Mengenal Filosofi Sad Kerthi, Pedoman Bali Jaga Kedamaian Alam Semesta

Mengenal Filosofi Sad Kerthi, Pedoman Bali Jaga Kedamaian Alam Semesta
info gambar utama

Dalam hidup, masyarakat Hindu Bali memegang teguh pentingnya menjaga keharmonisan semua makhluk dengan alam semesta.

Seperti yang diajarkan Weda Smrti VII. 14, setelah alam semesta beserta isinya diciptakan, Tuhan kemudian menurunkan Rta dan Dharma, norma untuk mengatur alam dan menuntun kehidupan umat manusia. Apabila norma itu dipatuhi, maka alam dapat saling menghidupi dan berguna bagi manusia.

Kemudian, ajaran tadi diturunkan ke Tri Parartha, yang mencakup Asih (pelestarian alam dan kebersihan lingkungan), Punia (hidup bersama manusia untuk saling mengabdi/melayani), dan Bhakti (wujud pelayanan manusia kepada Tuhan).

Lebih dalam sedikit, Asih, Punia, dan Bhakti diuraikan lagi dalam Lontar Purana Bali menjadi enam kemuliaan yang wajib dilakukan untuk membangun keseimbangan dan perdamaian antara alam dengan manusia. Itulah Sad Kerthi, pedoman hidup masyarakat Hindu Baliyang lestari hingga kini, bahkan Gubernur Bali Wayan Koster mengembangkannya menjadi Nangun Sat Kerti Loka Bali sebagai visi misi pembangunan Bali.

Nah, berikut uraian 6 kemuliaan yang terkandung dalam Sad Kerthi.

1. Samudra kerthi

Samudra kerthi berarti menjaga kelestarian samudra. Sebuah mantra dalam Yajurveda XXV mengatakan Tan maataa perhivi tat pita dyauh, langit sebagai ayah dan bumi sebagai ibu. Manusia diperintahkan untuk menjaga laut dari segala keburukan, misalnya pencemaran.

Prof. Dr. Emil Salim dalam tulisannya berjudul “Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan” memaparkan sepuluh tanda kerusakan bumi telah tampak, salah satunya pencemaran laut dari pembuangan kotoran kapal. Lalu, limbah industri yang dibuang ke laut dengan sembunyi.

Manusia pun begitu, dengan tanpa bersalah membuang sampah ke sungai, lalu hanyut ke laut. Jika hujan deras melanda, banjir pun tak terelakkan akibat sampah yang mengendap dimana-mana.

Inilah fungsi samudra kertih, mengingatkan manusia untuk menjaga kelestarian samudra sebagai sumber penghidupan makhluk ciptaan Tuhan.

Filosofi Penjor, Simbol Suci yang Akan Hiasi Kemeriahan Bali Saat Gelaran KTT G20

2. Wana kerthi, merawat kelestarian hutan

Dalam kitab Pancawati dijelaskan, ada tiga fungsi hutan. Pertama, Maha Wana, hutan lindung bagi keanekaragaman hayati sekaligus sebagai waduk alami yang menyimpan dan mengalirkan air sepanjang tahun. Air sangat suci bagi masyarakat Hindu karena ia membantu menghasilkan makanan. Jadi, jika hutan gundul atau tak terawat, krisis air bisa saja datang.

Bali punya aturan sendiri dalam merawat Maha Wana di sekitar pura kesucian. Hutan lindung dalam bahasa Bali disebut alas kekeran. Ia hanya bisa dikembangkan dengan tanem tuwuh, yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas pohon-pohon pelindung pura. Luas Maha Wana berkisar 30 persen dari luas radius kesucian pura.

Kedua, Tapa Wana, tempat orang suci mendirikan pertapaan (Pasraman). Selain tempat berdoa dan menyebarkan ajaran suci kepada umat, di sana keserakahan manusia akan diredam dan dialihkan ke tujuan suci. Tapa Wana berfungsi menanamkan kemuliaan dalam rohani umatnya. Sementara, Sri Wana adalah tempat menginap bagi pendatang dari jauh.

Apabila ketiga konsep itu terlaksana, maka tercapailah Wana asri, fungsi hutan sebagai alam yang dapat memberi kebahagiaan kepada makhluk hidup.

3. Danu kerthi, menjaga sumber air

Kemuliaan selanjutnya yaitu Danu Kerthi, menjaga kelestarian sumber air tawar di daratan, termasuk mata air, danau, dan sungai. Masyarakat Hindu Bali kerap mengadakan ritual keagamaan di titik-titik perairan, seperti upacara Mapekelem ke danau.

Terdapat juga sejumlah tempat pemujaan atau pura yang dibangun di dekat sumber air, misalnya Pura Ulun Danu. Tujuannya untuk mengingatkan dan menyadarkan masyarakat agar senantiasa menjaga sumber air. Lalu di sawah ada Pura Ulun Carik atau Pura Bedugul.

Masyarakat Hindu Bali percaya, dengan memelihara danau, mata air, sungai, atau membuat penampungan air hujan, dapat mendatangkan kesejahteraan dan menghalau marabahaya.

Menilik Efek Domino Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Bali Berkat KTT G20

4. Jagat kerthi, Menjaga Hubungan Sosial

Berikutnya ada jagat kerthi, upaya untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial berdasarkan Dharma. Perilaku yang dapat diterapkan antara lain: toleransi beragama, menghormati setiap kepercayaan, dan menghargai orang lain dari semua usia.

Membangun perilaku dan moral yang baik penting dalam kehidupan. Ia dibutuhkan dalam misi mewujudkan keseimbangan alam dan lingkungan berdasarkan norma Rta dan Dharma. Masyarakat Hindu Bali percaya, menjaga hubungan baik dengan sesama manusia akan mendatangkan kedamaian.

5. Jana kerthi, keseimbangan diri

Jana Kerthi berarti menjaga kesucian dan keseimbangan diri sendiri. Bhagawad Gita X. 25 dan Wrehaspati Tattwa 61 menyatakan, Sauca ngarania nitya Majapa mara dina maserira, artinya sucikanlah diri kamu dengan melakukan Japa Yadnya serta menjaga kebersihan dan kesehatan badan jasmani. Demikianlah yang dapat manusia lakukan untuk memperoleh keseimbangan dalam diri.

Bentuk penerapannya biasanya juga bisa berupa welas asih atau menyebarkan kebaikan tanpa pamrih kepada semua makhluk hidup atau pikiran yang bebas dari kegelapan batin. Bisa juga dengan melaksanakan svadarma (tugas kehidupan). Keseimbangan diri dapat dijaga dengan melakukan sembahyang atau meditasi.

Jana Kerthi adalah puncak dari kemuliaan Sad Kerthi. Ia bertujuan membangun keseimbangan dalam diri manusia sehingga menggerakkan kepeduliaan pada kesejahteraan sosial dan alam.

6. Atma kerthi, menghormati arwah

Masyarakat Hindu Bali juga memuliakan orang-orang yang sudah meninggal. Ada beberapa persembahan suci (yadnya) kepada arwah yang biasa dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali, di antaranya: Pitra Yadnya, persembahan untuk menyempurnakan kedudukan para leluhur yang sudah menghadap sang khalik agar ditempatkan di tempat terbaik.

Kemudian, penyucian dan pralina, seperti kremasi atau ngaben, untuk membantu perjalanan jiwa-jiwa (atma) ke alam kematian.

Lalu, ada juga ritual Bhuta Yadnya, persembahan suci bagi makhluk tak terlihat (niskala) alam bawah, hewan, dan lainnya. Upacara ini bertujuan membantu para roh itu mendapat kesempatan naik tingkat dan dijauhkan dari sengsara.

Pinandita dan Tari Pendet, Dua Kebudayaan Tradisonal Bali yang Ikut Sukseskan KTT G20

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini