Ti'i Langga : Topi Khas Pulau Rote yang Terinspirasi dari Bentuk Hewan Laut

Ti'i Langga : Topi Khas Pulau Rote yang Terinspirasi dari Bentuk Hewan Laut
info gambar utama

Topi Ti'i Langga adalah topi tradisional khas Pulau Rote, yakni sebuah pulau terluar di sebelah selatan Indonesia.

Jika kalian bertandang ke Lombok atau ke Kupang, NTT, sangat mudah menjumpai topi ini sebab ia telah menjadi souvenir yang dapat dijadikan oleh-oleh.

Topi yang mirip topi Cowboy dalam film-film Amerika atau Topi Khas Sombrero kebanggan orang Meksiko ini ternyata memiliki keunikannya tersendiri.

Seperti apa fakta menarik lainnya dari topi Ti’i Langga ini ?. Simak uraian singkat berikut ini.

Sejarah Ti’i Langga: Nelayan Pulau Rote Terinsipirasi dari Kura-Kura dan Ikan Pari

Ti’i berarti Pelindung, dan Langga berarti kepala. Ia adalah topit radisional orang Rote yang terbuat dari anyaman daun lontar.

Secara etimologis, istilah Ti’i Langga berasal dari bahasa Rote (dialek Termanu) yang berarti ‘topi’. Istilah ini kemudian di gunakan untuk menyebut jenis topi yang dianyam dari daun lontar (Borassusflabillifer).

Menurut penuturan orang Rote, ti’ilangga pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan bernama Fifino Dulu dari daerah timur pulau.

Pada suatu hari, Fifiono Dulu dan anaknya Tua Fifino pergi mengail di Lua Ende do Fua Nafu (salah satu nama tempat di nusak Lole). Kemudian mereka menangkap seekor kura-kura dan seekor pari.

Dalam perjalanan pulang, keduanya berhenti sejenak untuk berteduh di bawah naungan pohon lontar. Tak lama berselang, Fifino Dulu berinisiatif mengambil daun lontar yang masih utuh dan sempurna untuk melindungi kepala dari terik matahari.

Namun karena dilihatnya kurang baik, maka Tua Fifino mengeluarkan kura-kura dan pari hasil tangkapan mereka dan memberikannya kepada Fifino Dulu untuk membuat pelindung kepala seperti kulit kura-kura dan sayap pari.

Setelah jadi, kemudian meraka menggunakan topi tersebut dan menaruhnya di kepala sebagai pelindung (ti’i) kepala (langga).

Proses Pembuatan Ti’i Langga Sangat Rumit

Melansir laman kemendikbud bahwa Ti’ilangga setidaknya dibuat dalam 8 proses yang sangat rumit. Adapun bahan yang digunakan yakni daun lontar yang masih muda.

Tahapan pembuatannya sebagai berikut;

  • daun lontar yang masih muda dipotong dari atas pohon dan dijemur sampai kering;
  • daun tersebut kemudian dibelah dalam ukuran yang sama menggunakan kakadak (mal yang terbuat dari lidi lontar);
  • setelah itu, dilakukan proses anyaman dimulai dari bagian badan ti’ilangga;
  • anyaman dilanjutkan dengan pembuatan pet depan ti’I langga;
  • selanjutnya dilakukan pelipatan untuk membentuk lekukan pada bagian dalam ti’ilangga;
  • setelah itu, pada setiap sudut badan ti’ilangga disisipkan daun-daun untuk membentuk pinggiran ti’ilangga;
  • daun-daun ti’ilangga yang dibentuk kemudian disusun dengan dilingkari lidi lontar sebanyak tiga lingkaran;
  • tahap terakhir adalah pembuatan jambul ti’ilangga yang terdiri dari Sembilan tingkat dan pada setiap tingkat terdapat dua lekukan dan diperkuat oleh sebuah lidi yang diikat pada jambul dan dibentang ke belakang secara lurus hingga bagian belakang badan ti’ilangga.

Fungsi dan Makna Filosofis dari Sebuah Topi Ti’i Langga

Ti’i Langga telah menjadi ikon masyarakat pulau Rote. Tidak hanya sekadar simbol kebudayaan, topi tersebut juga mengandung tafsiran-tafsiran filosofis.

Melansir laman kemdikbud bahwa Ti’ilangga memiliki filosofi hidup bagi masyarakat Rote Ndao yang diungkapkan dalam setiap bagiannya.

Setiap ti’ilangga dibuat dengan sedemikian rupa untuk melambangkan ciri khas seorang Rote yang berjiwa pemimpin.

Secara umum Ti’ilangga memiliki makna keperkasaan dan kehormatan bagi seorang laki-laki Pulau Rote. Setiap orang yang mengenakan Ti’ilangga dapat menonjolkan ciri kepemimpinan yang dapat menyatukan, menghormati, menjaga rahasia, dan melindungi masyarakat Rote.

Menariknya, setiap bagian - bagian yang lebih rinci dari topi tersebut juga mengandung makna bagi orang Rote.

  • Ti’ilangga identik dengan jambul setinggi tinggi 40 sampai 60 cm. Jambul tersebut terdiri atas 9 tingkat dan setiap tingkat terdapat 2 lekukan.

  • Jumlah setiap lekukan jambul adalah 18 lekukan yang melambangkan jumlah kerajaan di pulau Rote. Ke-18 lekukan pada jambul dibelah oleh satu garis lurus yang melambangkan keseimbangan.

  • Pada bagian atas badan Ti’ilangga, terdapat sebuah garis lurus yang berfungsi memperkuat jambul yang diikat hingga bagian belakang. Garis lurus ini melambangkan pemerataan.

  • Pada setiap pinggir Ti’ilangga terdapat banyak ujung daun yang tersusun dengan rapi dan disatukan oleh tiga lingkaran. Ujung-ujung daun tersebut menggambarkan struktur pemerintahan yang kuat.

  • Bagian dalam Ti’ilangga terdapat lipatan pada pagian kiri dan kanan yang berfungsi sebagai tempat persembunyian benda-benda berharga seperti uang, emas, tembakau, dan lain-lainnya.

  • Selain itu, bagian pet Ti’ilangga bermakna sebagai penghormatan kepada setiap orang yang ditemui, dan tali pengikatnya yang berfungsi mempererat ti’ilangga ketika dipasangkan di atas kepala melambangkan kekuatan dan keberanian.

Referensi:

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1728
https://rotendaokab.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini