran lingkungan salah satunya dikarenakan limbah yang berupa asap, sampah sisa, kabel, listrik dan lain-lain, dari perusahaan maupun industri, seperti pabrik. Dengan begitu, LCA hadir sebagai solusinya. Sesuai namanya LCA yang berarti peduli akan kelangsungan perusahaan, keamanan pekerja, dan kesehatan setiap orang.

Baca Juga: Dari Limbah Jadi Berkah, Inovasi Peternak Ikan Hadapi Dinamika Pandemi

Life Cycle Analysis terbukti baik bagi lingkungan, seperti yang dilakukan negara Malaysia dan Thailand yang sudah menerapkan LCA sejak tahun 2000-an dan betul-betul merasakan dampak baiknya. Bahkan, saat ini banyak perusahaan yang mulai mempertimbangkan untuk menggunakan LCA karena ketika suatu negara sudah menerapkannya itu berarti mereka telah memperhatikan besar-kecil pengeluaran emisi.

Mengapa Diperlukan Adanya Life Cycle Analysis?

  1. Kesadaran akan bahaya rusaknya lingkungan hidup akan semakin meningkat.
  2. Membantu mengetahui potensi dampak apa saja yang dihasilkan dari produk suatu perusahaan atau pabrik.
  3. Menurunkan emisi karbon dan memberikan informasi detail mengenai konsumsi material dan energi.

Banyak sekali bukan, GoodMates, manfaat yang diperoleh dengan menggunakan konsep LCA tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga suatu industri. Life Cycle Analysis bekerja dengan memberikan semacam evaluasi bahan mentah dan konsumsi energi kemudian akan diperoleh data pengeluaran emisi suatu produk. Seperti yang sudah Indonesia terapkan pada industri kelapa sawit.

Baca Juga: Problematika Sampah Belanja Daring

Tahukah, GoodMates, industri kelapa sawit menjadi salah satu industri yang sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Akan tetapi, emisi dan limbah yang dihasilkan kelapa sawit begitu berbahaya untuk lingkungan. Oleh karena itu, penerapan Life Cycle Analysis sangat diperlukan.

Dalam sebuah webinar yang menghadirkan Peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Dr. M. Ansori Nasution mengungkapkan, Life Cycle Analysis akan menghitung besar penurunan emisi kelapa sawit. Hasilnya, emisi gas rumah kaca menurun sebesar 50 persen, dan pemanfaatan limbah padat yang menjadi pupuk sebesar 18,7 persen.

Selain itu, Dr. Soni Sisbudi selaku pendiri Indonesian Life Cycle Assessment Network (ILCAN) turut menyampaikan bahwa produksi biochar dan tandan kosong kelapa sawit membantu mengurangi jumlah limbah dan justru menghasilkan energi baru atau pupuk organik yang ramah lingkungan. Dengan begitu, industri kelapa sawit dapat bernapas lega karena industri ini menerapkan konsep LCA, sehingga tidak lagi menjadi ancaman bahaya bagi lingkungan.

Baca Juga: Fast Fashion Penyebab Perubahan Iklim, Kok Bisa?

Nah, GoodMates, itu dia bagaimana penerapan Life Cycle Analysis atau Life Cycle Assessment yang begitu aman dan ramah bagi lingkungan. Semoga Indonesia dapat mengikuti negara-negara tetangga yang sudah aktif menggunakan LCA.

Sudah seharusnya suatu perusahaan maupun industri menerapkan Life Cycle Analysis karena LCA dapat berkontribusi untuk menurunkan dampak yang diterima lingkungan serta membantu pemerintah, pelaku industri, dan pihak lainnya dalam mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan sehat.

 

Referensi: Mutu Institute | Pojok Iklim | Neraca | Dakara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini