Pembangunan Kawasan Menteng Abad 20: Bergaya Eropa untuk Kalangan Berada

Pembangunan Kawasan Menteng Abad 20: Bergaya Eropa untuk Kalangan Berada
info gambar utama

Menteng merupakan wilayah yang sejak awal disediakan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk masyarakat Eropa. Hingga kini kawasan ini masih terkenal sebagai kawasan elite kaum kaya Jakarta.

Pembangunan kawasan Menteng pertama kali terjadi pada abad ke 20. setelah pemerintah Hindia Belanda memindahkan daerah pusat kota dari Oud Batavia ke Weltevreden. Dari sinilah muncul Menteng sebagai daerah pemukiman.

Pada pertengahan abad ke 18 pemilik tanah Menteng adalah seorang orang Arab yakni Assan Nina Daud dari tahun 1755 sampai dengan tahun 1762, kemudian J.du Chene de Vienne tahun 1790 dan ahli warisnya.

Sejak pertengahan abad ke 19 tanah Menteng kembali dimiliki orang-orang Arab yang disebabkan migrasi dalam jumlah orang yang besar ke pesisir Jawa. Sebagian dari mereka membeli tanah, namun bukan untuk diri sendiri melainkan untuk diperjualbelikan.

KKOTA Street Kiosk sebagai Ruang Interaksi dan Kreasi UMKM di Pusat Kota Jakarta

Barulah pada tahun 1908, perusahaan Real Estate De Bouwploeg membeli tanah Menteng seluas 295 Rijnlandsche dan bermaksud untuk digunakan sebagai daerah pemukiman bagi masyarakat golongan atas yang semakin banyak datang ke Batavia.

Selain daerah Menteng, pemerintah kolonial juga membeli tanah Gondangdia. Baik Menteng-Gondangdia sangat cocok untuk memperluas wilayah perumahan untuk golongan yang berada di Batavia.

“Pemerintah kolonial terpaksa bertindak cepat karena di wilayah tersebut sudah mulai tumbuh bangunan-bangunan liar. Dengan membeli tanah yang luas, pemerintah dapat mencegah spekulasi tanah dan mengadakan perencanaan yang baik,” tulis Suzi Marsitawati dalam Kajian Perubahan Lanskap Kota Taman: Studi Kasus Permukiman Menteng Jakarta Pusat.

Perencanaan daerah Menteng

Perencanaan daerah Menteng sudah dimulai oleh usulan teknis dari arsitek P.A.J Moojen di tahun 1910. Arsitek ini mendapat tugas untuk mengembangkan kawasan Gondangdia dan sekitarnya.

Perencanaan Moojen berupaya untuk menciptakan konsep idaman, garden city yang didominasi oleh pemukiman. Dari tipe ini diharapkan dapat terciptanya ruang terbuka hijau pribadi yang dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan kota.

Di daerah Menteng ini kemudian dibangun pemukiman yang diharapkan mempunyai standar sanitasi dan estetik Eropa saat itu. Ciri dari pembangunan Mooijen ini adalah pembangunan Menteng kepada kota taman.

“Konsep ini secara umum memperlihatkan sebuah permukiman dengan suasana teduh taman, jalan-jalan yang besar, kanal-kanal dan trotoar yang lebar,” katanya.

Geliat Taman Ismail Marzuki Kembali Bergairah Ditengah Isu Komersialisasi

Tetapi perencanaan Mooijen dianggap kurang praktis, karena itu dirinya digantikan oleh Ir F J Kubatz pada tahun 1922. Perbaikan yang dilakukannya adalah menggantikan beberapa jalan yang dianggap tidak praktis bagi lalu lintas.

Perluasan permukiman Menteng pun dilakukan oleh Kubatz. Perluasan ini tetap mempertahankan kesan mewan yang memang diinisiasi dalam pembangunan sejak awal. Tetapi desain hunian dibentuk menjadi dua tingkat.

“Hal ini karena meningkatnya harga rumah di daerah Menteng,” catat O Zoraya dalam Pola Pembangunan Wilayah Menteng dan Nieuw Menteng Awal Abad XX.

Terhenti pada zaman Jepang

Pada tahun 1933, pembangunan Menteng sudah mengalami puncaknya. Terutama sejak Kubatz ikut mendesainnya pada tahun 1922. Hal ini terlihat dari bentuknya yang sudah meluas dan menyerupai peta Menteng di masa sekarang.

Tetapi pada tahun 1938, dapat diketahui bahwa kinerja pembangunan Menteng oleh Kubatz sudah mulai menurun. Pada tahun ini, dirinya hanya menambahkan beberapa rumah pada blok-blok yang masih kosong.

Hal ini kemungkinan karena pertumbuhan penduduk sudah tidak signifikan daripada periode sebelumnya. Jarak kuanta yang berarti adalah perluasan ke arah barat dengan jarak mencapai 2 km dari timur, sedangkan daerah selatan terbentuk batas kali banjir kanal.

Jakarta Street Experience, Fasilitas Wisata Urban dengan Teknologi Canggih

Dalam sejarah bisa diperkirakan kemungkinan pada titik inilah Menteng mulai tidak berkembang dan akhirnya terhenti sementara pada tahun 1942 pada pendudukan Pemerintah Jepang.

“Menjelang kepergian Belanda dari Indonesia, pembangunan daerah Menteng tidak lagi berkembang dan bahkan berhenti sementara pada pendudukan Jepang tahun 1942,” tutup Zoraya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini