Lopi Sandeq, Perahu Layar Tercepat di Dunia Peninggalan Suku Mandar

Lopi Sandeq, Perahu Layar Tercepat di Dunia Peninggalan Suku Mandar
info gambar utama

Sejak ribuan tahun sebelum masehi, bangsa Indonesia telah berlayar mengarungi lautan. Pada zaman itu, para pelaut tanah air menjelajahi samudra hanya dengan perahu layar. Memang sederhana, tapi transportasi inilah yang membantu pergerakan ekonomi penduduk karena perdagangan kala itu berpusat di wilayah perairan.

Nah, omong-omong soal menaklukkan laut, Mandar ahlinya. Suku yang penduduknya kini banyak menetap di pesisir Sulawesi Barat itu terkenal dengan lopi sandeq, perahu layar tanpa mesin tercepat di dunia. Memanfaatkan hembusan angin, kecepatan maksimalnya bahkan bisa menyentuh 20 knot atau 40 km/jam dengan ketahanan mencapai 30 tahun.

Ribuan tahun lamanya mayoritas masyarakat suku Mandar bekerja sebagai nelayan. Maka, untuk menunjang pencaharian sehari-hari, mereka pun menciptakan berbagai transportasi laut, salah satunya perahu bercadik dengan layar.

Mulanya mereka membuat olang mesa dengan layar segi empat atau sobal taja. Lalu, pakur yang juga memakai sobal taja, tapi ukurannya lebih besar daripada olang mesa. Namun, dua kapal tersebut geraknya sangat lambat. Oleh sebab itu, pada 1930 nelayan suku Mandar bahu membahu menciptakan perahu sandeq dengan layar segitiga. Ternyata, laju perahu yang satu ini sangat cepat, bahkan tercepat dari perahu layar yang pernah ada, dikutip dari Warisanbudaya.kemdikbud.go.id.

Walau tak bermesin, perahu warisan dari migrasi suku Austronesia ini telah membawa masyarakat suku Mandar melayari laut selama lebih dari 3.000 tahun. Ia bahkan tercatat sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dari 2014.

Mengenal Suku Mandar, Pelaut Hebat dari Sulawesi Barat

Catatan peneliti terdahulu tentang lopi sandeq

Sejumlah peneliti dari masa lampau telah menuliskan dalam catatan pengamatan mereka tentang kebesaran lopi sandeq.

Melansir Indonesia.go.id, seorang peneliti kemaritiman asal Jerman Horst Hibertus Liebner mengakui bahwa Mandar itu suku paling pemberani. Ia mengaku telah mengamati budaya kelautan Sulawesi sepanjang tiga dekade.

Dalam bukunya yang berjudul "Perahu-perahu Tradisional Nusantara", Horst menceritakan bagaimana pelaut Mandar yang hanya berbekal perahu sandeq, mampu menyusuri lautan selama berhari-hari hingga ratusan kilometer dari kampung mereka.

Kemudian, dalam buku Bugis Navigation (1999) karya seorang guru besar Ohio University bernama Gene Ammarell, digambarkan bahwa sandeq itu sejenis perahu kayu bercadik yang ramping. Panjang perahu ini biasanya mencapai 12 meter, lebar 1 meter, dengan kedalaman berkisar 1,2 meter.

Paccong atau kepalanya berbentuk runcing. Inilah yang menjadi awal mula perahu tersebut dinamakan sandeq, dalam bahasa Mandar berarti runcing atau tajam.

Lipa Saqbe, Kerajinan Tenun Berbahan Sutra Khas Suku Mandar

Filosofi lopi sandeq

Banyak filosofi dan makna simbolik dalam penciptaan lipo sandeq, bahkan pembuatnya secara turun temurun berpedoman kepada pakem lopi sandeq na malolo, artinya sandeq yang dibuat harus tampak indah dan bagus.

Mulai dari warna cat putih di sekujur tubuhnya, melambangkan kesucian.
Lalu, dasar lambung yang dibuat menggunakan kayu dari satu pohon buah utuh, seperti nangka, mangga, atau durian. Ini mengandung harapan agar perahu itu selalu membuahkan tangkapan ikan yang melimpah.

Berikutnya, layar segitiga yang melekat pada tiang berbahan bambu (pallayarang), lambang keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan. Sedangkan, pallayarang ialah simbol keyakinan suku Mandar terhadap ketuhanan yang maha esa.

Kendati hanya berlayar segitiga, sandeq sanggup melaju hingga kecepatan maksimal 20 knot atau 40 km per jam. Ada hukum fisika berlaku di sini seperti sifat viskositas karena layar (airfoil) segitiga sandeq memberikan kemampuan menahan gesekan atau tekanan geser. Menurut Hukum Bernoulli, bentuk layar sandeq dapat menghasilkan gaya angkat (lift) maksimal lewat efek aerodinamika ketika melewati suatu aliran udara. Semakin kencang embusan angin, semakin laju sandeq di permukaan air.

Selain itu, ada juga guling atau kemudi. Letaknya bersandar pada sanggilang tommoane dan sanggilang towaine atau sanggar kemudi laki dan perempuan. Ini menggambarkan konsep gender lokal yang berlaku dalam kehidupan suku Mandar, disebut siwaliparri: penghargaan serta pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Jenis-jenis lopi sandeq

Lopi Sandeq setidaknya punya lima tipe dengan kegunaan yang berbeda-beda. Pertama, sandeq paroppo, dipakai untuk menangkap ikan tuna di rumpon.

Tipe kedua namanya sandeq potanga, berfungsi untuk menangkap ikan terbang (Exocoetidae). Lalu, ada sandeq pangoli untuk menangkap ikan tongkol dan sandeq pappasar, mengangkut barang dagangan dari pasar ke pasar yang berada di tepi pantai.

Nah, tipe terakhir namanya sandeq pappasiluba, dibuat khusus untuk mengikuti kompetisi. Sandeq yang ini dirancang untuk mampu menerjang jarak hingga 400 kilometer.

Messawe Totammaq, Naik Kuda ala Mandar

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini