UMKM Jamu Topang Upaya Indonesia Kembangkan Wellness Tourism

UMKM Jamu Topang Upaya Indonesia Kembangkan Wellness Tourism
info gambar utama

Sebagai ramuan herbal asli Indonesia, jamu memiliki segudang potensi untuk pengembangan kemajuan negeri di berbagai bidang. Beberapa waktu ini, jamu kembali digaungkan sebagai penopang upaya Indonesia untuk mengembangkan wellness tourism. Jamu bahkan diperkenalkan di kancah internasional melalui side events G20 bertajuk International Wellness Tourism Conference and Festival (IWTCF) 2022 pada Agustus lalu. 

Apa itu Wellness Tourism?

Dikutip dari Global Wellness Institute, wellness tourism atau wisata kebugaran merupakan perjalanan wisata yang sekaligus berkaitan dengan upaya mempertahankan atau meningkatkan kesehatan. Wellness tourism dapat juga dikatakan sebagai konsep berwisata yang menggabungkan antara industri pariwisata dan industri kesehatan. 

Sama dengan konsep wisata jenis lainnya, wellness tourism juga menuntut adanya keunikan dari suatu daerah untuk disuguhkan kepada wisatawan. Keunikan tersebut bisa berasal dari budaya lokal, aset alam, dan lainnya. Tidak heran, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjadikan jamu yang notabenenya diramu dari bahan alami dan telah menjadi budaya lokal sebagai salah satu potensi dalam pengembangan wellness tourism di Indonesia.

Baca Juga: Melestarikan Budaya Angklung Bersama Komunitas Guriang

Potensi Wellness Tourism di Indonesia

Menteri Parekraf, Sandiaga Uno, dikutip dari iNews mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk wellness tourism. Hal ini dapat dilihat dari data Global Wellness Institute yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-19 dalam Global Wellness Economy Ranking 2020. Peringkat tersebut merupakan yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya. 

Diketahui, saat ini Kemenparekraf tengah mengembangkan wellness tourism berkelas dunia di tiga daerah prioritas, yakni Solo, Yogyakarta, dan Bali. Tiga daerah tersebut dipilih karena diyakini memiliki aset wellness yang menjanjikan dan patut untuk dikenal oleh wisatawan mancanegara. Targetnya, Kemenparekraf akan mengejar negara tetangga yang sudah terlebih dahulu mengembangkan wellness tourism.

“Indonesia kaya akan alam, budaya, dan tradisi yang menjadi aset penting bagi wisata kebugaran seperti produk herbal, jamu, aromaterapi, meditasi, retret, makanan sehat, dan geotermal,” ujar Sandiaga dikutip dari Jawapos.com.

Dalam sumber yang sama, Menteri Negara Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut, potensi wellness tourism terhadap perekonomian global mengalami peningkatan dari  4,2 triliun dolar AS pada 2017 menjadi 4,5 triliun dolar AS pada 2019. Angka ini diproyeksikan mengalami pertumbuhan yang signifikan.

Selain itu, wellness tourism kian digemari pascapandemi COVID-19. Setelah pandemi muncul, masyarakat semakin memerhatikan isu health (kesehatan), hygiene (kebersihan), safety (keselamatan), dan security (keamanan). Hal itulah yang menjadi alasan digandrunginya wellness tourism belakangan ini.

Baca Juga: She and Club: Komunitas Kelas Kreatif di Yogyakarta

Peran Penting UMKM Jamu untuk Wellness Tourism

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), salah satu pilar wellness tourism ialah tersedianya produk obat tradisional. Dalam hal ini, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) obat tradisional mengambil peran penting. 

Kepala BPOM, Penny K. Lukito, merincikan bahwa saat ini Indonesia memiliki 87,2 persen pelaku usaha obat tradisional dan 69 persen pelaku usaha kosmetik dalam bentuk UMKM. Di samping itu, terdapat pula 77 produk Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) dan 24 produk fitofarmaka yang terdaftar di BPOM. Jumlah tersebut diperkirakan terus bertambah.

Pelaku UMKM jamu termasuk ke dalam pelaku usaha obat tradisional. Hal ini karena jamu termasuk ke dalam obat tradisional yang dibuat dari bahan atau ramuan alami dan digunakan secara turun-temurun. Terkait hal itu, BPOM secara tegas mengatakan akan mendukung UMKM jamu dan obat tradisional sebagai kunci sukses wellness tourism di Indonesia. 

Adapun bentuk dukungan yang diberikan BPOM, antara lain, pendampingan proaktif untuk UMKM, memberikan kemudahan perizinan usaha melalui penyederhanaan persyaratan dan percepatan registrasi produk, pendampingan untuk aspek sanitasi dan higienitas bagi jamu gendong, serta menginisiasi Program Orang Tua Angkat dari industri besar untuk meningkatkan kapasitas UMKM obat tradisional dan usaha jamu gendong. 

Dalam sumber berbeda, Deputi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM, Rudy Salahuddin, mengatakan bahwa obat tradisional seperti jamu memiliki nilai strategis dari sisi ekonomi. Sayangnya, UMKM obat tradisional masih mengalami beberapa tantangan dari segi keterbatasan bahan baku, peralatan, permodalan, dan sumber daya manusia. 

Kendati begitu, ia berharap UMKM ini bisa bertumbuh lewat upaya pengembangan sentra UMKM obat tradisional. Karenanya, ia mengajak seluruh sektor dan stakeholder untuk bekerja sama dalam memberdayakan UMKM melalui pendekatan klaster atau sentra agar kapasitas produk dan pelaku usaha kian meningkat.

“Ke depan, kami berharap semakin banyak UMKM yang meningkat daya saing produknya serta mampu menggerakan perekonomian lokal yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja,” ujar Rudy sebagaimana dikutip dari Ekon.go.id.

Baca Juga: Tingkatkan Kemampuan Literasi bersama Komunitas Peduli Literasi di Indonesia

Melihat hal ini, UMKM jamu dapat dijadikan sebagai potensi bisnis. Selain menjadi penggerak roda perekonomian, menjadi pelaku UMKM sekaligus menjaga kelestarian budaya bangsa dan memajukan industri wellness tourism di Indonesia. Jika tertarik, GoodMates bisa merintis UMKM jamu dari sekarang.

Referensi: Global Wellness Institute | iNews.id | Jawapos.com | BPOM | Ekon.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini