Romantika Kebaya, Pakaian dari Daratan Melayu yang Identik dengan Indonesia

Romantika Kebaya, Pakaian dari Daratan Melayu yang Identik dengan Indonesia
info gambar utama

Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand akan menominasikan kebaya sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO, tetapi Indonesia yang menyebut kebaya sebagai kebudayaan nasional tidak termasuk di dalamnya.

Dimuat dari CNN Indonesia, Dewan Warisan Nasional (NHB) Singapura menyatakan kebaya akan menjadi nominasi multidimensional pertama Singapura untuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya Takbenda Kemanusian UNESCO.

“Kebaya telah dan terus menjadi aspek sentral dalam representasi dan penggambaran warisan budaya dan identitas Melayu, Peranakan, dan masyarakat lainnya di Singapura, dan merupakan bagian integral dari warisan kami sebagai kota pelabuhan multikultural, dengan link di seluruh Asia Tenggara, dan dunia,” kata CEO NHB, Chang Hwee Nee, Kamis (24/11/2022).

Inilah Jenis-jenis Kebaya yang Ada di Indonesia

Tindakan keempat negara ASEAN ini pun menuai beragam reaksi keras, pasalnya masyarakat tanah air telah menganggap kebaya sebagai warisan budaya Indonesia sejak ratusan tahun lalu.

Bahkan karena itu, Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) sempat mengajak masyarakat untuk mengenakan kebaya. Gaungnya dinamakan ‘Kebaya Goes To UNESCO’. Usulan ini digaungkan di gelaran Kongres Berkebaya Nasional pada April 2021.

Tetapi belum sempat kebaya Indonesia bertandang ke UNESCO, keempat negara ASEAN telah terlebih dahulu dan mengajak Indonesia mendaftarkan kebaya bersama-sama. Dengan kata lain, kebaya didaftarkan oleh beberapa negara atau multination.

Perjalanan panjang kebaya

Sejarah kebaya mengakar sejak sebelum masa penjajahan Belanda. Tokoh emansipasi perempuan di masa kolonial Belanda, RA Kartini hingga perempuan masa kini pun masih menggunakan warisan budaya tersebut.

Menukil dari Pesona Indonesia karya Anita Chairul Tanjung yang dimuat Detik, kebaya tidak hanya mengakar dari Jawa, tetapi juga di kawasan peradaban Melayu, terutama Indonesia dan Malaysia.

Jauh sebelum ada kebaya, perempuan Nusantara mengenakan lilitan kain. Kain itu dililitkan mulai dari bawah ketiak (kemben) atau dililitkan mulai dari pinggang. Strata sosial akan menentukan cara orang berbusana.

Mereka yang berasal dari strata sosial tinggi akan mengenakan busana berlapis, panjang, material tertentu, lengkap dengan aksesori seperti mahkota. Semakin rendah strata sosial, semakin sedikit dan pendek lapisan busana yang dipakai.

Tanpa Indonesia, 4 Negara Daftarkan Kebaya ke UNESCO

Kemudian ketika ajaran Islam masuk ke Jawa pada abad 11, lahirnya busana kebaya. Kebaya sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni abaya yang berarti pakaian. Di Jawa, ketika itu kerajaan yang berkuasa adalah Kerajaan Majapahit.

“Saat itu muncul pemikiran, Islam masuk (berarti busana) harus tertutup.” ujar Dosen Program Studi Pendidikan Tata Busana Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (IPI) Suciati yang dimuat CNN Indonesia.

Pakaian bangsawan

Dari sana, jelas Suciati, kemben yang tadinya memperlihatkan sebagian dada dan pundak ditutup oleh selendang yang disampirkan. Tujuan jelas, ujar Suciati, untuk membuat pakaian jadi lebih tertutup.

Seiring berjalannya waktu dan masuknya pengaruh bangsa-bangsa lain seperti China dan Portugis, kain yang disampirkan kemudian diselubungkan ke tubuh dan dijahit. Bentuknya pun menyerupai jubah China yang panjang, longgar dan belahan di bagian depan.

Tetapi sebelum tahun 1600-an, kebaya belum identik sebagai busana perempuan Jawa. Saat itu kebaya adalah pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan. Kebaya menjadi pakaian bagi perempuan terhormat.

Indonesia Raih Juara Pertama di Festival Itaewon 2022 Melalui Budaya, Kebaya dan Batik

“Kebaya berasal dari lingkungan priyayi (bangsawan) kerajaan, wanita terhormat. Dia lahir dari lingkungan adiluhung dan dari budaya pemikiran Islam yang tertutup bajunya,” jelas Suciati.

Kemudian memasuki masa penjajahan Belanda di Jawa, perempuan-perempuan Eropa di Jawa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Kebaya mereka saat itu menggunakan bahan kain mori atau sutra dengan sulaman warna-warni.

Sejak itu, kebaya terus bermunculan di seluruh Nusantara. Menjadi salah satu produk budaya kebanggaan perempuan. Bahkan kini, kebaya tidak hanya dianggap produk budaya dari Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini