ASEAN Deaf Games 2022, Kesempatan Atlet Tunarungu untuk Mengharumkan Nama Indonesia

ASEAN Deaf Games 2022, Kesempatan Atlet Tunarungu untuk Mengharumkan Nama Indonesia
info gambar utama

Penyandang tunarungu Indonesia bakal beraksi di ASEAN Deaf Games 2022. Ajang tersebut sekaligus menjadi kesempatan mereka untuk mengharumkan nama Indonesia lewat olahraga.

ASEAN Deaf Games 2022 akan berlangsung pada 20-27 November mendatang. Ajang ini digelar di Kuala Lumpur, Malaysia.

Indonesia tidak ketinggalan ikut serta. Siap berpartisipasinya Indonesia dikonfirmasi langsung oleh Perhimpunan Olahraga Tunarungu Indonesia (Porturin).

Insya Allah November 2022 kami akan berpartisipasi dalam 1st ASEAN Deaf Games di Kuala Lumpur, Malaysia,” ujar Ketua Perhimpunan Olahraga Tunarungu Indonesia (Porturin) Harpalis Alwi, seperti dilansir Antara.

Untuk menyambut ASEAN Deaf Games 2022, Porturin telah menyiapkan atletnya untuk berlaga. Indonesia menurunkan atlet untuk cabang atletik, bulu tangkis, serta futsal. Indonesia akan tampil baik itu di nomor putra maupun putri.

Adapun cabang olahraga yang dipertandingkan di ASEAN Deaf Games 2022 ada empat, yakni atletik, boling, bulu tangkis, dan futsal. Dengan demikian, Indonesia hanya tidak mengirim atlet untuk cabang boling.

Kisah Mesra Indonesia-Rusia: Berawal dari Ideologi hingga Bangun Stadion GBK

Edisi Pertama

ASEAN Deaf Games 2022 merupakan ajang olahraga antaratlet penyadang tunarungu. Layaknya ajang olahraga multievent lain seperti Asian Games dan SEA Games, para atlet berlaga dengan membawa nama negara masing-masing.

Tahun ini bakal jadi kali pertama ASEAN Deaf Games digelar. Bukan tidak mungkin, kesempatan bagi penyandang tunarungu untuk beraksi di dunia olahraga ini nantinya akan terbuka terus lewat gelaran tahun-tahun berikutnya.

ASEAN Deaf Games edisi pertama awalnya dijadwalkan digelar pada 2019 lalu di Bangkok, Thailand. Namun, Thailand selaku tuan rumah tersandung masalah di mana mereka dianggap tidak mampu memenuhi persyaratkan dan kewajiban menyangkut administrasi dan manajemen yang ditetapkan.

Buntut dari masalah yang membelit Thailand adalah keluarnya keputusan ASEAN Deaf Sports Federation (ADSF) untuk mengundur ASEAN Deaf Games. Selain itu Thailand juga kehilangan hak sebagai tuan rumah yang dialihkan ke Malaysia.

Sementara itu, Porturin adalah induk organisasi olahraga yang khusus mewadahi para atlet tunarungu. Saat ini, Porturin adalah organisasi yang diakui oleh International Committee of Sports for the Deaf (ICSD) sebagai anggota.

Selain ASEAN Deaf Games, para atlet tunarungu Indonesia juga punya peluang untuk tampil di ajang yang lebih besar, yakni turnamen level dunia yang diorganisir ICSD dan level Asia Pasifik yang digerakkan oleh Asia Pacific Deaf Sports of the Deaf (APDSC).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

AR
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini