Proses Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan untuk Menguak Peradaban Besar Majapahit

Proses Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan untuk Menguak Peradaban Besar Majapahit
info gambar utama

Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) terus melakukan ekskavasi di Situs Bhre Kahuripan atau Watu Ombo di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Ekskavasi situs Bhre Kahuripan diduga sebagai tempat pemujaan atau pendarmaan raja perempuan pertama Majapahit, Tribhuwana Tunggadewi. Proses ini bertujuan menampakkan struktur cagar budaya yang masih terpendam.

Ekskavasi tahap pertama situs purbakala yang selama ini terkubur di bawah petilasan Tribhuwana Tunggadewi digelar pada 19 Agustus 2019 untuk menyingkap struktur purbakala yang masih terpendam.

Selama 12 hari penggalian, pihak BPCB menemukan banyak struktur di sebelah utara dan barat yono. Struktur pertama berupa pagar dari bata merah kuno. Disebutkan bangunan ini merupakan pagar luar dari situs Tribhuwana Tunggadewi.

Menguak Situs Watu Ombo: Petilasan Tribhuwana Tunggadewi di Mojokerto

Struktur kedua berbentuk batur dan lantai sepanjang 13,6 meter. Bangunan dari susunan batu andesit berukuran besar ini terletak di antara pagar dan yoni. Sementara struktur yang ditemukan di sebelah barat yono berbentuk berundak seperti tangga.

Bagian atas tersusun dari bata kuno, sedangkan bawahnya tersusun dari 7 lapis batu andesit. Selain struktur bangunan, ekskavasi juga menemukan fragmen dari tanah liat dan batu andesit.

Fragmen berupa pecahan genteng dan batu berukir menunjukkan kesamaan periode dengan situs Sumur Upas dan Situs Grogol di Trowulan. Diperkirakan Situs Bhre Kahuripan berupa tempat pemujaan ini tidak mempunyai candi-candi pendukung.

“Kalau dilihat ternyata adalah masanya Tribhuwana Tunggadewi, kurang lebih. Dewi ini merupakan generasi ke 3 dari Majapahit, itu kalau kita melihat periodisasi. Strukturnya bermacam-macam, yang pertama yang kita temukan ada struktur berdimensi 14 x 14 meter itu hasil ekskavasi tahun 2020,” ungkap Pahadi, Ketua tim ekskavasi Situs Bhre Kahuripan kala itu yang dimuat Ngopibareng.

Bangunan berbentuk tebal

Selain itu pada tahun 2020 juga mengungkap adanya pola struktur membentuk tangga masuk ke candi di sisi barat, dari hasil tersebut interpretasi awal terhadap struktur adalah menunjukkan candi di Situs Bhre Kahuripan menghadap ke barat.

“Yang menarik adalah batu relief, atau yang bisa kita namakan sebagai Astadikpalaka, batu itu ada di setiap sudut struktur dan tengah,” tegasnya.

Menurut Pahadi dari beberapa hasil kajian berkaitan dengan bangunan suci masa klasik, jika memang terdapat batu relief atau Astadikpalaka diyakini bangunan tersebut merupakan bangunan suci untuk proses pemujaan.

“Hanya saja pemujaan untuk siapa? Ini yang masih kita cari data-datanya. Kalau ditarik periodisasi memang jatuhnya ke Tribhuwana Tunggadewi,” tandasnya.

Misteri Situs Mbah Gempur: Dijaga Dua Burung Puyuh hingga Dikunjungi Peziarah

Sedangkan ekskavasi tahap keempat ini digelar selama 24 hari yang dimulai sejak tanggal 27 September 2021-20 Oktober 2011. Penggalian ini tidak hanya bertujuan menggali potensi struktur saja, tetapi pengembangan dan pemanfaatan untuk masyarakat.

Situs Bhre Kahuripan yang memiliki luas 28 x 28 meter itu bakal dibangun sebuah cukup atau bangunan persegi yang mempunyai atap dengan konsep masa klasik. Pihaknya akan menyiapkan titik-titik galian untuk persiapan tiang cungkup besar.

“Jadi di area itu nanti akan kita berikan atap pelindung. Cungkupnya dengan konsep yang sepadan dengan masa klasik,” paparnya.

Sebanyak 7 tiap pancang bakal mengelilingi Situs Bhre Kahuripan. Posisi tiang pancang itu dipastikan berada di area yang steril dari tinggalan arkeologi. Pada tahun 2021 itu juga tim BPCB Jatim mencari potensi struktur cagar budaya yang masih terpendam.

Proses menggali lahan

Ekskavasi tahap kelima berlangsung pada 24 Oktober 2022 yang akan menggali lahan seluas 1.500 meter persegi. Penggalian arkeologi kali ini untuk mengungkap tata ruang sekaligus menemukan komponen candi.

Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan Muhammad Ichwan mengatakan ekskavasi tahap kelima digelar 30 hari terhitung mulai tanggal 24 Oktober. Hingga kini telah ada empat titik ekskavasi.

“Tujuan ekskavasi mencari data untuk mengungkap struktur dan komponennya di Situs Bhre Kahuripan. Ekskavasi 30 hari dengan luasan sekitar 1.500 meter persegi,” kata Ichwan yang dipaparkan Detik.

Ekskavasi tahap kelima ini menunjukkan bahwa Situs Bhre Kahuripan ini sangat luas. Berdasarkan konsep tata ruang candi zaman Majapahit, kata Ichwan terdapat 3 halaman yang terdapat di sana.

Ironi Pencurian Bata Merah Candi di Situs Mbah Gempur Klaten

Yaitu halaman jaba sebagai area profan, halaman jaba tengah sebagai area semi sakral yang menjadi tempat persiapan kegiatan keagamaan, serta halaman jero atau inti tempat bangunan suci atau candi untuk aktivitas pemujaan.

“Candi ini dibangun pada masa Hayam Wuruk untuk mendarmakan ibunya. Tribhuwana Tunggadewi,” tandasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini