Kisah Sekapuk: Wilayah yang Dahulu Tertinggal Kini Jadi Desa Miliarder

Kisah Sekapuk: Wilayah yang Dahulu Tertinggal Kini Jadi Desa Miliarder
info gambar utama


Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur mampu meningkatkan ekonomi desanya dengan menyulap bekas galian kapur menjadi kawasan wisata dengan omset miliaran.

Pada mulanya Desa Sekapuk hanyalah tempat yang dikelilingi perbukitan kapur. Sejak lama, warga desa ini mengambil batu-batu kapur yang ada di area perbukitan itu. Ketika batu kapur sudah tak lagi bisa diambil, mereka meninggalkan begitu saja.

Bahkan sejak 2013-2017 bekas galian kapur itu dijadikan tempat pembuangan sampah warga. Sampah menggunung. Melihat kumuhnya kawasan itu, Abdul Halim, Kepala Desa Sekapuk 2017 – 2023 memutar otak. Dia tak ingin kawasan desanya menjadi kumuh.

Di bawah kepemimpinannya, Abdul Halim berhasil mengubah kawasan bekas galian tambang batuk kapur menjadi destinasi wisata yang diberi nama Setigi. Nama tersebut berasal dari kata selo yang berarti batu, tirto yang berarti air dan giri yakni bukit.

“Dulu lahan wisata Setigi hanyalah tempat sampah. Saya coba bersihkan dan rapikan. Bahkan di awal pembangunan Setigi, ada fasilitas warga yang dibakar warga,” ujar dia yang disadur dari Kompas.

Desa di Indonesia dengan Nama Unik dan Horor

Dirinya mengaku butuh proses yang panjang untuk mengubah wajah desa tempat kelahirannya. Bahkan menurutnya saat dia sudah menjabat sebagai kepala desa, masih ada warga yang belum bisa menerimanya.

Untuk mewujudkan tekadnya itu, dia mengumpulkan warga, kepada mereka, Halim mengajak bersama-sama untuk membersihkan lingkungan dan menjadikan desanya menjadi desa yang maju.

“Saya melihat tempat ini cocok dijadikan tempat wisata,” ucap Halim.

Dijadikan tempat wisata

Abdul Halim menceritakan desa ini memiliki area tambang kapur seluas 5 hektare. Area tambang ini menjadi aset desa, sebagian sudah tak ditambang, namun sebagian lagi masih ditambang warga.

Karena tidak ingin menyia-nyiakan aset desa ini, pada tahap awal, Halim mengelola 1,5 hektare lahan bekas tambang untuk dijadikan tempat wisata. Bersama warga bergotong royong mengembangkan wisata bekas galian tambang kapur.

Di sini ada danau buatan beserta jembatan peradaban, rumah honai Papua, wahana wisata air, spot foto, dinding topeng, candi topeng Nusantara, gerbang gaib, patung semar, goa pancawarna, hingga gunung kapur bekas tambang yang terlihat indah.

Pemandangan di area bekas tambang ini sangat eksotik bak kastil-kastil zaman Yunani kuno. Lalu ada juga miniatur Masjid Persia dan Madinah, kemudian rumah apung hingga patung Begawan.

Terbaru bakal ada wahana kolam renang Banyu Gentong yang akan menyajikan tiga warna air. Selain itu Setigi juga akan menyediakan pemandian khusus perempuan dewasa. Pemandian syar’i dengan syarat menutupi aurat dan berhijab.

Mitos Dua Desa yang Tak Bisa Menyatu di Ponorogo

“Wisata ini kami bangun sejak tahun kedua saya menjadi kepala desa dengan tema peradaban. Pembangunannya memakan waktu hampir 10 bulan. Kemudian resmi kita buka tahun 2019,” ujar Halim yang diwartakan Kanal Desa.

Halim mengaku untuk mengerjakan lahan seluas 1,5 hektare itu menelan biaya kurang lebih Rp2 miliar. Pembiayaan ditanggung bersama, desa dan warga. Desa mengeluarkan biaya Rp222 juta untuk membangun infrastruktur jalan.

“Ada 387 warga yang jadi investor,” ujar Halim.

Selain itu keberhasilan pembangunan wisata yang dikelola BUMDes sudah semestinya masyarakat ikut merasakan. Karena itu pihaknya melibatkan warganya tidak sekadar menjadi tenaga kerja, tetapi investor.

Investasi ini dilakukan melalui taplus invest yang dikelola BUMDes. Satu lembar saham dihargai Rp2.400.000 atau dengan skema menabung Rp8 ribu per hari atau Rp200 ribu per bulan. Dana investasi warga inilah yang digunakan untuk membangun prasarana lainnya.

Desa miliarder

Dengan adanya lokasi wisata ini, menurut Halim, kondisi perekonomian di desanya berubah drastis. Ada 289 tenaga kerja lokal terserap. Ditambah lagi, unit usaha tambang kapur yang dikelola BUMDes berhasil menyerap 350 tenaga kerja.

“Lapangan kerja baru itu terdiri dari stand kuliner, pegawai wisata Setigi, home industri Dapur Mbok Inggih, dan pekerja tambang. Semuanya warga asli Sekapuk,” kata Halim seperti ditulis Ngopibareng.

Penghasilan bersih BUMDes setiap tahun diperkirakan mencapai Rp4 miliar. Belum lagi usaha camilan Dapur Mbok Inggih yang memiliki target Rp1,9 miliar per tahun. Unit usaha itu, menurut Halim mampu menyumbang pendapatan asli desa (PADes) sekitar Rp1,5 miliar.

“Karena itu kami berani mendeklarasikan sebagai Desa Miliarder. Karena perputaran uang di Sekapuk Miliaran,” kata Kades berambut gondrong ini.

Mitos Dua Desa Yang Tak Bisa Bersatu di Ponorogo

Klaim desa miliarder memang tidak main-main, desa ini memiliki 5 unit mobil operasional mewah dan puluhan sepeda listrik. Halim menyebut mobil mewah tersebut ada Darilah bagian dari apresiasi pemerintah desa kepada warganya.

“Ini sebagai bukti bahwa warga Desa Sekapuk mampu bangkit dan sukses seperti sekarang,” katanya.

Halim menyebut akan terus mengembangkan usaha di kampung kelahirannya, karena dari blue print yang ada, pembangunan yang sudah dijalankan masih 60 persen. Ada beberapa rencana pembangunan seperti hotel apung.

Belum lama, pada 2021, Desa Sekapuk masuk dalam 300 desa terbaik pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini