Fakta-Fakta Jembatan Gantung Kaca di Kawasan Bromo, Pertama di Indonesia

Fakta-Fakta Jembatan Gantung Kaca di Kawasan Bromo, Pertama di Indonesia
info gambar utama

Kawasan wisata Gunung Bromo memang menyajikan panorama yang luar biasa Indah. Mulai dari pemandangan barisan pegunungan, lautan pasir, padang rumput yang luas, hingga indahnya selimut kabut, hingga sunrise yang luar biasa. Belum lagi daya tarik di wilayah sekitar yang juga masih bisa untuk dieksplorasi.

Karena banyaknya keindahan tersebut, tidak heran wilayah Bromo menjadi salah satu tempat wisata andalan di Indonesia dengan titel Kawsan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Bahkan, banyak wisatawan mancanegara yang tertarik untuk datang ke tempat ini. Kalau kamu belum pernah ke sini, agendakanlah waktu untuk berlibur dan melihat langsung bagaimana keajaiban alam yang hadir di kawasan ini.

Untuk menikmati indahnya pemandangan di kawasan, ada berbagai spot yang memiliki view yang berbeda-beda. Salah satunya adalah Seruni Point.

Di kawasan ini pula, terdapat sebuah jembatan kaca gantung yang membentang panjang di kawasan ini. Belakangan ini, jembatan ini juga kerap jadi pembicaraan, baik itu karena ketertarikan orang-orang maupun terkait dengan keamanannya?

Nah, kali ini GNFI punya beberapa fakta terkait Jembatan Kaca Seruni Point ini.

Tangga Kawah Bromo, Saksi Sejarah Kunjungan Pelancong Eropa Sejak Masa Kolonial

Pertama di Indonesia

@KemenPU (Twitter)

Memang jembatan kaca ini menjadi sebuah konsep dalam kawasan wisata yang sedang diminati. Pada beberapa tempat, memang sudah ada yang membuat jembatan yang berbahan dari kaca. Namun, jembatan kaca dengan konstruksi jembatan gantung ini diinisiasi oleh jembatan kaca Seruni Point.

Melihat Bingkai Toleransi dari Pemakaman Ngadas di Lereng Gunung Bromo

Punya panjang 120 meter

@KemenPU (Twitter)

Panjang dari jembatan kaca Seruni Point ini adalah 120 meter dengan lebar yang bervariasi. Untuk bagian ujung dan tengah jembatan memiliki lebar 3 meter, lalu untuk bagian lainnya 1.8 meter.

Memiliki kapasitas 100 orang

@KemenPU (Twitter)

Jembatan kaca ini nantinya akan bisa menahan beban sekitar 100 orang. Waktunya juga dibatasi sekitar 30-60 menit. Pembatasan ini juga jadi salah satu upaya agar jembatan ini tidak kelebihan kapasitas dan supaya semua pengunjung yang sudah datang tetap bisa menikmatinya.

Jembatan Kaca Bromo sebagai Pengembangan Ekonomi Regional Kabupaten Probolinggo

Dibangun di atas jurang dengan pemandangan barisan gunung

@KemenPU (Twitter)

Jembatan kaca ini membentang di atas dua jurang dengan kedalaman sekitar 80-100 meter. Cukup menantang ya bila melihat lokasinya? Meskipun begitu, pemandangan dengan panorama yang lepas akan terlihat dengan jelas di sini.

Pengunjung bisa langsung memandang Gunung Batok, Gunung Bromo, Gunung Tengger, hingga Gunung Semeru sekaligus.

10 Bali Baru: Intip Keunikan Masyarakat Tengger dan Bromo

Jaminan keamanan

@KemenPU (Twitter)
Ketika Investor Jepang dan Singapura Naksir Pesona Bromo

Tentunya banyak yang bertanya-tanya mengenai keamanan dari jembatan kaca ini. Jika memang itu pertanyaannya, maka Kementerian PUPR telah menyatakan kalau jembatan kaca ini aman.

Struktur jembatan kaca ini memiliki proteksi baja double dengan baja galvanis. Jembatan ini juga dicat dengan menggunakan cat epoxy agar terhindar dari karat.

Kaca yang digunakan sendiri memiliki ketebalan 25,55 mm. Kacanya ini juga tebal dibuat berlapis dengan lapisan 2-3 kaca (laminated glass) yang direkatkan dengan satu atau lebih lapisan laminasi (interlayer).

Sebelum dioperasikan, tentunya jembatan kaca ini juga akan melewati uji laboratorium agar kekuatannya benar-benar terbukti.

Jadi, tertarikkah untuk menguji adrenalin sekaligus menikmati keindahan panorama alam dari kawasan wisata Gunung Bromo? Jika iya, tunggulah sampai jembatan ini beroperasi pada Desember 2022.

Gunung Semeru, Tempat Bersemayam Para Dewa yang Jadi Paku Tanah Jawa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini