Mengenal Manusia Liang Tebo, Pasien Amputasi Pertama di Dunia dari Kalimantan

Mengenal Manusia Liang Tebo, Pasien Amputasi Pertama di Dunia dari Kalimantan
info gambar utama

Kerangka berusia 31.000 tahun ditemukan di Gua Liang Tebo, Semenanjung Sakulirang Mangkalihat, Kalimantan Timur. Hal ini menjadi bukti amputasi paling awal di dunia dan telah mengubah sejarah awal prosedur medis.

Gua itu berada di kawasan gua kapur yang membentang seluas 4.200 kilometer persegi. Di kawasan ini ditemukan bukti peradaban berupa lukisan gua, ceruk gua tempat permukiman, dan pemakaman.

Situs Liang Tebo adalah situs lukisan gua sekaligus kubur. Situs ini berjarak 2,5 km dari Sungai Marang, di ketinggian 165 meter. Manusia Liang Tebo terkubur di kedalaman sekitar 150 cm.

Posisi kerangka meringkuk, dengan kaki ditekuk ke dada dan kepala menghadap ke sisi utara. Selain kerangka, arkeolog juga menemukan artefak, antara lain alat batu kecil dan oker merah di dekat kepala.

Indonesia Sebagai Jejak Migrasi dan Peradaban yang Masih Terwariskan

Manusia Liang Tebo secara anatomi sudah masuk klasifikasi Homo Sapiens. Diduga kuat dari ciri-ciri tulang, kerangka itu milik remaja berusia 19-20 tahun, saat dikubur. Belum diketahui jenis kelaminnya, tetapi diduga adalah laki-laki.

Dari uji laboratorium pertanggalan karbon, usia kerangka antara 31.133 tahun yang lalu sampai 30.437 tahun yang lalu. Kerangka itu diduga dikubur antara enam sampai sembilan tahun setelah diamputasi.

Dari kerangka itu, peneiti mendapati bahwa kakinya mulai dari lutut tidak ada lagi. Dari pengamatan lebih rinci di bagian tulang kaki, ada bekas-bekas yang diduga kuat merupakan potongan benda tajam.

“Bekas potongan itu dinilai sangat berbeda dengan trauma dari kecelakaan atau diserang binatang. Pada tulang kaki ada bekas potongan yang bersih,” demikian penjelasan arkeolog.

Alasan dikuburkan?

Para arkeolog sebelumnya sudah banyak menemukan berbagai artefak seperti peralatan dari batu, namun fosil manusia jarang sekali ditemukan. Ini disebabkan karena kawasan tersebut adalah daerah tropis di mana mayat bisa rusak dengan cepat.

Bahkan bila dikuburkan di bagian kawasan bebatuan yang lebih terlindungi dan lebih dingin, hal tersebut bukanlah hal yang ideal. Ini disebabkan karena keasaman tanah, disebabkan karena kotoran dari kelelawar yang tinggal di dalam gua-gua tersebut.

Pada awal ditemukannya fosil tersebut, Dr Maloney dan para peneliti lain dari Australia dan Indonesia menduga bahwa mereka menemukan seseorang yang berasal dari tahun yang sama dengan mereka yang melukis gua.

Pengecekan sedimen di sekitar penemuan, serta dari salah satu gigi manusia tersebut menunjukkan dia hidup sekitar 31 ribu tahun lalu. Ini tidak saja konsisten dengan lukisan gua dan penemuan barang, tetapi jadi pemakaman manusia modern tertua di Asia Tenggara.

Homo Erectus Bumiayu, Penemuan Fosil Manusia Purba Tertua di Jawa

Ketika para arkeolog melakukan penggalian dengan hati-hati mereka menemukan bahwa yang hilang adalah bagian bawah kaki kirinya. Bagian yang masih ada tampak seperti telah dipotong dengan benda tajam namun keadaannya masih bagus.

Hal ini jelas Maloney menunjukkan amputasi mungkin dilakukan antara enam sampai delapan tahun sebelum orang ini meninggal, yang artinya terjadi ketika masih anak-anak atau remaja. Selain itu bentuk tulangnya juga berbeda bila digigi binatang.

“Bisanya ketika tulang retak karena kejatuhan batu atau misalnya digigit binatang, seperti buaya, bentuknya tidak sama dengan apa yang kami temukan dari fosil di Liang Tebo,” katanya.

Tetapi para peneliti belum bisa menemukan dengan benda apa manusia pra sejarah tersebut melakukan amputasi. Menurut Renaud Joannes Boyau pakar dari Southern Cross University kemungkinan adalah batu yang tajam.

“Sudah pernah ditemukan peralatan batu dari zaman pra sejarah yang bisa dengan gampang melukai badan kita,” paparnya.

Menjawab pertanyaan

Seperti banyak gua lainnya di kawasan pegunungan terpencil tersebut, banyak ditemukan seni kuno yang ditemukan, seperti lukisan tangan yang menunjukkan sudah adanya peradaban di sana sampai sekitar 40 ribu tahun lalu.

Adhi Agus Oktaviana dari Pusat Arkeologi Nasional Indonesia yang terlibat dalam survei lukisan gua yang ada di kawasan tersebut cukup bahagia karena sampe fosil yang ditemukan usianya begitu tua.

Menurutnya publikasi mengenai lukisan gua juga pernah dilakukan sebelumnya dan kalangan peneliti di Indonesia mempertanyakan usia lukisan gua. Mereka mempertanyakan mengapa umurnya tua sekali.

Hobbit dan Mata Menge, ‘’Manusia Purba’’ Flores yang Menyulut Perdebatan Arkeolog Dunia

“Peneliti sebelumnya memperkirakan lukisan gua tersebut berasal dari zaman lain,” katanya.

Kini dengan penemuan kubur di Liang Tebo sudah menjadi bukti bahwa manusia hidup satu zaman dengan lukisan gua tersebut. Selain itu juga memperkukuh pendapat jika orang Nusantara dulu bisa mengobati orang lain.

Para arkeolog sebelumnya sudah banyak menemukan berbagai artefak seperti peralatan dari batu, namun fosil manusia jarang sekali ditemukan. Hal ini disebabkan karena kesamaan tanah, disebabkan juga kotoran kelelawar yang tinggal di dalam gua.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini