Pante Tuak yang Membentuk Karakter Hangat Masyarakat Kolang

Pante Tuak yang Membentuk Karakter Hangat Masyarakat Kolang
info gambar utama

Komunitas Kolang yang merupakan salah satu klan besar di Manggarai, ujung barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) punya kebiasaan minum pante tuak. Banyak yang mempercayai budaya hangat masyarakat Kolang karena minuman tersebut.

“Tradisi itu mengharuskan penyadap bersikap lembut dan romantis ketika harus merayu pangkal mayang agar mengalirkan nira berlimpah,” tulis Frans Sarong dalam Tanah Air: Pante Tuak yang Mengubah Perangai.

Dijelaskan oleh Frans, berbeda dari kegiatan serupa di daerah lain di Manggarai, di lingkungan orang Kolang cairan nira sejak awal merupakan bahan utama pembuatan gola kolang (gula merah).

Minuman Hangat Tradisional Indonesia, Pas Dinikmati Saat Musim Hujan

Namun karena pembuatannya tergolong rumit dan membutuhkan kayu bakar dalam jumlah banyak, tetapi harga jualnya tidak menunjang belakangan sebagian nira lalu disuling menjadi tuak atau sopi berkadar alkohol tinggi.

Lepas dari hasil akhir, tradisi pante tuak memang menuntut perlakukan khusus. Di lingkungan orang Kolang, penduduk setempat memiliki keyakinan kuat bahwa kegiatan pante tuak hanya akan berhasil bila pangkal mayang diperlakukan khusus.

“Kegiatan pante tuak hanya akan berhasil jika pangkal mayang dirayu dan dielus dengan penuh kasih sayang dan lembut. Rayuan dimaksud terutama saat awal penyadapan, yang lazim disebut tewa atau dende,” ucap tetua asal Wetik, Pius Midun.

Kelembutan orang Kolang

Petrus Jeharu, penyadap asal Kampung Wetik tengah melaksanakan tewa. Dia hanya membawa serta potongan kayu khusus dari jenis kayu ara. Sesaat kemudian terdengar bunyi sentuhan halus ke pangkal mayang disertai suaranya berdendang.

“(Kegiatan) tewa harus terus menerus setiap pagi-sore selama lebih kurang dua minggu,” kata ayah dua anak tersebut.

10 Minuman Hangat Tradisional Khas Indonesia Yang Cocok Diminum Saat Musim Hujan

Mikael Depak, tetua lainnya juga tak bisa memastikan perangai orang Kolang yang cenderung hangat dan lemah lembut. Diduga hal tersebut dipengaruhi tradisi pante tuak yang sarat dengan situasi romantis tadi.

Misalnya dicatat oleh Frans, penyambutan tamu selalu didahului kapok manuk dan tuak (pemberian ayam dan tuak), simbol sang tamu diterima secara adat. Contoh lainnya sebelum memotong pembicaraan harus mengucapkan neka rabo, eta ulu keta tambo dite.

“Ungkapan itu semacam interupsi santun seraya mengakui pendapat atau pikiran rekan bicaranya,” ucap Mikael.

Paham kapan panen

Gula merah atau gola kolang berbentuk potongan balok mini berukuran 20 sentimeter. Potongan gula itu selalu dalam kemasan daun aren sehingga aromanya awet terjaga rasanya.

Lelaki dewasa Kolang rata-rata juga paham kapan mayang aren siap disadap. Tanda-tanda awalnya adalah aroma khusus ketika mayang Aren hendak mekar. Mikael menuturkan mayang pilihan para penyadap kolang umumnya selalu berhasil mengalirkan nira.

Menengok Taman Paling Ujung Timur Indonesia

“Hal tersebut dimungkinkan karena mereka mahir merayu dan dapat memastikan mayang potensial atau mayang mandul,” paparnya.

Masyarakat Manggarai beranggapan gola kolang sebagai produk khas Manggarai. Penyebutannya berubah bergantung pada sebarannya. Di Manggarai, barang tersebut lebih terkenal dengan gola kolang.

Diketahui, selain bermanfaat bagi manusia, aren sebenarnya juga menjadi incaran musang yang diincarnya adalah buah aren yang matang. Itu sebabnya tidak jarang para penyadap aren memergoki musang sedang pulas tidur di sekitar mayang dengan buah matang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini