Kampung Cyber - Kampung Unik Ini Pernah Dikunjungi Raja Belanda dan Pendiri Facebook

Kampung Cyber - Kampung Unik Ini Pernah Dikunjungi Raja Belanda dan Pendiri Facebook
info gambar utama

Kampung Cyber merupakan kampung eduwisata yang terletak di Patehan, Kec. Kraton, Yogyakarta. Posisi kampung ini tepat di belakang Taman Sari Yogyakarta.

Yang membuat kampung ini unik dan terkenal lantaran seluruh warganya telah melek internet sejak tahun 2009, jauh sebelum pengguna internet di Indonesia membumbung tinggi.

Mulai dari anak SD hingga orang tua mahir mendayagunakan internet untuk berbagai kegiatan positif seperti membuat undangan rapat, pernikahan, hingga memasarkan bisnis UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).

Atas fenomena inilah sehingga mengundang decak kagum dari Pendiri Facebook untuk mampir ke kampung ini pada 2014 lalu.

Seperti apa sebenarnya kisah terbentuknya Kampoeng Cyber ini dan apakah ada keunikan lainnya?. Mari simak ulasan singkat berikut ini.

Sejarah Terbentuknya Kampoeng Cyber

Kampoeng Cyber digawangi oleh Antonius Sasongko pada tahun 2006. Inisiatif ini berangkat dari kepeduliannya untuk mendorong masyarakat sekitarnya agar melek teknologi dan internet.

Tentu upaya tersebut tidak semulus yang dibayangkan. Setidaknya butuh sekitar 2 tahun untuk meyakinkan seluruh warga di sana agar mau belajar memanfaatkan perangkat teknologi dan internet.

Singkat cerita, akhirnya hingga kini seluruh rumah telah tersambung Internet dan para warga dapat memanfaatkannya untuk keperluan bisnis maupun aktivitas kehidupan sehari-hari.

Salah satu fungsi utama dari kehadiran Internet ini yakni sebagai media dalam berdiskusi membahas kondisi kampung Cyber, menyebarkan informasi seperti undangan rapat, pernikahan maupun berita kelahiran, dan juga masalah jual beli produk UMKM.

Para Pekerja Seni Menyulap Kampoeng Cyber Menjadi Instagramable

Tidak hanya terhubung internet, lingkungan fisik Kampoeng Cyber juga disulap semenarik mungkin bagi wisatawan. Tembok jalanan dan rumah warga dihiasi dengan gambar-gambar mural sehingga sangat Instagramable

Untuk memperkuat identitas etnis Jawa dan pesan-pesan edukatif serta warna jati diri dari Kampung Cyber, maka semua gambar didesain khas Jawa, baik dari tulisan maupun simbolnya.

Jika kalian menelusuri jalan-jalan di kampung ini, dapat dipastikan hampir seluruh rumah warga di sini sangat sederhana. Antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya seperti tidak berjarak. Namun, lingkungannya tetap bersih dan tertata rapi.

UMKM Go Online Melalui Website Milik Kampung

Di Kampung Cyber terdapat 13 pemancar Wi-fi yang dipasang di beberapa titik sehingga dapat digunakan oleh warga sekitar maupun pengunjung.

Selain itu, setiap rumah telah memiliki sambungan internet masing-masing dengan biaya bulanan yang sangat terjangkau, yaitu Rp40.000 per rumah.

Dengan teknologi dan koneksi internet ini pula, masyarakat dapat mengembangkan bisnisnya melalui media sosial seperti Facebook ataupun melalui situs bisnis resmi beralamat kampoengberdaya.com.

Kunjungan Raja Belanda dan Pendiri Facebook ke Kampoeng Cyber

Pada tahun 2014, warga Kampoeng Cyber dikejutkan oleh kehadiran bule putih dan tinggi yang tiba-tiba hadir di tengah kampung ini.

Dialah Mark Zuckerberg, Pendiri Facebook, yang penasaran akan wujud Kampoeng Cyber seperti apa. Dan akhirnya ia memutuskan berkunjung ke kampung yang berpenduduk tak lebih dari 100 Kepala Keluarga.

Bahkan namanya telah diabadikan menjadi nama salah satu jalan di kampung ini dengan plang penanda bertuliskan "Zuckerberg”.

Sejak berita itu tersebar di media nasional, akhirnya mengundang banyak turis yang berkunjung ke Kampoeng Cyber ini, baik hanya untuk singgah atau sekadar berfoto.

Tak hanya kunjungan dari salah satu orang terkaya di dunia itu, Kampung Cyber ini juga pernah kedatangan Raja Belanda, Wilhem Alexander pada awal 2020 lalu. Ia bersama Ratu Maxima memesan batik pada salah satu pengrajin batik di kampung ini.

Kehadiran wisatawan maupun orang-orang penting telah membantu mendongkrak omset usaha para pemilik usaha kecil rumahan yang menjual oleh-oleh khas Yogyakarta seperti aksesoris, kerajinan tangan hingga kain batik.

Kendari Kampoeng Cyber ini mengusung modernitas berbasis teknologi informasi, tapi warga sekitar enggan meninggalkan budaya dan kearifan lokal yang telah terjaga sejak ratusan tahun.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Achmad Faizal lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Achmad Faizal.

Terima kasih telah membaca sampai di sini