Panduan Mengelola Stres dari WHO, Pahami dan Terapkan Segera

Panduan Mengelola Stres dari WHO, Pahami dan Terapkan Segera
info gambar utama

World Health Organization (WHO) merilis panduan mengelola stres bertajuk Doing What Matters in Times of Stress: An Illustrated Guide. Dalam panduan tersebut, WHO memberi penjelasan terkait cara manajemen stres di masa-masa sulit, lengkap dengan ilustrasi gambarnya. Panduan mengelola stres dari WHO ini bersifat universal, yakni bisa berlaku untuk siapa pun yang mengalami stres.

Menurut WHO, stres merupakan perasaan tertekan dan terancam dalam hidup. Stres dapat terjadi kepada siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Stres yang berat sering kali berdampak pada tubuh, seperti merasakan dada sesak, sakit kepala, sakit perut, dan lainnya. 

Saat stres, manusia juga cenderung merasa tidak nyaman karena tidak fokus, mudah marah, sulit tidur, merasa khawatir, atau merasa sangat lelah. Beberapa di antaranya juga kerap memikirkan berbagai hal buruk dari masa lalu atau ketakutan akan masa depan. 

Menurut WHO, pikiran dan perasaan yang kuat ini terjadi secara alami ketika manusia mengalami stres. Namun, hal tersebut bisa memancing dan menarik seseorang menjauhi nilai-nilai yang ia yakini. Oleh karena itu, WHO mengeluarkan panduan mengelola stres ini agar orang-orang dengan stres tahu bagaimana cara menangani stres yang mereka alami.

Baca Juga: Manfaat dan Bahaya Kafein untuk Tubuh, Pecinta Kopi Wajib Tahu!

Simak sampai akhir, berikut lima cara yang bisa dilakukan untuk mengelola stres sesuai panduan WHO.

1. Grounding

Secara harfiah, grounding merupakan teknik menstabilkan emosi untuk membuat pikiran yang sebelumnya melayang-layang dan tidak fokus kembali ke kesadaran utamanya. Grounding merupakan upaya untuk membuat seseorang bisa menikmati dunia sekitar dan fokus kepada kegiatan yang sedang dilakukannya. 

GoodMates, langkah pertama untuk melakukan grounding ialah mengetahui perasaan dan pikiranmu. Kemudian, coba untuk tenang dan rasakan tubuhmu. Caranya dengan menenangkan pernapasan, seperti menghirup udara selambat mungkin. Lantas, tekan kakimu ke lantai dan rentangkan lengan atau kepalkan tangan secara perlahan. Setelah itu, fokus kembali kepada lingkungan sekitar.

Sederhananya, grounding dilakukan dengan cara merasakan pikiran dan perasaan berat yang muncul dan di saat yang sama juga merasakan apa yang sedang terjadi di sekitarmu. Jadi, ketika mulai merasa tertekan, pelankan napas, embuskan dengan lembut, kemudian tarik napas kembali sepelan mungkin. Begitu seterusnya.

Grounding dilakukan guna mengalihkan fokus dari pikiran dan perasaan kalut yang bisa saja memancingmu untuk bertindak sesuatu yang membahayakan. Grounding memang tidak membuat emosi menghilang, tetapi cukup ampuh untuk menjagamu tetap aman sampai emosi tersebut mereda.

2. Melepaskan Diri

Cara selanjutnya untuk mengelola stres ialah dengan melepaskan diri dari pikiran dan perasaan yang sulit dan memberatkan. Melepaskan diri bukan berarti menjauhkan dirimu dari pikiran dan perasaan sulit tersebut. Melepaskan diri berarti kamu berhenti memaksakan diri untuk melawannya.

Menurut WHO, ada dua langkah melepaskan diri, yaitu “merasakan” dan “menamai”. Langkah pertama, rasakan suatu pikiran atau perasaan yang memancing kamu. Kedua, namai perasaan itu dengan cara mengucapkan di dalam hati kepada diri sendiri. Contoh menamai perasaan: “Aku merasa ini perasaan berat di dalam dada”; “Aku rasa, ini kenangan yang menyakitkan”; atau “Aku rasa, ini pikiran tentang yang aku takutkan”.

Faktanya, pikiran dan perasaan memancing kita untuk semakin stres saat kita tidak menyadarinya. Jadi, dengan merasakan dan menamai pikiran atau perasaan sulit yang berseliweran di dalam kepala, kita sadar bahwa kita memang benar-benar sedang mengalami hal tersebut. Setelah menyadari itu, lepaskan dirimu dan fokus kembali ke kegiatan yang sedang kamu lakukan.

Baca Juga: Jangan Lengah, Kenali 10 Gejala Depresi Ringan Sejak Dini

3. Bertindak Sesuai Nilai

Nilai atau value berisi sekumpulan hal yang menggambarkan kepribadian yang kamu idamkan, perlakuanmu terhadap diri sendiri dan orang lain, serta perlakuanmu terhadap dunia sekitar. Beberapa bentuk nilai, antara lain, penuh kasih, bijak, perhatian, peduli, penyayang, tidak menyerah, dan bertanggung jawab. Jadi, ketika melakukan sesuatu, selalu tanyakan kepada diri sendiri “Apakah tindakan ini mendukung nilai-nilai yang aku yakini?”.

WHO menyarankan, coba mulai setiap hari dengan memikirkan dua atau tiga nilai yang ingin kamu jalankan. Kemudian, bertindak sesuai nilai-nilai itu sepanjang hari. Perlu diketahui, nilai dijalani secara dua arah, yakni untuk diri sendiri dan orang lain. Ketika kamu yakin pada nilai kepedulian, maka bertindak peduli harus dilakukan kepada dirimu sendiri dan orang lain. 

Bertindak sesuai nilai berhubungan dengan dua panduan sebelumnya. Ketika merasa stres, sadari apa yang terjadi dengan grounding. Kemudian, lepaskan diri dengan cara “merasakan” dan “menamai”. Dari sana, ubah apa yang dapat kamu ubah, terima rasa sakit yang tidak bisa kamu ubah, dan jalani kehidupan sesuai nilai yang kamu yakini.

4. Berbuat Baik

Ketika stres, kita cenderung lupa untuk berbuat baik kepada diri sendiri. Kita sering terpancing dengan pikiran yang tidak baik, seperti “Aku lemah”, “Ini salahku”, “Seharusnya tadi aku enggak begitu”, dan sebagainya. 

Pikiran yang seperti itu sejatinya keluar secara alami dan tidak apa-apa. Akan tetapi, terpancing dengan pikiran buruk tersebut akan memperburuk kondisi stres. Menurut WHO, ketika terpancing dengan pikiran buruk, kita ditarik menjauh dari nilai-nilai yang kita yakini. 

Maka dari itu, WHO menyarankan, berbuat baiklah kepada diri sendiri dan orang lain terlepas dari seberapa buruk kondisi stres yang kamu alami. Adapun yang dimaksud dengan berbuat baik kepada diri sendiri ialah melepaskan diri dari pikiran yang memberatkan. Sementara berbuat baik kepada orang lain ialah melakukan tindakan untuk meringankan beban orang-orang yang sedang kesulitan dengan dirinya.

5. Memberi Ruang

Cara terakhir mengelola stres menurut WHO adalah dengan memberi ruang untuk pikiran dan perasaan sulit. Berkaitan dengan kemampuan memberi ruang ini, WHO menganalogikannya dengan cuaca di langit. 

Tidak peduli seburuk apa cuaca, akan selalu ada ruang di langit untuk menampung cuaca itu. Uniknya, langit tidak pernah tersakiti atau dirugikan oleh cuaca, baik itu cuaca yang sangat panas atau dingin. Cepat atau lambat, cuaca akan selalu berubah. 

Layaknya cuaca di langit, pikiran dan perasaan kita akan selalu berubah. Di momen tertentu kita merasa murung dan tertekan, setelahnya kita akan kembali ceria. Maka, belajarlah untuk menjadi seperti langit yang memberi ruang untuk “cuaca buruk” tanpa tersakiti. Artinya, berikan ruang kepada pikiran dan perasaan sulitmu tanpa merasa tersakiti dan ingatlah bahwa pikiran dan perasaan sulit tersebut akan berlalu.

Baca Juga: Forest Bathing, Cara Ampuh Hilangkan Stres

Lebih lanjut, panduan mengelola stres dari WHO dapat diakses di sini (versi bahasa Inggris) atau di sini (versi bahasa Indonesia).

GoodMates, stres dapat dikelola jika kamu ingin mengelolanya. WHO mengatakan, menjalani panduan-panduan di atas mirip dengan mempelajari keterampilan baru. Semakin banyak berlatih, maka akan semakin terbiasa dan mahir. Segera pahami dan terapkan panduan tersebut untuk meredakan gejolak stres yang kamu alami.

Referensi: WHO

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini