Unik! Siswa SMAN 21 Surabaya Olah Tempe dengan Musik Rock

Unik! Siswa SMAN 21 Surabaya Olah Tempe dengan Musik Rock
info gambar utama

Rock ternyata lebih dari sekadar jenis musik biasa. Siapa sangka, musik yang mulai dikenal sejak akhir tahun 1940-an ini juga berpengaruh terhadap proses fermentasi tempe. Siswa SMAN 21 Surabaya telah meneliti hal tersebut dan berhasil membuktikan bahwa musik rock bisa mempercepat fermentasi dalam pengolahan tempe.

Penelitian itu dilakukan oleh enam orang siswa, antara lain, Michelle Tiffany Laowo, Christine Aulina Anugrah, Tirta Ayu Ningrum, Nael Nahdiyah Azzahra, M Faishal Al Faruq, dan M Labib Abyan. Mereka menguji fermentasi kedelai menjadi tempe di dalam temperatur yang sama (37 derajat celsius) dengan dua instrumen musik berbeda, yakni instrumen klasik dan rock.

Penelitian dilakukan di dalam inkubator Tech Fregesio, sebuah alat berbentuk kubus yang berukuran sedang dan dilapisi spons berwarna kuning. Mengutip Jawapos.com, di dalam alat yang kedap suara tersebut terdapat dua tingkat rak minimalis, termometer, sound level meter, dua lampu, exhaust fan kecil, dan loudspeaker

Inkubator Tech Fregesio, alat fermentasi tempe oleh siswa SMAN 21 Surabaya | Foto: jatimnow.com
info gambar

Baca Juga: Mengulik Pengertian dan 4 Pilar Literasi Digital

Hasil penelitian menyatakan, rentang waktu fermentasi menggunakan musik rock lima jam lebih cepat dibandingkan instrumen klasik. Hal ini terjadi karena lagu rock “Air Force One” dari grup musik As Blood Runs Black memiliki frekuensi lebih besar (258–3.273 hz), sementara instrumen musik klasik dari Ludwig van Beethoven hanya memiliki frekuensi kisaran 129–1.270 hz. 

Dalam kata lain, poin penting penelitian ini terletak pada frekuensi musik yang digunakan ketika fermentasi. Poin tersebut selaras dengan judul penelitiannya, yakni “The Effect of Frequency Range on Fungal Growth on Fermented Tempe”.

Penelitian yang dilakukan oleh enam orang siswa itu bahkan berhasil mendapat medali emas dalam World Science, Environment and Engineering Competition (WSEEC) 2022 Universitas Indonesia, penghargaan Fully Funded Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) 2022, dan Iysa Grand Award.

Baca Juga: 5 Tips Jadi Arsitek Muda Profesional, Terus Ikuti Tren!

Penelitian tersebut kembali dikembangkan untuk mengikuti perlombaan di Malaysia. Objek penelitian tetap sama, tetapi kali ini lebih fokus meneliti perbedaan frekuensi dari tiga kategori musik rock. Mulai dari slow rock, medium rock, hingga heavy metal

Penelitian lanjutan itu diberi judul “i-RoF (The Influence of Rock Music Instruments on The Rate of Tempe Fermentation Using Slow Rock, Medium Rock, and Heavy Metal)”. Hasilnya, musik slow rock membutuhkan waktu empat jam fermentasi, sementara medium rock dan heavy metal lebih lama dengan selisih satu jam.

Apabila dibandingkan dengan teknik biasa, fermentasi dalam penelitian ini jauh lebih cepat. Umumnya, proses kedelai bersatu dengan ragi hingga menjadi tempe membutuhkan waktu 36 jam atau sekitar dua hari. Namun, dengan alat inkubator dan musik rock, fermentasi bisa dipersingkat menjadi empat hingga lima jam saja.

Baca Juga: Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka: Penjelasan, Syarat, dan Panduan Pendaftaran

Inovasi dari generasi penerus bangsa terus berdatangan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Indonesia tidak kekurangan orang-orang cerdas. Lantas, bagaimana dengan GoodMates?

Referensi: Jawapos.com | harianbhirawa.co.idjatimnow.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini