Hebat! Diaspora Indonesia ini Masuk Daftar 50 Pemimpin Perempuan di Amerika

Hebat! Diaspora Indonesia ini Masuk Daftar 50 Pemimpin Perempuan di Amerika
info gambar utama

Sebuah organisasi nasional Amerika, Women We Admire memilih seorang perempuan diaspora Indonesia sebagai salah seorang dari 50 pemimpin perempuan (50 Women Leaders) untuk negara bagian Maryland.

Dialah Shinta Herwantoro Hernandez, perempuan yang kini berusia 43 tahun berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut.

Organisasi itu memilih perempuan dalam berbagai bidang pekerjaan seperti teknologi, pendidikan, ekonomi, hukum, dll dengan persyaratan khusus.

Seperti apa latar belakangnya?. Inilah kisahnya.

Latar Belakang Shinta Herwantoro Hernandez Sebagai Diaspora Indonesia

Sedari usia 1 tahun, ia telah dibawa oleh orangtuanya, Bambang Hengky Herwantoro dan Juliati Sri Redjeki ke Amerika. Saat itu Ayahnya berkesempatan melanjutkan pendidikan tingginya di bidang nuklir di University of Maryland.

Kendati sejak kecil hidup di Amerika, Shinta masih fasih berbicara bahasa Indonesia.

Dia menghabiskan masa sekolah menengah atasnya di sekolah khusus perempuan, The Academy of the Holy Cross di Kensington, Maryland.

Kemudian ia melanjutkan pendidikan tingginya di Georgetown University. Ia berhasil mendapat gelar Master di jurusan Public Policy dari kampus yang sama.

Tak berhenti di situ, ia juga berhasil menyelesaikan program PhD nya di bidang Sosiologi University of Maryland. Pasca selesai, ia akhirnya mendapat tawaran kerja di Montgomery College, sebuah kampus yang berdiri sejak tahun 1946.

Melansir laman VOA, bahwa bagi Shinta, dunia pendidikan sangat penting untuk generasi penerus. Itulah sebabnya, ia terjun ke dunia pendidikan.

“Soalnya saya mau membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, jadi saya ingin generasi baru lebih pintar daripada generasi saya. Itulah sebabnya saya masuk ke pendidikan, supaya setiap orang mempunyai pendidikan yang lebih baik,” ujarnya.

Karir Mentereng Prof Shinta Hernandez di Amerika

Kabarnya Shinta tidak mengetahui sama sekali bahwa dirinya dicalonkan oleh pihak perguruan tinggi tempat ia mengajar. Lebih menariknya lagi, ia kampus tersebut telah memberinya dua kali promosi.

“Sudah 15 tahun saya mengajar di sana, pertama sebagai profesor sosiologi, lalu mendapat promosi menjadi Kapala Departemen dan sekarang mendapat promosi lagi ke dean virtual campus seperti kuliah daring. Posisi ini yang pertama di Montgomery College, jadi panggilan saya ‘sounding dean’ atau dekan pelopor,” ujarnya.

“Perempuan yang mendapat penghargaan ini, harus yang bisa berinovasi, kepemimpinannya harus bisa transformasional, bisnisnya selalu nomor satu, tidak takut untuk membuat keputusan yang terbagus untuk kebaikan bersama,” tambahnya.

Salah satu feminis Indonesia yang kini bermukim di AS, Prof Gadis Arivia mengenal Shinta Hernandez sebagai seniornya yang bersama-sama mengajar di Montgomery College.

Gadis yang juga pendiri Jurnal Perempuan sejak 1996 itu mengatakan bahwa Shinta mampu menyodorkan program-program yang luar biasa, seperti OER atau open education.

Itu semua dilakukan saat menjabat menjadi ketua departemen di tiga bidangnya, sosiologi, antropologi dan criminal justice.

“OER ini membuat pendidikan bisa diakses secara luas, dan bekerjasama dengan PBB. Nah itu semua hasil kerja Shinta, bahkan sekarang berkerja sama dengan luar negeri dan menjajagi juga dengan universitas di Indonesia,” jelas Gadis yang telah mengajar di sana selama 4 tahun.

Rahasia Kesuksesan Prof Shinta Hernandez

Kini tidak jarang kita melihat perempuan menjadi pemimpin pada suatu organisasi. Terkadang orang melihat bahwa perempuan yang berkarir harus mengorbankan keluarganya.

Namun tidak demikian bagi Shinta.

“Kunci sukses itu selalu keluarga saya. Mama, papa, suami dan dua anak saya sangat mendukung. Waktu saya akan masuk ke program doktor mengatakan, kalau memang mau melanjutkan program doktor, suami saya mengatakan kalau mau berhenti bekerja agar bisa kuliah penuh waktu, saya dukung,” tukasnya.

Maka Shinta menekuni program S3-nya dan hanya suami yang bekerja sampai ia menyelesaikan program doktornya.

Bagi seorang Shinta, menjadi seorang ibu yang berkarir tentunya memiliki tantangan yang luar biasa, terutama dalam hal membagi waktu antara karir pekerjaan serta tugas seorang ibu di dalam rumah tangga..

Semua itu telah dilalui oleh Sinta Hernandez yang kini terus melanjutkan mimpinya untuk memberi pendidikan bagi generasi berikutnya

Referensi: VOA Indonesia

Baca juga kisah sukses Profesor diaspora indonesia yang mengajar di kampus top dunia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini