Ada yang dari Era Sunan Kalijaga, Ini Deretan Salad ala Indonesia dan Kisah Asal-usulnya

Ada yang dari Era Sunan Kalijaga, Ini Deretan Salad ala Indonesia dan Kisah Asal-usulnya
info gambar utama

Di antara kekayaan budaya kuliner Indonesia, ada beberapa makanan yang bahan baku utamanya adalah sayuran. Makanan tersebut telah dikenal masyarakat sejak lama dan masih dikonsumsi hingga hari ini.

Karena Indonesia punya sumber daya alam melimpah, aneka bahan baku makanan apapun tersedia untuk diolah menjadi makanan nan lezat. Tidak terkecuali dengan sayuran yang mudah ditanam dan tersedia sepanjang tahun.

Karena itulah tidak mengherankan apabila masyarakat Indonesia mengenal sejumlah makanan yang bahan baku utamanya adalah sayuran. Bisa dibilang, makanan-makanan tersebut adalah salad sayuran khas Indonesia.

Bukan cuma lezat, mengenyangkan, dan bergizi, aneka salad sayuran ala Indonesia juga punya kisah-kisah menarik terkait asal-usulnya. Beberapa bahkan diketahui sudah ada sejak berabad-abad silam.

GNFI akan membahas beberapa makanan berbasis sayuran alias salad khas Indonesia. Beberapa di antaranya mungkin tidak asing bagi Kawan GNFI. Yang mana makanan favoritmu?

Ayam Taliwang, Kuliner Khas Lombok dengan Sejarah Panjangnya

1. Pecel

Pecel adalah makanan yang terbilang terkenal, khususnya bagi masyarakat Jawa. Pecel juga punya banyak ragam, mulai dari pecel Madiun, pecel Ponorogo, pecel bledek, pecel punten, dan masih banyak lagi.

Pada dasarnya, pecel adalah santapan berupa aneka sayuran rebus yang disajikan dengan bumbu kacang. Namun dengan ragamnya yang sedemikian banyak, masing-masing pecel berasal dari daerah yang berbeda-beda dan punya ciri yang berbeda pula.

GNFI pernah membahas secara khusus perihal pecel in dalam artikel Sejarah Munculnya Pecel, Makanan Lokal Yang Kaya Gizi. Diketahui ternyata pecel adalah makanan yang cukup tua, bahkan sudah dikenal sejak berabad-abad silam.

Pakar gastronomi dari Universitas Gadjah Mada Murdijati Gardjito menjelaskan bahwa kisah asal-usul pecel terdapat dalam kitab Babad Tanah Jawi. Pecel awalnya berasal dari Yogyakarta dan namanya diambil dari kata "dipecel" yang artinya diperas dan dibuang airnya.

Dalam Babad Tanah Jawi, diceritakan tentang Ki Gede Pamanahan yang menyajikan pecel kepada Sunan Kalijaga saat keduanya sedang bertemu di pinggir sungai. Bagi Sunan Kalijaga, pecel adalah makanan yang asing hingga ia pun bertanya kepada Ki Gede tentang makanan apa yang disajikan kepadanya saat itu.

Ki Gede Pamanahan kemudian menjawab, "Puniko ron ingkang dipun pecel" yang kurang lebih artinya "Ini adalah dedaunan atau sayuran yang telah direbus dan diperas airnya".

2. Karedok

Karedok memang sekilas wujud sama dengan salad ala Indonesia lain karena terdiri dari aneka sayuran plus bumbu kacang. Namun, ada satu hal yang menjadi ciri khas karedok sekaligus membuatnya berbeda.

Ciri khas tersebut adalah sayurannya yang mentah. Oleh karena itu, karedok punya sensasi renyah saat dimakan karena sayurannya tidak lembek karena air yang panas.

Mustajab dalam Koki Kumis dan Lima Cerita Kuliner yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud menjelaskan jika asal-usul karedok bermula dari sebuah perkampungan di seberang Sungai Cimanuk. Pada suatu waktu, perkampungan tersebut dilanda bencana tanah longsor dan membuat penduduk harus pindah ke kampung Rancakeong atau Babakan Dodol.

Rancakeong yang tadinya sepi menjadi ramai dan berkembang pesat karena kehadiran penduduk baru dan tanahnya subur. Pada suatu waktu, kampung tersebut didatangi oleh Bupati Sumedang bernama Pangeran Aria Suria Atmaja untuk beristirahat setelah menangkap ikan di sungai.

Tahu kampungnya didatangi bupati, warga menyuguhkan hidangan karedok terong. Bupati kemudian suka dengan karedok tersebut dan menceritakannya kepada para sesepuh Sumedang. Akhirnya, Rancakeong menjadi ramai oleh para sesepuh yang penasaran ingin mencicipi karedok.

Tempoyak, Makanan Fermentasi Durian Khas Suku Melayu

3. Lotek

Melihat lotek, Kawan GNFI mungkin tidak merasa ada yang istimewa. Seperti salad khas Indonesia lainnya, lotek juga terdiri dari sayuran yang disertai bumbu kacang.

Keunikan lotek terletak pada namanya. Asal-usul nama lotek punya kisah yang cukup lucu. Kisah yang beredar menyebut bahwa nama lotek sebetulnya berasal dari Bahasa Inggris, padahal makanan ini berasal dari tanah Sunda.

Kisah tersebut, sebagaimana ditulis laman Pergikuliner bercerita tentang keberadaan seorang jurnalis Inggris yang bertugas di Parongpong, Jawa Barat pada tahun 1970-an. Saat itu, sang jurnalis ingin makan salad tetapi tidak menemukan orang yang menjualnya di Parongpong.

Jurnalis tersebut kemudian memutuskan untuk mencoba membuat salad sendiri. Ia menemukan sayur-sayuran khas Indonesia yang tidak lazim digunakan sebagai bahan pembuatan salad yang ia kenal. Sang jurnalis pun bereksperimen membuat salad dengan bahan-bahan yang ada.

Selain memanfaatkan sayuran yang ada, sang jurnalis juga harus menggunakan alat tradisional seadanya. Dalam Bahasa Inggris, alat seperti demikian termasuk "low tech."

Bagi orang-orang Sunda di masa itu, melafalkan kata low tech bukanlah hal mudah. Akhirnya, istilah low tech kemudian disebut dengan lotek.

4. Gado-gado

Gado-gado terdiri dari aneka sayuran plus tambahan seperti tahu, tempe, dan telur rebus yang disiram dengan saus kacang dan biasa dimakan bersama lontong. Kombinasi tersebut menghasilkan nuansa segar sekaligus gurih.

Laman Dinas Kebudayaan DKI Jakarta mencatat sejumlah fakta unik mengenai asal-usul gado-gado. Ternyata, ada beberapa versi kisah awal mula gado-gado eksis. Ada yang menyebut gado-gado berakar dari budaya kuliner Portugis, ada pula yang menyebutnya dari Tionghoa.

Dalam kisah versi pertama, disebutkan bahwa gado-gado ditemukan oleh masyarakat Kampung Tugu, yang merupakan keturunan Portugis. Di Kampung Tugu, merek melestarikan budaya leluhurnya, termasuk soal makanan di mana salah satunya adalah gado-gado. Nama gado-gado disebut berasal dari bahasa Portugis, gadu yang berarti makanan yang dicampur-campur.

Sementara itu, kisah versi kedua menyebut gado-gado diciptakan oleh orang Tionghoa di tanah Betawi. Ceritanya, banyak orang Tionghoa yang menyukai pecel dari Jawa. Mereka lalu memodifikasi pecel dengan rasa yang dirasa lebih pas untuk mereka. Jadilah gado-gado yang konon juga disukai orang-orang Belanda.

5. Urap

Salad ala Indonesia satu ini berbeda dengam empat lainnya yang sudah dibahas. Urap bukanlah sayuran yang diberi bumbu kacang.

Alih-alih bumbu kacang, sayuran urap diberi bumbu berbahan utama kelapa. Daging kelapa diparut lalu dicampur rempah-rempah yang membuat rasanya menjadi kuat.

Urap biasa disajikan berdampingan dengan tumpeng. Jika kawan GNFI memperhatikan sayuran dan lauk yang biasa ada di sekeliling tumpeng, maka lazimnya ada urap di sana.

Terkait asal-usul urap, Badiatul Muchlisin Asti dalam kolomnya di laman alif.id mengutip Arkeolog dari UGM Prof. Timbul Haryono dalam buku Makanan Tradisional dalam Kajian Pustaka Jawa. Ternyata, urap kemungkinan adalah sajian sayuran tertua yang hingga sekarang masih dikonsumsi masyarakat Jawa.

Bukti dari teori tersebut adalah keberadaan prasasti dari abad ke-10 M yang menyebut kata wrak-wrak. Kata tersebut bisa diartikan sebagai sebagai urap-urap atau sajian khas campuran kelapa.

Deretan 6 Makanan Khas Indonesia yang Serupa tapi Tak Sama



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan A Reza lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel A Reza.

Terima kasih telah membaca sampai di sini