Ampyang Maulid, Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang Bersejarah dan Penuh Makna

Ampyang Maulid, Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang Bersejarah dan Penuh Makna
info gambar utama

Kudus punya tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang begitu khas. Tradisi tersebut bernama ampyang maulid.

Di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah hal yang jamak dilakukan. Setiap daerah pun punya tradisinya masing-masing dalam perayaan tersebut, tak terkecuali Kudus.

Masyarakat Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, Jawa Tengah, biasa merayakan Maulid Nabi dengan tradisi ampyang maulid. Ampyang sendiri adalah sejenis kerupuk yang terbuat dari tepung, dan ampyang maulid memang tidak bisa dilepaskan dari kerupuk tersebut.

Saat menggelar ampyang maulid, masyarakat Loram Kulon membuat menu nasi dengan kerupuk ampyang yang dibungkus daun. Makanan tersebut kemudian diarak dalam kirab keliling desa dalam bentuk gunungan untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat.

Ampyang maulid kembali dirayakan pada Maulid Nabi Muhammad SAW yang tahun ini jatuh pada Sabtu (8/10). Desa Loram Kulon pun diramaikan oleh ratusan orang yang turun ke jalan untuk ikut kirab dan mengarak nasi ampyang. Setelah keliling desa, kirab berakhir di Masjid Wali At Taqwa.

Berdasarkan laporan Antara, perayaan ampyang maulid tahun ini dimeriahkan oleh 30 gunungan. Selain itu, ada pula acara Loram Kulon Expo tahun 2022 yang digelar.

Masyarakat antusias meramaikan ampyang maulid kendati hujan sempat mengguyur Desa Loram Kulon.

Mengenal Tiga Tradisi Unik Perayaan Maulid Nabi di Sulawesi Selatan

Sejarah dan Filosofi Ampyang Maulid

Ampyang Maulid sudah dijalankan oleh masyarakat Loram Kulon sejak lama. Dari catatan sejarah bahkan diketahui tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Menurut laman Visit Jawa Tengah milik Pemprov Jateng, ampyang maulid sudah berlangsung sejak akhir abad ke-15. Mulai dikenalnya ampyang maulid bersamaan dengan keberadaan tokoh pendakwah Islam keturunan China yang bernama Tjie Wie Gwan.

Sebagai pendakwah, Tjie Wie Gwan punya peran penting dalam syiar Islam di Kudus. Ia juga merupakan salah satu tokoh yang berjasa mendirikan Masjid At Taqwadi Loram Kulon yang masih ada hingga saat ini.

Ampyang Maulid sebetulnya sempat berenti pada era 1960-an. Namun tradisi itu berlanjut sejak 1995 hingga kini dengan segala kemeriahannya.

Ada makna mendalamdi balik ampyang maulid. Lewat tradisi ini, masyarakat diajak untuk senantiasa meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW, termasuk salah satunya dalam wujud berbagi kepada sesama.

"Tradisi ampyang maulid merupakan tradisi turun temurun yang memiliki nilai sejarah sehingga harus dilestarikan. Tentunya ini juga menjadi momentum untuk mengingat dan introspeksi diri serta berperilaku yang mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki Nabi Muhammad SAW," ujar Bupati Kudus seperti dilansir Antara.

Bungo Lado; Tradisi Sambut Maulid Nabi dengan Pohon Uang

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini