Naga Purba, Predator Handal Mencegah Nyamuk DBD dan Malaria

Naga Purba, Predator Handal Mencegah Nyamuk DBD dan Malaria
info gambar utama

Capung atau sibar-sibar merupakan kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odanata. Capung adalah serangga yang lebih kecil seperti nyamuk dan wereng, karena itu hewan ini adalah pengendali hama.

Hal ini disampaikan oleh dosen di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Prof Intan Ahmad PhD, Grace M Tarjoto. Dirinya mengetahui persis peran capung dalam budidaya padi organik di lahan total 27 hektare.

Petani padi organik di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, itu tak pernah menyemprotkan pestisida untuk melindungi padi-padinya. Hal ini karena mereka hanya melibatkan para capung.

“Capung memangsa larva wereng sehingga ia tak pernah perlu repot mengendalikan hama dan penyakit,” dimuat dalam Keluarga Capung: Predator Hama Alami yang diterbitkan Trubus.

Indonesia Dragonfly Society, Penjaga Capung Indonesia agar Lestari

Rekan Grace, Nyoman Sugito menyebutkan tanaman tumbuh sehat, tak ada penyakit yang menyerang. Hama terkendali karena keseimbangan populasi dalam rantai makanan terjaga. Oleh karena itu, capung dijadikan sebagai pengendali hama.

Seekor capung menyantap hama hingga 20 persen dari bobot tubuhnya per hari. Itu berarti capung menekan populasi serangga hama dan serangga penyebab penyakit seperti nyamuk yang menyebarkan demam berdarah dan malaria.

“Seekor larva capung menyantap hingga 45 jentik nyamuk setiap hari,” kata Pudji Aswari, periset dari Pusat Penelitian Bogor LIPI.

2. Predator handal

Capung memiliki mata yang cukup besar. Sepasang mata faset yang terdiri dari 30.000 ommatidia (kornea) itu mampu melihat objek di depan mata hingga sudut 360 derajat. Artinya dalam sekali pandang capung bisa melihat objek di depan, samping, dan belakang.

Sebab setiap mata mikro mengarah pada titik berbeda. Mata faset menangkap pergerakan objek dengan mengidentifikasi warna dan bentuk objek. Serangga terbang yang sudah ada sejak sebelum zaman dinosaurus itu juga memiliki mata oseli.

Tiga buah mata oseli terletak di depan mata raksasanya sangat peka terhadap benda yang sedang bergerak. Itu karena kemampuannya melihat dispersi cahaya polikromatik menjadi cahaya monokromatik alias merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

“Ketika sebuah benda bergerak di depan capung, mata oseli menangkap intensitas cahaya dari benda itu,” tutur Saputra, ahli serangga dari Universitas Gadjah Mada.

Kisah Unik Si Capung Jarum

Lalu informasi itu segera diteruskan ke mata fasetnya yang berbentuk segi enam sehinga bentuk objek diketahui. Dengan mata faset dan mata oselinya capung dapat mengenali dan menyambar mangsa dengan cepat.

Karena inilah Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada tersebut menyebutkan bahwa kinjeng, nama capung dalam bahasa Jawa sebagai predator yang tulen.

“Capung adalah pengendali serangga kecil yang menjadi vektor penyakit manusia,” tegasnya.

3. Indikator ekologi

Selain sebagai pengendali hama dan penyakit, Aswari mengatakan capung merupakan indikator ekologi. Sebagai pemangsa sejati, capung dapat digunakan sebagai ukuran pencemaran suatu perairan.

“Tubuh larva dapat menampung racun dari mangsa yang tercemar,” paparnya.

Banyak orang menyimpulkan capung menjadi indikator biologis untuk kualitas air, hal ini karena habitat larva capung ada di air. Artinya jika di sebuah wilayah banyak terdapat capung berterbangan, dapat disimpulkan bahwa mutu air di situ relatif bagus.

Tetapi menurut Intan Ahmad, Alumnus University of Illinois, capung kurang akurat sebagai indikator perairan bersih karena kurang sensitif. Karena dirinya pernah menemukan larva capung di sawah yang tercemar pestisida.

Si Jagoan Mungil Penjaga Air Untuk Manusia

Walau begitu bagi sebagian masyarakat di tanah air, capung sumber protein hewan. Masyarakat Tabanan Provinsi Bali, menyantap capung Crochoternis servilla, Orthetrum sabina, dan Pantala flavescens.

Dengan kelebihan seabrek, pantas jika banyak orang menaruh hati pada capung. Sebagai gambaran Indonesia memiliki 1.200 spesies capung, sedangkan jumlah spesies di Bumi mencapai 5.500 jenis.

“Saya kagum ternyata capung itu banyak sekali ragamnya. Yang saya tahu selama ini capung itu ya yang berwarna hijau. Capung ternyata juga peran penting bagi lingkungan dan keseimbangan ekosistem,” kata Tabita Makitan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini