Green School Bali, Sekolah Internasional yang Ramah Lingkungan

Green School Bali, Sekolah Internasional yang Ramah Lingkungan
info gambar utama

Tak ada habisnya membicarakan salah satu provinsi Indonesia yang menjadi favorit mancanegara, yaitu Bali. Budaya, adat-istiadat, hingga wisata yang masih kental dan unik membuat Bali memiliki daya Tarik tersendiri. Begitu pula hadirnya Green School Bali.

Green School Bali merupakan sebuah sekolah private bertaraf internasional, disediakan untuk jenjang TK hingga SMA. Berdiri sejak tahun 2008 oleh pasangan suami-istri, John Hardy dan Cynthia Hardy.

Sekolah internasional ini memang didominasi guru dan murid yang bukan berasal dari Indonesia, bahkan murid Indonesia tergolong hanya 10 persen saja. Mengusung konsep sekolah yang ramah lingkungan, Green School Bali sukses merealisasikannya. Dari kurikulum hingga sistem belajar benar-benar menerapkan konsep “hijau”

Melalui tujuan sekolah yang mana untuk memelihara, menjaga, dan membangun lingkungan hijau. GoodMates siap-siap menganga karena melihat luasnya bangunan sekolah ini ditambah suasana yang membuat kamu betah berada di sana.

Ketika GoodMates menginjakan kaki ke dalam akan terasa seperti berada dalam pedalaman hutan yang asri, bersih, dan unik. Seluruh bangunan Green School Bali, meliputi dinding, pagar, meja, dan sebagainya menggunakan material bambu. Tak heran jika disebut pula sebagai bamboo campus.

Sedangkan atapnya sendiri terbuat dari alang-alang. Vibes yang terasa begitu sejuk dan alami, jangan salah teknologi yang digunakan pun sudah modern. John dan istrinya memilih bahan bambu karena Bali memproduksi banyak bambu dan bambu dapat tumbuh secara cepat.

Selain dapat tumbuh cepat dan perawatan bambu sangat mudah dan pastinya ramah lingkungan karena tak ada satu pun material semen maupun batubata. Selain itu, Green School Bali juga memberikan pembelajaran seputar bercocok tanam, membajak sapi, mendaur ulang sampah, membangun rumah lebah hingga memelihara ayam.

Foto: instagram @greenschoolbali
info gambar

Bangunan Green School Bali paling menarik ada pada jembatan yang berbentuk atap rumah gadang dengan aliran sungai Ayung, sungai terpanjang di Bali.

Sepanjang jalan Green School Bali pun bukan material keramik atau semen. Namun, dominan tanah dan berbatu. Lebih baiknya lagi, siapapun dilarang membawa apapun yang berbahan plastik. Wadah untuk makan guru dan murid disini pun memakai piring rotan dan daun pisang.

Program yang tak kalah menarik ada pada toilet kompos. Baik guru dan murid bersama-sama mengolah lebih dari satu ton sampah yang mana diubah sebagai makanan sisa untuk hewan ternak sekolah, seperti Babi.

Tak kalah membanggakan, pada September lalu Green School Bali dinobatkan sebagai top 3 penghargaan Sekolah Terbaik Dunia untuk Aksi Lingkungan. Tentu layak sekali penghargaan ini didapatkan oleh bamboo campus karena kegiatan dan programnya yang menyertakan isu lingkungan.

Salah satu tempat bersantai di Green School Bali | Foto: greenschool.org
info gambar

Isu lingkungan menjadi isu yang perlu masyarakat Indonesia kian tahu dan sadar. Tanpa bantuan kamu, tidak akan pernah tercipta suatu lingkungan yang aman dan ramah. Green School Bali dibangun dengan sentuhan alam disekitarnya.

Daripada merusak alam, ide cemerlang John dan Cynthia melahirkan sebuah sekolah yang aman. Tidak hanya aman untuk manusia, tetapi juga lingkungan. Kesadaran akan pentingnya lingkungan perlu dimulai sejak belia karena dunia perlu orang-orang yang sadar untuk menjaga lingkungan..

Sebagai informasi pula, tidak hanya untuk anak-anak yang terdaftar resmi sebagai murid Green School Bali saja yang dapat menjelajah Green School Bali. Wisatawan sangat diperbolehkan juga untuk masuk ke dalam sekolah.

Menarik sekali, bukan, konsep lingkungan yang diusung Green School Bali. GoodMates, tertarik untuk berwisata ke sini? Atau malah mau menjadi salah satu muridnya?

Referensi: @greenschoolbali | greenschool.org | seword

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini