Menilik Jejak Pembangunan dan Asal-Usul Nama Stadion Kanjuruhan

Menilik Jejak Pembangunan dan Asal-Usul Nama Stadion Kanjuruhan
info gambar utama

Stadion Kanjuruhan tadinya hanya salah satu dari sekian banyak fasilitas olahraga untuk aktivitas sepak bola yang dimiliki Indonesia. Namun semenjak tragedi tak terduga yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022), stadion satu ini mendadak menjadi topik utama yang dibicarakan tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, namun juga dunia.

Menjadi saksi bisu dari catatan peristiwa yang mau tidak mau akan terus teringat, bukan hal aneh jika saat ini banyak yang mencari tahu informasi lebih jauh mengenai Stadion Kanjuruhan.

Karena nyatanya, stadion tersebut yang selama ini dikenal sebagai markas alternatif bagi klub Arema FC dan Aremania, setelah berpindah dari stadion Gajayana yang berada di Kota Malang.

Sejarah Stadion Menteng, Saksi Lika-liku Persija dan Sepak Bola Jakarta

Riwayat Stadion Kanjuruhan

Pembangunan stadion Kanjuruhan | kanjuruhan.weebly.com
info gambar

Stadion Kanjuruhan merupakan salah satu fasilitas olahraga sepak bola Indonesia yang berada di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Menilik riwayat pembangunannya, stadion ini dibangun pada tahun 1997 dengan menelan dana sekitar Rp35 miliar.

Dibangun dalam waktu hampir 7 tahun, stadion yang memiliki kapasitas sekitar 40 ribuan penonton ini baru selesai pada bulan Juni 2004, dan pengoperasiannya diresmikan oleh Presiden yang menjabat kala itu, yakni Megawati Soekarnoputri.

Saat pertama kali dibuka, laga yang menjajal lapangan stadion tersebut secara perdana adalah klub Arema Malang FC melawan PSS Sleman, yang berakhir dengan kemenangan Arema Malang FC dengan skor 1-0.

Saat yang sama itu pula, menjadi awal pertama Arema dan Aremania pindah dari kandang lama di stadion Gajayana, Kota Malang ke stadion Kanjuruhan.

Tentu ada banyak kenangan yang tercatat bagi Arema dan Aremania di stadion tersebut. Mulai dari beberapa kali peraihan gelar juara dan rentetan kemenangan dari berbagai kali pertandingan.

Ironisnya, bertolak belakang dengan kericuhan yang terjadi di tahun 2022 ini, di stadion itu pula Aremania rupanya pernah meraih predikat The Best Suporter di ajang Copa Indonesia 2006. Meski kenyataannya, pemberian gelar dan hadiah tak dilakukan secara simbolis di stadion Kanjuruhan.

Pada tahun 2010, stadion Kanjuruhan pernah melalui renovasi sebagai syarat mengikuti Liga Champions AFC 2011 dengan menambah daya pada pencahayaan.

Kemudian di tahun 2014, stadion juga kembali mendapatkan penambahan satu tribun, yakni tribun berdiri. Tribun tersebut berada di sekeliling sentel ban (lintasan tepi lapangan), dengan pagar yang memisahkan tribun dengan lapangan.

Penambahan tribun tersebut yang secara otomatis menambah kapasitas stadion menjadi benar-benar mencapai 45 ribu penonton. Kala itu, disebutkan bahwa penambahan tribun dimaksudkan untuk mengantisipasi membludaknya Aremania pada laga-laga tertentu yang bertajuk big-match.

Kisah Mesra Indonesia-Rusia: Berawal dari Ideologi hingga Bangun Stadion GBK

Asal-muasal nama Kanjuruhan

Hal menarik lainnya dari stadion Kanjuruhan yang layak diketahui adalah asal-usul penamaannya. Kanjuruhan bukan sebatas nama stadion, melainkan nama sebuah Kerajaan yang diyakini menjadi cikal-bakal lahirnya kota Malang itu sendiri.

Bahkan, diyakini jika Kerajaan Kanjuruhan sudah ada sebelum Majapahit dan Singosari ada, dan menjadi silsilah awal kelahiran Malang. Hal itu juga yang membuat Kerajaan Kanjuruhan disebut sebagai kerajaan tertua di Jawa Timur.

Bercorak Hindu dengan aliran Syiwa, Kerajaan yang diyakini sudah ada sejak abad ke-8 masehi ini disebut berlokasi di titik yang saat ini berada di dekat Kota Malang.

Lebih detail, disebutkan jika titik Kerajaan Kanjuruhan kini berada di lokasi antara Sungai Brantas dan Sungai Metro, dan di dataran yang sekarang bernama Dinoyo, Merjosari, Tlogomas, dan Ketawanggede di Kecamatan Lowokwaru, Malang.

Selain JIS, Stadion Berstandar Internasional Juga Resmi Berdiri di Banten

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini