Dibahas dalam Film Mencuri Raden Saleh, Begini Sejarah Lukisan Penangkapan Diponegoro

Dibahas dalam Film Mencuri Raden Saleh, Begini Sejarah Lukisan Penangkapan Diponegoro
info gambar utama

Lukisan Penangkapan Diponegoro kembali ramai diperbincangkan setelah film Mencuri Raden Saleh tayang di bioskop Indonesia. Sebagaimana digambarkan dalam film tersebut, lukisan Penangkapan Diponegoro merupakan lukisan yang tidak ternilai harganya.

Film yang dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, dan kawan-kawan ini bercerita tentang sekelompok mahasiswa yang melakukan aksi pencurian lukisan karya Raden Saleh. Aksi pencurian tersebut tidak berjalan dengan mudah, lantaran lukisan yang menjadi target pencurian disimpan di Istana Kepresidenan dengan penjagaan yang ketat.

Lukisan Penangkapan Diponegoro begitu berharga karena nilai sejarah yang dikandungnya. Lantas, bagaimana sejarah dari lukisan Penangkapan Diponegoro tersebut? Berikut ulasannya.

Baca Juga: Rekomendasi Film Animasi Klasik Penuh Makna untuk Segala Usia

Dilukis oleh Raden Saleh

Lukisan Penangkapan Diponegoro merupakan buah karya Raden Saleh Sjarif Bustaman (1814–1880). Raden Saleh membuat lukisan ini saat ia masih menjabat sebagai pelukis kerajaan Belanda di masa itu. Raden Saleh mulai membuat sketsa lukisan ini pada tahun 1856 dan merampungkannya pada tahun 1857.

Disampaikan oleh Direktorat Perlindungan Kebudayaan RI, lukisan ini sekaligus menjadi karya lukisan pertama bagi Raden Saleh. Selain itu, sebagaimana dikutip dari Sekretariat Kabinet RI, lukisan ini juga ditandai sebagai lukisan sejarah pertama di Asia Tenggara yang dilukis langsung oleh orang Asia Tenggara sendiri.

Lukisan Penangkapan Diponegoro dibuat dengan gaya romantisme, yakni aliran seni rupa yang berupaya menampilkan sejarah, tragedi, atau hal-hal romansa lainnya dengan cara fantastis. Lukisan ini dilukis pada permukaan kanvas menggunakan cat minyak dan dibingkai dengan kayu yang diukir.

Ada Perbedaan Versi

Lukisan ini menggambarkan peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda pada 28 Maret 1830. Peristiwa yang terjadi di rumah Residen Kedu, Magelang ini menandai berakhirnya perlawanan Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa.

Ternyata, peristiwa tersebut tidak hanya dilukis oleh Raden Saleh saja. Nicolaas Pieneman, seorang pelukis yang ditugaskan oleh Pemerintah Belanda, telah lebih dahulu melukis peristiwa itu pada tahun 1835.

Lukisan Penyerahan Diponegoro ke Letnan Jenderal de Kock karya Nicolaas Pieneman | Foto: Wikipedia
info gambar

Pieneman menamai lukisannya dengan judul “De onderwerping van Diepo Negoro aan luitenant-generaal Hendrik Merkus Baron de Kock, 28 maart 1830, waarmee de Java-oorlog (1825-30) werd beëindigd”. Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, judul tersebut berarti “Penyerahan Diponegoro ke Letnan Jenderal Hendrik Merkus Baron de Kock, 28 Maret 1830, mengakhiri Perang Jawa (1825-1830)”.

Baca Juga: Bangkitkan Semangat Kuliah Dengan Menonton 3 Film Ini

Simbol Perlawanan

Meskipun keduanya menggambarkan peristiwa yang sama, tetapi lukisan versi Raden Saleh berbeda dengan versi Pieneman. Beberapa perbedaan penting di antara dua lukisan tersebut ialah sebagai berikut.

  1. Pada judulnya, Raden Saleh menggunakan kata “penangkapan”, sedangkan Pieneman menggunakan “penyerahan”. Hal ini berarti, lukisan Pieneman menggambarkan Diponegoro menyerahkan diri kepada Belanda, sementara Raden Saleh menggambarkan Diponegoro ditangkap oleh Belanda.
  2. Penggambaran wajah Diponegoro pun berbeda. Pieneman menggambar Diponegoro dengan raut pasrah dan lesu. Berbeda dengan itu, Raden Saleh justru menggambar wajah Diponegoro dengan tegas dan tampak menahan amarah.
  3. Dalam lukisan Raden Saleh, Pangeran Diponegoro berdiri di hadapan Letnan Jenderal de Kock dengan posisi kepala yang menengadah. Sementara itu, lukisan Pieneman menempatkan Diponegoro berdiri di bawah de Kock dengan kepala menghadap ke depan.
  4. Lukisan Pieneman menampilkan bendera Belanda. Bendera berwarna merah putih biru itu tidak ditemukan dalam lukisan Raden Saleh.

Dalam visualisasi versi Raden Saleh, tergambar jelas keberanian Pangeran Diponegoro di hadapan penjajah. Melalui lukisannya itu, Raden Saleh secara tegas menolak apa yang dilukiskan Pieneman, yakni bahwa Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda alih-alih menyerahkan diri. Hal ini dipandang sebagai bukti rasa nasionalisme Raden Saleh kepada tanah air.

Baca Juga: Susah Berhenti Nonton Film Seri? Waspada Binge Watching!

Membaca sejarahnya di atas, tak ayal lukisan Penangkapan Diponegoro menjadi salah satu koleksi negara yang berharga. Saat ini, lukisan Penangkapan Diponegoro berstatus milik negara, dikelola oleh Kementerian Sekretariat Negara, dan disimpan di Ruang Pamer Utama Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta. 

Referensi: Kemdikbud | Sekretariat Kabinet RI | Kompas.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini