Andai Indonesia Punya Drama Seperti "Extraordinary Attorney Woo"

Andai Indonesia Punya Drama Seperti "Extraordinary Attorney Woo"
info gambar utama

Saya bukan penggemar film maupun drama serial Korea (K-Drama) bukan karena mereka kurang bagus atau bagaimana, simply karena saya takut saya akan ketagihan nonton film atau drama Korea. Beberapa waktu lalu, saya melihat banyak kawan-kawan saya di Instagram yang mem-posting tentang bagaimana bagusnya serial "Extraordinary Attorney Woo". Uniknya, kawan-kawan saya itu (yang saya kenal) bukanlah penggemar film/drama Korea. Sekali, dua kali, akhirnya belasan IG story kawan-kawan saya menceritakan betapa mereka 'terpikat' dengan K-drama tersebut.

Daaaaan..terjadi juga. Singkatnya, saya akhirnya menonton, episode satu, hingga kini episode 14, dan berniat merampungkannya sampai akhir season. Ketagihan? Ya, jelas.Extraordinary Attorney Woo, adalah K-drama terbaru yang (paling) menggemparkan dunia pasca Squid Game (yang populer di era pandemi), dan (tentu saja) dicintai oleh para penggemar K-drama di mana-mana, pun juga bisa mengambil hati orang-orang yang selama ini tak begitu mengikuti pop culture Korea. K-Drama ini berkisah tentang Woo Young Woo, seorang pengacara pemula berbakat dengan gangguan spektrum autisme (ASD) , saat dia menangani kasus-kasus yang sulit dan menantang, sekaligus bergulat dengan berbagai kesulitan pribadi, keluarga, dan cinta, juga pekerjaan profesionalnya di sebuah firma hukum besar di Seoul, Korea.

Attorney Woo dan 'kekasihya' | Extraordinary Attorney Woo
info gambar

Tidak seperti banyak drama hukum lain yang berfokus pada adu argumen yang intens di pengadilan, balas dendam, dan konspirasi berbelit-belit untuk memicu plot, Extraordinary Attorney Woo berfokus pada aspek kecil kehidupan sehari-hari yang tampaknya tidak penting atau normal bagi kebanyakan orang (public interest), tetapi bisa sering menjadi tantangan bagi individu neurodivergen.

Salah satu motif berulang yang lucu yang ditunggu-tunggu oleh penggemar acara di setiap episode adalah obsesi Young Woo dengan ikan paus, karena setiap terobosan yang dia miliki dalam sebuah kasus digabungkan dengan montase paus yang fantastis dan rambutnya yang beterbangan dalam angin imajiner.

Adegan-adegan dan percakapan lucu (yang seolah mengalir tanpa sengaja) tercipta dengan sempurna sepanjang drama berlangsung, termasuk bagaimana Woo tak pernah bisa berbohong, to the point, tulus, lucu, dan juga baik hati. Drama juga dibumbui dengan kisah cinta ringan yang, pun juga hubungan keluarga, persahabatan, juga kadang pertengkaran. Semuanya dibungkus dengan sinematografi berwarna-warni pastel, soft, dengan latar belakang kota Seoul yang modern, bersih, maju, teratur, dan menyenangkan. Kalau dalam perfilman, Extraordinary Attorney Woo ini masuk dalam genre Feel-Good drama.

Begitu populernya, drama ini masuk Top 10 drama terpopuler di 57 negara, ditonton total 577,2 juta jam sejauh ini (dari data Netflix Top 10), dan muncul di peringkat global drama berbahasa non-Inggris selama 12 minggu berturut-turut, menjadi no.2 judul Korea paling populer di Netflix pada tahun 2022. Tentu saja data ini akan terus bertambah besar mengingat Extraordinary Attorney Woo makin digemari di mana-mana menjelang akhir tahun ini. Di Netflix, K-drama ini menjadi yang paling populer selama musim panas 2022.

Membayangkan sebuah serial drama belasan episode, ditonton ratusan juta orang di seluruh dunia, betapa besar dampaknya bagi negara produsennya. Mari kita berbicara tentang Korea. Bayangkan, ratusan juta generasi-generasi muda (dan remaja) di seluruh dunia kini begitu aware dengan segala hal terkait Korea; budayanya, destinasi wisatanya, makanannya, produk-produknya, wajah bersih dan indah kota-kotanya, dan lain sebagainya. Anak-anak muda (dan remaja) ini tak lama lagi akan menjadi pekerja profesional, pemilik usaha, dosen, diplomat, menteri, atau bahkan presiden, di negaranya masing-masing. Tentu tak perlu dijelaskan betapa 'beruntungnya' Korea, kini, dan (apalagi) di masa depan.

Di episode 13 dan 14 di Extraordinary Attorney Woo, secara apik ceritanya bergeser ke pulau Jeju (mungkin sepertiny 'Bali'nya Korea), di mana Woo dan kawan-kawan pengacaranya menangani sebuah kasus di sana. Rangkaian ceritanya berhasil menggambarkan keindahan Pulau Jeju, lengkap dengan betapa scenic-nya jalanan di sana, biara di yang indah di sebuah tempat yang hijau dengan air yang begitu bersih, lalu pantai tempat melihat Lumba-lumba hidung botol, juga makanan-makanan pulau tersebut yang enak dan ngagenin. Saya yang awalnya belum tertarik berkunjung ke Korea, langsung terpikat dan tertarik untuk sekali waktu mengunjunginya, salah satunya akan ke Jeju. Tak heran, begitu banyak orang begitu ingin ke Korea. Yang sudah ke sana pun, selalu berniat kembali lagi dan kembali lagi.

Munculnya platform streaming seperti Netflix, HBO, Prime Video, Hulu, dan lain-lain, telah menjadi pengubah permainan (game changer) untuk film dan drama Korea. Semakin banyak K-movie dan K-drama yang ditonton di seluruh dan dunia, dan ini menjadikan negara tersebut semakin banyak mendapatkan eksposur internasional secara positif. Tentu, tak berlebihan jika kita berharap, industri kreatif Indonesia (terutama di bidang perfilman) suatu saat bisa makin berkreasi menjadikan drama-drama Indonesia sepopuler Squid Game, Full House, atau Extraordinary Attorney Woo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini