Misteri Situs Mbah Gempur: Dijaga Dua Burung Puyuh hingga Dikunjungi Peziarah

Misteri Situs Mbah Gempur: Dijaga Dua Burung Puyuh hingga Dikunjungi Peziarah
info gambar utama

Situs Mbah Gempur yang terletak di Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten. Situs ini dinilai masih banyak menyimpan misteri sejarah maupun mistis yang belum terpecahkan hingga sekarang.

Sejak lama kawasan cagar budaya yang terdapat peninggalan batu struktur candi itu dikenal dengan nama Mbah Gempur. Masyarakat mengakui tak tahu persis sejarah situs diberi nama Mbah Gempur.

Namun bukan tanpa alasan situs tersebut dikatakan angker oleh masyarakat sekitar. Semak belukar yang tumbuh subur membuat kesan gelap dan terisolasi. Padahal rumah terdekat dari lokasi hanya berjarak kurang dari seratus meter saja.

Ironi Pencurian Bata Merah Candi di Situs Mbah Gempur Klaten

Tetapi kesan angker semakin menjadi-jadi karena pada hari-hari tertentu kerap ada orang yang mendatangi lokasi untuk menggelar meditasi atau tirakat. Untuk sebagian warga, hal itu semakin menambah kesan sakral pada situs tersebut.

Sudirin alias Dirin, warga yang tinggal tak jauh dari lokasi menceritakan hal serupa. Disebutkannya masyarakat sekitar jarang yang tahu bila tempat tersebut merupakan sebuah situs cagar budaya, karena lebih percaya bila tempat itu angker.

“Selain itu (dua pohon beringin) di tempat ini juga kerap dijadikan tempat penampungan para penunggu di tempat lain karena akan dipindah atau digusur, sehingga penunggunya harus dipindah terlebih dahulu,” kata Dirin yang diwartakan Tribun Solo.

Burung penjaga

Dipercaya oleh masyarakat dari cerita turun temurun, di kawasan itu pada zaman dahulu ada burung perkutut serta gemak atau puyuh yang menjaga situs. Sehingga ada larangan untuk memburu unggas yang ada di kawasan itu.

Dirin menyebut ukuran hewan tersebut sebesar burung terkukur, memiliki kaki ada gelang berwarna emas. Dipercaya bahwa hewan tersebut adalah peliharaan penunggu situs tersebut pada masa lampau.

“Waktu itu sempat nampak terus saya usir dan langsung menghilang. Saya berpikir itu makhluk halus yang mungkin peliharaan penunggu di sini,” tambahnya.

Geger Penemuan Benda Cagar Budaya Ketika Proyek Pembangunan Jalan Tol

Kadus I Desa Jonggrangan, Heri Setiyanto menyatakan hewan tersebut tidak boleh ditembak. Karena dipercaya akan membawa malapetaka bagi orang yang menembak. Dipercaya juga burung tersebut akan berubah menjadi kotoran manusia bila dimakan.

“Pernah ada yang mengalaminya ketika mencari buah dari pohon bendo, kemudian tahu ada gemak terus diterkam dan berubah menjadi itu. Kalau sekarang situasi dan kondisi sudah lain tentunya berbeda,” paparnya yang dimuat Solopos.

Didatangi peziarah

Hingga kini warga secara berkala membersihkan kawasan Mbah Gempur, walau tidak banyak yang berkegiatan di sana. Kawasan Situs Mbah Gempur juga terhitung terisolir lantaran tak berdekatan dengan jalan permukiman.

Tetapi pada hari-hari tertentu kerap ada orang yang mendatangi lokasi menggelar tirakat. Heri menjelaskan pada zaman dulu kerap ditemukan hidangan seperti nasi, telur, serta ayam yang diperkirakan sebagai sesaji, terutama selepas malam Jumat.

“Sekarang masih ada tetapi orang-orang tertentu,” katanya.

Saluran Air Kuno Zaman Belanda Ditemukan dalam Proyek MRT Glodok-Kota

Tetapi penduduk sekitar disebut telah lama meninggalkan kebiasaan tersebut. Namun masih ada juga orang dari luar Kabupaten Klaten yang datang ke tempat tersebut untuk melakukan ritual bahkan dari luar negeri.

Dirin menceritakan tempat tersebut pernah didatangi oleh warga India. Orang tersebut hanya datang seorang diri, dia duduk lama di lantai batu yang ada di antara dua pohon beringin. Sementara saat ini warga lebih banyak melakukan kenduri,

“Di sini kalau bulan ruwah banyak yang masih melakukan kendur. Seperti kemarin itu juga banyak yang ke sini untuk kendurian, menurut saya itu bukan musyrik tapi untuk melestarikan budaya warisan nenek moyang karena warga sini tidak ada yang sampai membakar kemenyan,” ungkapnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini