Pabrik Gula Pangka di Tegal, Usianya Sudah 190 Tahun

Pabrik Gula Pangka di Tegal, Usianya Sudah 190 Tahun
info gambar utama

Gula adalah salah satu komoditas yang cukup penting sejak dulu hingga sekarang. Bagaimana tidak? Olahan tanaman tebu inilah yang menjadi pendukung utama dalam sejarah kuliner Indonesia maupun urusan lidah. Campuran makanan ini menjadi sebuah instrumen utama pendukung kelezatan cita rasa makanan atau minuman masyarakat.

Menurut sejarahnya, tanaman tebu yang menjadi bahan dasar gula dibawa oleh orang-orang Belanda dan akhirnya menjadi tanaman yang cukup umum, khususnya di pulau Jawa. Buntut dari masuknya tebu ke Indonesia ini juga menjadi awal dari kemunculan pabrik-pabrik gula yang tumbuh pesat pada masa tersebut.

Bahkan, industri gula juga menjadi salah satu bisnis yang memberikan pencapaian keuntungan sangat besar. Tebu juga menjadi salah satu tanaman wajib saat masa kerja paksa.

Minat yang tinggi pada gula tersebut juga mendorong pabrik gula untuk melakukan produksi dan ekspansi usaha secara besar-besaran. Apalagi, saat itu pula pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-undang Suikerwet (UU Gula) yang menghapus kebijakan untuk melakukan ekspor ke luar negeri. Sehingga, banyak orang asing yang masuk ke Indonesia untuk mendirikan pabrik gula.

Beberapa di antara pablik gula yang cukup populer adalah Pabrik Gula (PG) Tjolomadoe, PG Tasik Madu, PG Cepiring, PG Djatiroto, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dari sekian banyaknya pabrik gula tersebut ada salah satu yang tergolong bersejarah dari segi usianya, yaitu Pabrik Gula Pangka yang sudah berdiri sejak tahun 1832.

5 Destinasi Wisata Ramah Anak di Tegal

Sejak abad ke-19

PG Pangka pada zaman dulu | commons.wikimedia.org (Ab Salm)
info gambar

PG Pangka inilah yang menjadi pabrik gula tertua di Indonesia. Melansir dari infotegal.com pabrik ini didirikan oleh Badan Usaha Belanda Nv. Kosy & Sucier pada lahan seluas 2,9 Ha.

Meskipun begitu, bangunan yang saat ini masih berdiri masih merupakan bentuk bangunan aslinya. Tak cuma pabriknya saja, bahkan benda-benda pendukung operasional pabrik gula pada zaman dulu juga masih disimpan dan masih terawat.

Secara administratif, pabrik gula ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Tepatnya di Jl. Raya Timur-Pangkah.

Sebagai salah satu wilayah di pantai utara Jawa, Tegal adalah sebuah wilayah yang sangat strategis. Sebab, daerah ini dilalui oleh jalan raya utama, dekat dengan pelabuhan, serta punya jalur kereta api. Infrastuktur ini pula yang bisa membantu perkembangan pabrik gula ini.

Tak cuma itu, alasan kewilayahan seperti tingkat kesuburan tanah dan adanya sumber air yang melimpah membuat sebuah alasan mengapa lokasi pabrik gula ini ada di Tegal.

Memang pabrik gula yang ada di sektar Tegal pada zaman itu cukup banyak. Beberapa di antara pabrik besar yang beroperasi adalah PG Balapulang, PG Pagongan, PG Kemantran, serta PG Adiwerna. Namun, hanya PG Pangka yang masa produktifnya masih terus bertahan.

Menelisik Kampung Warteg di Tegal

Pabrik Gula Pangka kini

Pabrik gula ini masih terus produktif sampai dengan tahun 2019 di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara IX. Lalu, karena suatu hal pabrik ini terpaksa harus vakum dulu operasionalnya. Meskipun sedang tidak beroperasi, namun upaya pemeliharaan situs bersejarah ini tetap dilakukan.

Mengutip dari Tribun Pantura, Sasongko selaku sekertaris serikat pekerja perkebunan (SPBun) PG Pangka, menyebutkan bila pabrik gula ini bisa rata-rata bisa menghasilkan sekitat 1.400-1.600 kuintal gula setiap harinya saat masih beroperasi.

Kawasan PG Pangka juga berkembang menjadi tempat wisata. Pengunjung bisa mempelajari sejarah pabrik gula ini serta pengolahan tebu menjadi gula pada musim giling. Selain itu, ada juga wisata menaiki kereta 'Loko Mini' antik untuk berkeliling wilayah pabrik. Kereta ini pula yang dulunya pernah beroperasi dalam membantu operasional pabrik sejak 1927.

Pabrik Colomadu, Warisan Industri Gula Mangkunegaran yang Terbesar di Asia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini