Tradisi Robo-Robo Kalimantan Barat, Warisan Budaya yang Dipercaya Menolak Datangnya Bala

Tradisi Robo-Robo Kalimantan Barat, Warisan Budaya yang Dipercaya Menolak Datangnya Bala
info gambar utama

#WritingChallengeKawanGNFI #CeritadariKawan #NegeriKolaborasi #MakinTahuIndonesia

Indonesia adalah Negara yang memiliki beraneka ragam suku, etnis, adat istiadat, tradisi, serta budaya. Maka dari itu, sebagai warga Negara Indonesia kita harus bangga dan menjunjung tinggi persatuan Indonesia. Toleransi dalam perbedaan adalah wujud dari rasa cinta dan kasih di antara kita, yakni saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Berbicara tentang budaya, banyak sekali daerah yang masih melaksanakan tradisi atau pun adat istiadat dari leluhur pada zaman dahulu, di antaranya adalah Kalimantan Barat. Salah satu tradisi yang diagungkan masyarakat Kalimantan Barat adalah Robo-Robo. Mungkin terdengar asing bagi masyarakat luar Kalimantan Barat. Namun, tahu kah kalian? Tradisi ini sangat menarik dan unik sekali.

Robo-Robo adalah tradisi yang kegiatannya berupa ritual adat untuk menolak bala atau menolak hal-hal buruk. Menurut Wikipedia, Robo-Robo merupakan aset budaya Kabupaten Mempawah dan menjadi salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 27 Oktober 2016 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan sejak saat itu masuk dalam kalender wisata nasional serta menjadi agenda wisata budaya setiap tahunnya. Masyarakat melakukan upacara dan buang-buang makanan di laut untuk mengenang Raja Daeng Manambon pada masa kerajaan di Mempawah. Jadi, Robo-Robo ini tidak hanya memiliki nilai budaya saja bukan? Tetapi, juga memiliki nilai sejarah yang menambah nilai pengetahuan atau wawasan, serta rasa cinta kita sebagai generasi penerus bangsa terhadap tradisi-tradisi yang ada di Indonesia.

Acara Robo-Robo makan bersama di Mempawah
info gambar

Mengapa namanya Robo-Robo? Hal tersebut dikarenakan tradisinya dilaksanakan setiap hari Rabu, terakhir bulan Safar menurut penanggalan tahun Hijriah. Bulan Safar diyakini sebagian masyarakat adanya musibah, sehingga hal tersebutlah membuat mereka melakukan ritual memohon kepada Sang Pencipta agar dilindungi dari segala keburukan melalui tradisi Robo-Robo. Tradisi ini sangat dinantikan masyarakat, karena dengan tradisi inilah kebersamaan begitu terasa, yakni berdoa bersama dan makan bersama. Tradisi yang dijalankan sejak nenek moyang pada zaman dahulu hingga saat ini.

Robo-Robo adalah salah satu ikhtiar untuk menolak bala atau kesialan dengan doa, menjalin silaturahmi, dan sebagai salah satu cara untuk kumpul-kumpul keluarga dan tetangga, sehingga kekeluargaan terjalin dengan baik. Adanya tradisi ini adalah salah satu cara untuk mewariskan tradisi atau adat yang ada di masyarakat.

Tujuan utama digelarnya tradisi Robo-Robo di Kalimantan Barat adalah untuk menolak bala atau mara bahaya. Masyarakat meyakini bahwa hal tersebut dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau hal buruk, sehingga segala sesuatu yang dilakukan menjadi lebih mudah. Cara yang dilakukan untuk menolak bala adalah dengan tetap berdoa kepada Tuhan, yakni membaca doa selamat dan doa tolak bala. Warga beramai-ramai membaca doa dan makan bersama. Hal yang menarik adalah masyarakat makan bersama dengan cara yang unik, yakni makan dilakukan di pinggir jalan, jembatan, serta ada juga yang di sekolah bagi peserta didik. Maka, tradisi ini selain ritual untuk menghindari bala, adanya Robo-Robo bagi masyarakat juga sebagai salah satu cara untuk menjalin silaturahmi dan kebersamaan yang hangat.

Ritual buang-buang di Mempawah
info gambar

Tradisi Robo-Robo menciptakan kebersamaan dan kekompakan dalam hidup bermasyarakat. Tradisi ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia terkenal memiliki budi pekerti yang baik, ramah, serta tolong menolong, karena mencintai kebersamaan antara manusia satu dengan manusia yang lain. Sosialisasi serta interaksi tak pernah lepas dalam hidup bermasyarakat, karena kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Seperti peribahasa yang mengatakan bahwa berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, artinya pekerjaan yang berat sekalipun akan terasa ringan dan mudah jika dikerjakan bersama-sama atau bergotong-royong.

Referensi:Wikipedia | Kompas TV | Kebudayaan Kemdikbud | Kalbar iNews | Gurusiana

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

W
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini